Dari India Memandang Indonesia
Berjarak ribuan kilometer dari Indonesia membuat diaspora di India memiliki cara pandang lain terhadap negaranya.
Berjarak ribuan kilometer dari Indonesia membuat diaspora di India memiliki cara pandang lain terhadap negaranya. Hidup di lingkungan yang sama sekali berbeda dari Tanah Air telah membawa diaspora Indonesia melihat sisi lain dari Indonesia, sekaligus meraup pengalaman di negeri orang.
Ardianti Dewi (23) tak pernah menyangka akan sampai ke New Delhi untuk bersekolah. Perempuan asal Bantul, DI Yogyakarta, ini mengaku sempat terbentur biaya untuk melanjutkan sekolah seusai tamat SMA.
Ia memilih bekerja selama tiga tahun setelah lulus SMA, sembari mengumpulkan uang untuk kuliah. Namun, niat untuk belajar tak pernah padam.
Ardianti menjalin komunikasi dengan banyak orang, termasuk teman-temannya dari luar negeri. Dari situlah, ia belajar banyak, mulai dari bahasa asing hingga pengetahuan umum.
Salah seorang temannya kemudian menawarkannya mendaftar ke Jawaharlal Nehru University (JNU) di New Delhi. Meskipun sempat ragu karena tidak punya visa, paspor, dan kelengkapan lainnya, Ardianti akhirnya mendaftar juga. Ia pun segera mengurus pelbagai kelengkapan untuk ikut tes di Delhi.
”Tes pengetahuan umum di sini luar biasa. Aku salut dengan pengetahuan umum warga di sini. Semangat belajar tinggi. Masyarakat di sini juga senang membaca buku,” kata Ardianti saat ditemui di Kedutaan Besar Republik Indonesia New Delhi, 17 Agustus 2019.
Dari tes pengetahuan umum itu, Ardianti mengetahui bahwa standar pendidikan di tempatnya itu sangat tinggi. Pertanyaan yang diajukan amat beragam, termasuk soal makanan favorit presiden di Indonesia.
Sebaliknya, biaya pendidikan yang diterapkan amatlah murah. Untuk satu semester, misalnya, Ardianti yang masuk di Jurusan German Studies ini hanya membayar 100 dollar Amerika atau kurang dari Rp 1,5 juta per semester. Untuk warga lokal, kata Ardianti, biayanya ada yang sekitar Rp 30.000 saja per semester.
Gedung dan fasilitas di JNU, menurut Ardianti, tidak mewah, bahkan cenderung biasa saja. Namun, pendidikannya tidaklah kalah.
”Ini karena Pemerintah India ingin memberikan kesempatan bersekolah bagi warga dari berbagai lapisan sehingga biaya pendidikan di sini tergolong murah,” ujarnya.
Pengalaman serupa dirasakan Akim Hoplah (19) yang baru semester ini menempuh pendidikan di Aligarh Muslim University (AMU). Di kampus yang berjarak sekitar 5 jam perjalanan dari Delhi ini, Akim hanya mengeluarkan sekitar Rp 16 juta untuk pendidikan selama tiga tahun hingga meraih gelar S-1.
Mahasiswa jurusan psikologi ini mengaku, tarif yang terjangkau serta kualitas pendidikan yang baik membuatnya memutuskan mengikuti tawaran dari senior-seniornya di salah satu pesantren di Banten untuk bersekolah di India.
”Di sini pendidikan murah, tetapi kualitasnya bagus. Banyak juga alumni AMU yang bekerja di luar negeri, termasuk di Eropa. Memang ada tantangan tersendiri bersekolah di sini, antara lain lingkungan sekitar yang kumuh,” ujarnya.
Mencari pendapatan
Di sisi lain, India juga menjadi salah satu tempat yang menarik untuk mencari pekerjaan.
Dini Siregar (32) menghabiskan 30 tahun hidupnya di India, terutama di Delhi. Setelah menamatkan S-3, Dini bekerja di bagian pemasaran sekolah musik di Delhi.
”India ini cukup maju di bidang teknologi informasi. Di sini sudah berlaku e-voting untuk pemilu. Perbankan juga sudah memakai e-banking. Saya coba e-banking perbankan di Indonesia dan India. Kesan saya, e-banking di India lebih maju,” katanya.
Berbagai pengalaman yang didapatnya di India ini tidak membuat Dini ingin seterusnya berada di negeri orang. Ia berencana kembali ke Indonesia setelah uang yang didapatnya dari bekerja kini sudah cukup untuk modal memulai usaha di Indonesia.
Hal senada disampaikan pelatih bulu tangkis Dwi Kristiawan (38). Sejak 2012, ia memilih menjadi pelatih bulu tangkis di negara berpenduduk terbesar kedua sedunia itu.
Dwi kini menjadi salah satu pelatih ganda Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty. Pasangan ganda putra India ini membuat kejutan dengan menjuarai Thailand Terbuka 2019 setelah mengalahkan unggulan ketiga asal China, Li Junhui/Liu Yuchen.
”Di sini, pemerintah dan swasta berani mengucurkan dana untuk mengembangkan olahraga, termasuk bulu tangkis. Di mana-mana banyak klub bulu tangkis,” ujarnya.
Klub-klub itu mengincar pelatih terbaik, termasuk dari Indonesia. Tentu saja, imbalan yang diberikan juga sepadan. Dwi memperkirakan ada 30 pelatih asal Indonesia yang kini bekerja di India.
Tri Prasetyo (28) juga pindah ke India untuk menjadi pelatih bulu tangkis sejak 2017. Menurut dia, pelatih bulu tangkis asal Indonesia banyak dicari karena memiliki nilai-nilai lebih. ”Pelatih dari Indonesia itu umumnya disiplin, pekerja keras, dan tanggung jawabnya besar,” ujarnya.
Meskipun sudah bertahun-tahun mencari nafkah di negeri orang, Dwi dan Prasetyo mengaku tetap berminat kembali ke Indonesia suatu saat kelak.
Dwi bahkan meninggalkan keluarganya di Indonesia. ”Suatu waktu nanti, saya juga balik. Di sini kerja saja. Waktu itu sempat ditawari pindah kewarganegaraan, tapi saya enggak mau,” ujarnya.
Pelajari kemajuan India
Duta Besar Indonesia untuk India Sidharto Reza Suryodipuro berharap semakin banyak orang Indonesia yang mau mempelajari kemajuan di India, antara lain dari sisi pendidikan dan teknologi.
”Biaya pendidikan di sini relatif terjangkau. Yang perlu disiapkan KBRI adalah mekanisme yang memudahkan calon mahasiswa dari Indonesia untuk masuk ke perguruan tinggi di sini,” katanya.
Ia mengakui, ujian masuk ke perguruan tinggi di India berbeda dibandingkan dengan di Indonesia. Karena itu, persiapan khusus calon mahasiswa perlu dilakukan.
Selain mahasiswa, warga negara Indonesia di India juga banyak yang mencari nafkah. ”Ini adalah keniscayaan ketika hubungan ekonomi kedua negara sudah dekat,” tuturnya.
Tahun ini, hubungan diplomatik Indonesia dan India sudah terjalin selama 70 tahun. Kedua negara juga saling mendukung sejak zaman kemerdekaan. Tidak heran, diaspora Indonesia pun banyak tersebar di India.
Sidharta memperkirakan ada 1.000 WNI di seluruh India.
Pengalaman di negeri seberang ini diharapkan bisa bermanfaat sekaligus memberikan sumbangsih bagi negeri sendiri.