LONDON, SELASA— Bocoran memo Duta Besar Inggris untuk AS tentang pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang disebut sebagai ”tidak kompeten dan disfungsional”, telah membuat Trump berang. Inggris, Senin (8/7/2019), telah meminta maaf atas insiden ini.
Memo rahasia berupa laporan berkala Dubes Inggris untuk AS Kim Darroch tentang pemerintahan Trump dipublikasikan oleh tabloid Mail on Sunday. Memo-memo berisi laporan mulai tahun 2017 sampai sekarang itu berisi berbagai pernyataan negatif tentang AS. ”Kita tak yakin apakah pemerintahan ini akan menjadi lebih normal, tak lagi disfungsional, lebih bisa diprediksi, tak lagi ceroboh, dan kompeten,” tulis Darroch.
Darroch juga menulis, dirinya tak percaya jika keputusan Trump membatalkan serangan ke Iran dikarenakan kekhawatiran akan korban sipil, tetapi lebih karena risiko menghadapi pemilu 2020.
Trump mengomentari insiden itu dengan tak kalah sengit. ”Saya bisa katakan bahwa Duta Besar Inggris tidak melayani negerinya dengan baik. Kita tidak terlalu suka pada orang itu. Saya bisa ngomong banyak tentang dia, tetapi saya tak peduli,” kata Trump.
Menurut sebuah sumber, Kedutaan Besar Inggris di Washington telah memberi tahu Gedung Putih, Jumat lalu, bahwa memo-memo itu akan dipublikasikan media. Deplu AS menolak berkomentar.
Minta maaf
Terkait insiden itu Menteri Perdagangan Inggris Liam Fox, yang sedang berada di Washington, mengatakan pada radio BBC, ia akan meminta maaf kepada Ivanka, putri Trump yang juga penasihat presiden, yang akan ditemuinya dalam kunjungan ini.
Para pejabat Inggris umumnya mengaku malu dengan insiden itu sekaligus khawatir bahwa informasi sensitif bisa bocor dan menjadi konsumsi media. Menlu Inggris Jeremy Hunt, yang juga menjadi kandidat PM Inggris, mengatakan, kantornya terus menyelidiki biang keladi pembocoran itu.
Sejumlah pejabat Inggris membela Darroch yang dinilai telah menjalankan kewajibannya dengan melaporkan situasi secara jujur dan terbuka. ”Saya sama sekali tak khawatir dengan apa yang dikatakan dubes. Dia telah melakukan tugasnya dengan baik dan saya setuju untuk sebagian besar komentarnya. Namun, yang saya khawatirkan bagaimana dokumen rahasia bisa bocor,” kata mantan Menlu Inggris Malcolm Rifkind. (AP/REUTERS/MYR)