KABUL, SENIN — Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bersumpah ”menghancurkan” semua tempat berlindung bagi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah saat negara itu merayakan hari kemerdekaannya yang ke-100, Senin (19/8/2019). Tekad Ghani itu disampaikan seusai serangan bom mengguncang Kabul dan Jalalabad dalam tiga hari terakhir.
Pada Sabtu (17/8) malam, bom meledak di pesta pernikahan di Kabul. Serangan yang diklaim jaringan NIIS di Afghanistan itu menewaskan sedikitnya 63 orang, termasuk anak-anak. Hampir 200 orang lainnya terluka. Kedua mempelai selamat dalam serangan itu.
Senin, saat warga memperingati hari kemerdekaan Afghanistan, serangan bom kembali terjadi di timur Kota Jalalabad, Provinsi Nangarhar. Setidaknya 66 orang meninggal. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.
Jalalabad sering kali menjadi target serangan bom. Kota itu dikelilingi daerah yang dikuasai Taliban dan kelompok teroris yang berafiliasi pada NIIS.
Sebanyak 10 ledakan dilaporkan terjadi di Nangarhar. ”Bom yang digunakan dalam ledakan di beberapa tempat di kota adalah bom rakitan,” kata juru bicara Gubernur Nangarhar, Attaullah Khogyani.
Bom-bom tersebut ditempatkan di dekat pasar, di mana ratusan orang berkumpul setelah menghadiri acara peringatan hari kemerdekaan.
Attaullah menambahkan, setidaknya 52 orang terluka. Namun, juru bicara rumah sakit setempat, Zaher Adel, menyebutkan, 66 orang terluka dibawa ke rumah sakit. Terdapat anak-anak di antara para korban luka.
Banyak warga Afghanistan yang marah mempertanyakan apakah kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban bisa membawa perdamaian pada warga sipil yang telah lama menderita.
Ghulam Mohammad, pedagang tanaman, mengatakan, dua anaknya dan seorang keponakannya menjadi korban yang terluka akibat ledakan bom di alun-alun pasar.
”Anak-anak memaksa berada di toko karena ingin memperingati hari kemerdekaan di pasar. Mereka terluka parah ketika bom meledak,” ujar Ghulam di rumah sakit.
Banyak warga Afghanistan yang marah mempertanyakan apakah kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban bisa membawa perdamaian pada warga sipil yang telah lama menderita. Sementara itu, Taliban mempertanyakan dengan keras mengapa AS gagal mengidentifikasi serangan bom Sabtu pekan lalu.
Utusan khusus AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, Minggu (18/8), mengatakan, perdamaian harus dipercepat untuk membantu Afghanistan mengalahkan kelompok afiliasi NIIS. Itu akan termasuk pembicaraan antar-faksi di Afghanistan untuk masa depan negara itu. Proses tersebut akan memakan waktu lama.
Akan tetapi, Presiden Ashraf Ghani mengatakan, Taliban yang diharapkan AS bisa menekan kekuatan kelompok yang berafiliasi pada NIIS pun menjadi pihak yang patut disalahkan atas terjadinya serangan bom pada Sabtu pekan lalu.