Antisipasi Ekonomi dan Taktik Pemilu, Singapura Siap Dongkrak Belanja Publik
Pemerintah Singapura diperkirakan bakal mendongkrak belanja publik untuk mengurangi dampak penurunan ekonomi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SINGAPURA, SABTU — Pemerintah Singapura diperkirakan bakal mendongkrak belanja publik untuk mengurangi dampak penurunan ekonomi. Langkah ini juga dipilih untuk menenangkan publik menjelang pemilihan umum di negeri itu. Para analis, Jumat (6/9/2019), mengatakan, Partai Aksi Rakyat (PAP), partai penguasa di Singapura, mungkin mengadakan pemungutan suara tidak lama setelah menggelontorkan anggaran khusus pada Februari 2019.
Anggaran khusus itu akan digunakan untuk meningkatkan belanja publik sebagai upaya membantu warga di tengah tekanan ekonomi yang menimpa Singapura. Ekonomi Singapura sangat bergantung pada perdagangan dan tergoyang di tengah ancaman resesi saat ini.
Para analis itu memperkirakan, jika ekonomi negeri itu semakin memburuk, pemungutan suara bisa saja digelar lebih cepat. Pemerintah Singapura menyatakan, Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah membentuk panel khusus untuk meninjau aturan-aturan pemilu.
”Ekonomi Singapura adalah salah satu yang terlemah saat ini di kawasan Asia Pasifik, dan (penggelontoran anggaran khusus) itu masuk akal karena mereka adalah negara kecil dengan ekonomi yang terbuka, sangat bergantung pada perdagangan,” kata ekonom Moody’s Analytics, Steve Cochrane.
”Inilah waktunya bahwa pemerintah (Singapura) akan mendorong belanja publiknya, upaya untuk mendongkrak ekonomi di saat memang hal itu dibutuhkan,” ujar Cochrane.
Dengan kebijakan anggaran tersebut, Menteri Keuangan Heng Swee Keat—yang digadang-gadang akan menggantikan posisi PM Lee setelah pemilihan—sekaligus dinilai dapat meningkatkan profilnya. Para analis memperkirakan Heng akan menawarkan bantuan di bidang pendidikan, perumahan, pekerjaan, dan orangtua. Hal-hal itu adalah semua masalah penting bagi kalangan pemilih.
Gillian Koh, Wakil Direktur Penelitian di Institute of Public Policy Studies, mengatakan bahwa anggaran berikutnya kemungkinan akan mencakup lebih banyak subsidi untuk pengasuhan anak, pendidikan di tingkat pra-sekolah, dan untuk pelatihan awal maupun pelatihan kembali kelompok pekerja.
”Terbuka kemungkinan juga anggaran yang terkait dengan biaya yang diperuntukkan bagi kelompok masyarakat usia lanjut,” kata Koh.
Resesi sebagai peluang
Tekanan ekonomi yang dialami Singapura saat ini tidak selamanya negatif, khususnya menjelang pemilu negeri itu. Kondisi perekonomian yang tertekan dinilai juga menjadi sebuah peluang, khususnya bagi PAP.
Jika hal itu dikelola dengan baik, masyarakat akan melihat PAP sebagai pihak yang mampu mengelola ekonomi dengan baik, sekaligus mencarikan solusi di tengah tekanan dan kesulitan ekonomi.
Kondisi perekonomian yang tertekan bisa menjadi sebuah peluang, khususnya bagi PAP, jika mampu mengelola kondisi sulit itu.
”Selama PAP sebagai partai pemerintah tidak dianggap telah salah mengelola ekonomi, ekonomi yang melambat kemungkinan akan menguntungkan,” kata profesor hukum dan mantan anggota parlemen yang ditunjuk, Eugene Tan.
”Cadangan saat ini dapat memberikan dorongan signifikan untuk pengeluaran pemerintah dalam anggaran tahun depan dan itu dapat menguntungkan secara politis dan strategis untuk PAP,” ujar Tan.
Bagi banyak pemilih, beberapa dukungan ekstra untuk menurunkan biaya ekonomi yang mendatang kesulitan akan disambut baik oleh warga Singapura. ”Semakin sulit bagi banyak orang muda untuk mendapatkan perumahan, dan banyak warga kelas menengah seperti saya juga relatif merasa kesulitan,” kata bankir berusia 29 tahun, Alicia Tang.
Pada pemilu terakhir tahun 2015, PAP memenangi sekitar 69,9 persen suara. Jumlah perolehan suara kala itu naik dari level terburuk yang pernah terjadi pada tahun 2011 dengan perolehan total suara hanya mencapai 60,1 persen.
Kubu oposisi menilai struktur politik Singapura memang sangat mendukung posisi PAP. Hal itu juga membuat oposisi kesulitan mengajukan tantangan maupun perlawanan yang memadai. Kubu PAP sendiri membantah penilaian tersebut dan mengaku ikut mempromosikan pemilu yang kredibel.
”Partai Buruh, satu-satunya partai oposisi di parlemen, dengan enam dari 89 kursi terpilih, rasanya hampir musnah,” kata pemimpinnya, Pritam Singh. (REUTERS)