JAKARTA, KOMPAS— Uni Eropa ingin menemukan solusi atas isu minyak sawit dengan Indonesia dan Malaysia. Penyelesaian isu itu menjadi bagian dari upaya peningkatan hubungan Uni Eropa dan ASEAN.
Kuasa Usaha Sementara Uni Eropa (UE) untuk ASEAN Lucas Cibor mengatakan, masalah minyak sawit adalah elemen spesifik antara UE dan dua negara ASEAN. ”Saya pikir ASEAN dan UE setuju hal itu tidak menjadi bahasan (dalam) hubungan EU-ASEAN. Ini posisi kami dan saya kira negara-negara ASEAN paham,” ujarnya di sela-sela peluncuran EU-ASEAN Blue Book 2019, Kamis (8/8/2019), di Jakarta.
Meskipun demikian, Cibor tidak menampik, mungkin saja ada dampak isu sawit pada hubungan EU dengan ASEAN atau anggotanya. ”Akan tetapi, kami percaya itu tidak membantu dan kami pikir penting memisahkan masalah bilateral antara EU dan negara tertentu dan hubungan antarkawasan yang, dalam pendapat kami, mempunyai banyak potensi untuk ditingkatkan,” katanya.
EU dan Indonesia-Malaysia sedang bersitegang gara-gara minyak sawit. Jakarta-Kuala Lumpur menilai Brussels mendiskriminasi produk minyak sawit dua negara itu. Indonesia- Malaysia bersiap mengadukan UE ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) jika rencana pengendalian minyak nabati diterapkan. Brussels berkeras tidak melarang minyak nabati apa pun. EU hanya menekan pentingnya minyak nabati yang menerapkan prinsip lestari.
Meski isu sawit terjadi antara UE dan Indonesia-Malaysia, ASEAN telah menyatakan dukungan kepada dua negara anggotanya dalam menangani isu tersebut. Terakhir, dukungan itu dituangkan dalam Join Komunike Menteri Luar Negeri ASEAN dalam pertemuan di Bangkok, Thailand, 31 Juli lalu.
Cibor mengatakan, EU bersama Indonesia-Malaysia sedang berusaha menyelesaikan isu minyak sawit. Para pihak terus berdiskusi mencari cara paling masuk akal untuk maju.
Karena itu, Cibor berharap, pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Kuala Lumpur menghasilkan hal yang sesuai kebijakan minyak nabati berkelanjutan. Kalaupun tidak, Brussels akan berusaha mencari solusinya lewat tim di Jakarta dan Kuala Lumpur.
Ia menyebut, kerja sama ASEAN-EU terus meningkat. EU juga melihat masih banyak peluang kerja sama untuk peningkatan hubungan kedua kawasan. Sepanjang 2018, nilai perdagangan ASEAN-UE mencapai 263 miliar dollar AS dan menempatkan UE sebagai mitra dagang terbesar kedua ASEAN. UE juga menanamkan investasi total 374 miliar dollar AS ke ASEAN sampai 2017.
ASEAN-UE terus berusaha meningkatkan hubungan antara lain dengan merundingkan kesepakatan perdagangan bebas sejak 2007. Sampai sekarang, kesepakatan itu belum terwujud.
Apalagi, UE menunda akses Kamboja pada tarif bea masuk impor ke UE selama 18 bulan sejak Februari 2019. Hal itu bagian dari kajian ulang status istimewa Kamboja dalam mekanisme Semua Kecuali Senjata (EBA). EU juga menimbang untuk mengeluarkan Myanmar dari EBA karena isu Rohingya.
Penerbangan
Cibor mengatakan, peluang kerja sama lain antara UE-ASEAN adalah penerbangan. Di kedua kawasan total ada 1 miliar penduduk dan kerja sama penerbangan akan memudahkan semua pihak.
Kepala Bagian Ekonomi dan Perdagangan UE untuk ASEAN Raffaele Quarto mengatakan, UE dan ASEAN taengah merundingkan kesepakatan pengangkutan udara terpadu (CATA). Kesepakatan itu akan mengurangi pembatasan angkutan udara dan meningkatkan keterhubungan kedua kawasan.
Para juru runding ASEAN-UE telah menyepakati sebagian prinsip pengangkutan barang. Sementara untuk pengangkutan penumpang, masih belum selesai dibicarakan.
UE mengusulkan tujuh penerbangan per pekan tanpa batasan rutin. Selanjutnya, dalam dua tahun sejak CATA disepakati, ada tambahan tujuh penerbangan per pekan lagi. Maskapai ASEAN tidak mengambil rute yang telah dilayani maskapai UE di dalam UE maupun antara anggota UE dengan negara lain.
Selain ekonomi, Cibor juga menyinggung kerja sama pendidikan. UE telah mengucurkan aneka beasiswa bagi warga ASEAN. UE juga terus mendorong kemudahan pergerakan mahasiswa. Kemudahan pergerakan itu akan membantu meningkatkan pertukaran gagasan dan pengetahuan.
Sejak 2014, sedikitnya 5.500 warga ASEAN belajar di wilayah UE dan 3.000 warga UE belajar atau bekerja di wilayah ASEAN. Sebanyak 32 perguruan tinggi ASEAN dan 10 perguruan tinggi terlibat dalam kerja sama pendidikan.