BEIJING, SENIN — Relasi China dan Amerika Serikat belum sepenuhnya pulih. Meskipun sempat berkembang harapan relasi kedua negara membaik pasca-pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bulan lalu di Osaka, Jepang, hubungan kedua negara kembali menegang.
Pemicunya adalah persetujuan Pentagon pada proposal pembelian senjata yang diajukan Taiwan. Persetujuan yang diputuskan pekan lalu itu meliputi penjualan 108 tank utama M1A2T Abrams dan 250 rudal anti-pesawat Stinger senilai lebih dari 2,2 miliar dollar AS. Kedua senjata masing-masing diproduksi oleh General Dynamics dan Raytheon.
Terkait dengan langkah AS itu, Kementerian Luar Negeri China, Senin (15/7/2019), mengatakan, Pemerintah China dan perusahaan-perusahaan China akan memutuskan hubungan bisnis dengan perusahaan-perusahaan AS yang menjual senjata kepada Taiwan. Kebijakan itu diperkirakan akan memperburuk hubungan dengan Washington.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, penjualan senjata itu merupakan pelanggaran hukum internasional dan merusak kedaulatan dan keamanan nasional China. ”Pemerintah China dan perusahaan-perusahaan Cina tidak akan bekerja sama atau memiliki kontak komersial dengan perusahaan-perusahaan AS ini,” kata Geng Shuang dalam jumpa pers harian.
Pada Minggu (14/7), People’s Daily, media resmi Partai Komunis, mengunggah sebuah artikel di akun WeChat mereka yang menyebutkan sejumlah perusahaan AS yang mungkin rentan terhadap sanksi. Perusahaan-perusahaan itu antara lain Honeywell International Inc, pembuat mesin tank Abrams, dan Gulfstream Aerospace yang dimiliki General Dynamics. Kedua perusahaan itu disebut memiliki pasar besar di China.
Jumat pekan lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, saat berkunjung ke Hongaria, mengingatkan AS untuk tidak bermain api. Menurut dia, tidak boleh ada kekuatan asing yang mengganggu penyatuan China atau ikut campur tangan.
”Kami mendesak AS untuk sepenuhnya menyadari bahaya mempertanyakan perihal Taiwan dan tidak bermain api dengan persoalan Taiwan,” kata Wang.
Bukan pertama
Akan tetapi, ancaman seperti itu bukan yang pertama kali dilontarkan China. Setidaknya Beijing telah menyatakan sikap serupa pada 2010 dan 2015, tetapi hingga kini tidak jelas apakah ancaman itu diwujudkan atau tidak.
AS menganut kebijakan Satu China yang secara resmi mengakui Beijing dan bukan Taiwan. Di sisi lain, terkait kebijakan itu, secara teknis AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan. Namun, Washington memiliki kewajiban—diharuskan oleh undang-undang—untuk membantu Taiwan. Salah satu bentuk bantuan yang diberikan adalah menyediakan sarana untuk mempertahankan diri. (Reuters/JOS)