DAMASKUS, SELASA— Militer Suriah dan Rusia melancarkan kembali serangan udara terhadap milisi-milisi oposisi di Idlib, Suriah barat laut, Selasa (6/8/2019). Serangan itu menandai kolapsnya gencatan senjata yang mereka sepakati dengan oposisi, Kamis lalu.
Wilayah Idlib yang dihuni sekitar 3 juta jiwa adalah salah satu dari pusat perlawanan yang masih bergejolak terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad setelah perang berjalan delapan tahun.
Kelompok Pemantau HAM Suriah (SOHR) melaporkan, armada udara Damaskus memulai serangan beberapa menit selepas pengumuman penghentian gencatan senjata. Selanjutnya, jet-jet Rusia bergabung dalam serangan itu.
Pesawat-pesawat Rusia mengebom pinggiran barat wilayah yang dikontrol oposisi. Armada udara Damaskus-Moskwa juga mengebom dari sisi selatan. Di sana, SOHR menyebut ada empat warga sipil menjadi korban serangan.
”Kesepakatan gencatan senjata ada syaratnya. Hal itu tidak terjadi. Jadi, kami melanjutkan operasi militer terhadap organisasi teroris,” demikian pernyataan militer Suriah, Senin (5/8) malam atau Selasa dini hari WIB.
Damaskus beralasan, milisi oposisi di Idlib—yang sebagian disokong Turki—menolak mematuhi gencatan senjata dan terus melancarkan serangan kepada warga sipil. Oposisi juga dituding menembakkan roket ke pangkalan udara Hmeimim, dekat pantai Laut Tengah, Suriah.
Moskwa memastikan tidak ada prajurit dan warganya menjadi korban serangan di Hmeimim. Damaskus menyebut sejumlah warga sipil menjadi korban serangan itu.
Gencatan senjata
Kamis lalu, Suriah dan Rusia menyepakati gencatan senjata dengan oposisi yang bercokol di Idlib dan menghentikan pengeboman yang berlangsung sejak Mei 2019. Adapun milisi oposisi diminta menyerahkan persenjataan berat dan menarik pasukan dari zona penyangga.
Di Idlib, antara lain, ada Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang terafiliasi dengan Al Qaeda. HTS menguasai wilayah paling luas di Idlib. ”Kami tidak akan pernah keluar dari zona (penyangga),” kata pemimpin HTS, Abu
Mohamed al-Jolani.
Adapun terkait front pertempuran terpisah di Suriah timur laut, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa, mengungkapkan kesiapan Turki menyerang milisi Kurdi dukungan AS. ”Turki mempunyai hak menyingkirkan semua ancaman terhadap keamanan nasionalnya,” kata Erdogan dalam pidato di televisi, Selasa.
Pernyataan itu dilontarkan saat pejabat pertahanan Turki dan AS berunding di Ankara untuk menyepakati pembentukan zona penyangga di Suriah timur laut. Di wilayah ini, AS adalah pendukung YPG, tulang punggung milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang diperangi Turki.
Dari Tokyo, Jepang, Menteri Pertahanan AS Mark Esper memperingatkan Turki untuk tidak menyerang mitra AS, YPG. ”Yang akan kami lakukan adalah mencegah serangan unilateral yang mengancam, sekali lagi, kepentingan bersama antara Amerika Serikat, Turki, dan SDF terkait Suriah utara,” kata Esper. (AP/AFP/REUTERS/RAZ/SAM)