ABU DHABI, SELASA—Pimpinan eksekutif Aramco Arab Saudi mengatakan, BUMN itu siap melakukan dua tahap penawaran saham perdana (IPO) dalam waktu dekat. Kapan IPO dilakukan bergantung pada Pemerintah Arab Saudi. CEO Aramco Amin Nasser tidak merinci berapa saham yang akan dilepas di bursa Tadawul. Namun, berbagai laporan menyatakan, 1 persen saham akan ditawarkan kepada investor dalam negeri pada akhir tahun ini sebelum memberikan penawaran kepada investor asing.
”Aramco siap melakukan penawaran saham perdana kapan pun pemegang saham memutuskan, dan seperti yang kita dengar dari Yang Mulia Pangeran Abdulaziz kemarin, waktunya segera. Jadi, kami siap-siap. Itu intinya,” ujar Nasser kepada wartawan di sela-sela konferensi soal energi, Selasa (10/9/ 2019), di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, yang akrab disapa dengan inisialnya, MBS, pertama kali mengumumkan IPO Aramco pada 2016 dengan mengatakan bahwa 5 persen saham BUMN itu akan dijual kepada publik.
Namun, sejak saat itu, pemerintah terus menunda pelaksanaan IPO. Alasan terakhir adalah finalisasi akuisisi hampir 70 miliar dollar AS Aramco terhadap SABIC, perusahaan petrokimia Arab Saudi.
Bulan lalu, direksi Aramco mengatakan, melantai di bursa New York akan membawa terlalu banyak konsekuensi legal. Selain New York, bursa London, Hong Kong, dan Tokyo telah mendekati pejabat Arab Saudi agar melantai di bursa mereka.
MBS menetapkan nilai Aramco 2 triliun dollar AS. Namun, para analis memperkirakan nilainya mendekati 1,5 triliun dollar AS. Dengan nilai itu pun, IPO Aramco berpotensi menjadi IPO terbesar di dunia.
IPO Aramco ini menjadi langkah penting MBS dalam diversifikasi perekonomian negaranya yang sangat didominasi oleh penjualan minyak. MBS berencana menggunakan dana segar dari IPO Aramco untuk mendukung proyek-proyek pembangunan skala besar yang bisa membuka jutaan lapangan kerja di dalam negeri.
Upaya diversifikasi itu menjadi prioritas utama Saudi di saat harga minyak sekitar 60 dollar AS per barel atau di bawah rentang 80-85 dollar AS per barel yang diperlukan untuk mencukupi belanja pemerintah. (AP/REUTERS/ADH)