JAKARTA, KOMPAS— Stabilitas dunia diperkirakan semakin terdampak persaingan kekuatan dan ekonomi antara Amerika Serikat dan China. Negara-negara di Asia Pasifik, yang menjadi salah satu tempat persaingan kedua negara adidaya itu, perlu menjunjung multipolaritas guna menjaga ketahanan Asia Pasifik dari tarikan kekuatan atau pengaruh salah satu pihak.
Hal itu menjadi salah satu topik bahasan yang disampaikan Pemimpin Oposisi di Senat Australia, Penny Wong, dalam seri diskusi yang digelar Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Selasa (24/9/2019). Diskusi itu bertajuk ”Protecting and Promoting Regional Interests in a Time of US-China Strategic Competition”. Diskusi itu dipandu Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte.
”Wilayah multipolar tempat AS tetap terlibat secara mendalam dan konstruktif; di mana China adalah kontributor yang positif; dan di mana perspektif dan kontribusi kekuatan- kekuatan yang lebih kecil juga dihormati dan dihargai,” kata Wong.
Sebagai dua kekuatan besar, menurut Wong, AS dan China dengan cara yang berbeda memilih jalur yang menantang status quo. Persaingan strategis mereka semakin menentukan niat dan perilaku masing-masing. Wilayah Asia dan Pasifik dinilainya menjadi tempat persaingan itu. Tujuan bersama negara-negara di kawasan yang dibangun dengan semangat multipolar menjadi sebuah keniscayaan. Dengan semangat multipolar itu, Asia Pasifik menjadi sebuah wilayah yang mendapat dukungan bersama dalam penghormatan dan perwujudan aturan, norma, dan karakteristik internasional.
”Ini adalah narasi zaman ini. Persaingan itu tidak bisa dihindari dalam tataran aspek hubungan internasional, dan jika tidak diimbangi tujuan kerja sama, perdamaian, dan stabilitas kita pun menjadi rentan,” kata Wong.
Ia menyatakan, dari sisi Australia, negaranya menginginkan suatu wilayah yang mempertahankan sistem institusi, aturan, dan norma untuk memandu perilaku, memungkinkan tindakan kolektif dan untuk menyelesaikan perselisihan. Australia juga menghormati pembentukan aturan melalui negosiasi—bukan pemaksaan—dan sistem perdagangan terbuka serta transparansi investasi.
”Wilayah di mana hasil tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan. Wilayah di mana semua orang hidup dalam kedamaian dan kemakmuran,” kata Wong, seraya menyatakan keyakinannya bahwa negara seperti Indonesia juga menghidupi nilai-nilai seperti itu.
Wong menyampaikan, dalam menyikapi kompetisi dan mengantisipasi dampak persaingan AS-China, negara di kawasan perlu fokus meningkatkan kerja sama. Kerja sama yang dijalin harus berdasarkan aturan dan norma yang ada, misalnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS 1982) dan Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT).
”Kami harap China tetap menghormati elemen inti yang membentuk kawasan stabil, damai, dan makmur. AS juga diharapkan menyajikan narasi dan visi positif tentang masa depan serta dengan lebih jelas menyatakan apa yang ditawarkan dan ditentangnya,” kata Wong.
Ia juga mendorong keterlibatan langsung ASEAN di kawasan. ASEAN telah memiliki Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang menekankan sentralitas ASEAN. Australia menyambut baik pandangan tersebut. (LSA/BEN)