NEW YORK, SELASA —Iran bersedia merundingkan ulang kesepakatan nuklir dengan negara-negara penanda tangan, dengan syarat Amerika Serikat juga bersedia mencabut sanksi dan kembali mengakui kesepakatan nuklir 2015.
Presiden Iran Hassan Rouhani, Selasa (24/9/2019) malam waktu New York atau Rabu pagi WIB, menyatakan terbuka pada kemungkinan perubahan kecil atas kesepakatan nuklir 2015. Hal itu bisa dilakukan jika AS mencabut sanksi terhadap Iran.
Selama ini, Iran selalu menolak merundingkan ulang kesepakatan dikenal dengan nama Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu. Sikap Teheran berubah setelah, Senin lalu, Inggris, Perancis, dan Jerman meminta Iran berunding ulang. Ketiga negara Eropa itu semula berusaha mempertahankan kesepakatan nuklir yang mereka tanda tangani bersama AS, Rusia, dan China serta Iran.
AS telah mundur secara sepihak dari kesepakatan itu dan menjatuhkan sanksi kepada Iran. Sikap Inggris, Perancis, dan Jerman berubah selepas peristiwa serangan atas kilang minyak di Arab Saudi, 14 September. Ketiga negara itu secara terbuka menuding Iran bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Selama ini, desakan perundingan ulang muncul dari AS. Selain soal nuklir, perundingan ulang yang diminta Presiden AS Donald Trump meliputi isu pengembangan rudal dan senjata Iran serta dugaan dukungan Iran kepada milisi bersenjata di Timur Tengah.
Perubahan kecil
Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan, Iran tidak hanya siap berunding ulang jika AS mencabut sanksi. Iran malah berani berjanji tidak akan membuat senjata nuklir. ”Presiden punya usulan atas perubahan kecil atas kesepakatan,” ujarnya.
Televisi Iran melaporkan, usulan yang dimaksud Rabiei berupa tambahan protokol dari parlemen Iran dan ratifikasi oleh kongres AS. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memberi tanda persetujuan atas perundingan ulang JCPOA dengan syarat AS mencabut semua sanksi. ”Kami tidak menutup pintu perundingan. Kami hanya meminta Anda (AS) bertindak kredibel,” kata Menlu Iran Mohammad Javad Zarif.
Zarif juga pernah menyatakan Iran siap mengizinkan pengawasan lebih mendalam oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Sementara itu, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, ia sudah bertemu Rouhani di New York. Dalam pertemuan itu, ia mempersoalkan serangan ke kilang minyak Arab Saudi dan membahas perundingan ulang. ”Kita harus duduk bersama lagi dalam perundingan yang jujur soal nuklir Iran, kegiatan kawasan dan program (rudal) balistik, juga pendekatan selain sanksi,” kata Macron.
Ia berupaya agar Rouhani bertemu Trump selama di New York. ”Jika dia (Rouhani) meninggalkan negara ini tanpa bertemu Presiden Trump, sejujurnya kesempatan sudah hilang,” ujar Macron. (AFP/REUTERS)