JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan berkelanjutan di berbagai bidang dapat memikat investasi yang bisa menggerakkan roda ekonomi. Agar hal ini terwujud, diperlukan komitmen semua pihak, mulai dari pemerintah, industri, hingga masyarakat yang sadar dan ikut bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan.
Demikian benang merah yang disampaikan empat duta besar negara-negara Nordik untuk Indonesia, yaitu Duta Besar Denmark Rasmus Abildgaard Kristensen, Dubes Finlandia Jari Sinkari, Dubes Norwegia Vegard Kaale, dan Dubes Swedia Marina Berg di acara Nordic Night di Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Nordic Night digelar untuk memperingati Hari Nasional, sekaligus menghormati hubungan baik negara-negara Nordik dengan Indonesia. Acara ini juga menjadi ajang negara-negara Nordik untuk menunjukkan prioritas perhatiannya, yaitu pada isu perubahan iklim, pendidikan, laut yang bersih, dan feminisme.
Sinkari menegaskan, pesan utama yang ingin disampaikan negara-negara Nordik dari tahun ke tahun secara konsisten adalah soal keberlanjutan. Keberlanjutan ini akan menjamin berputarnya roda ekonomi dengan lebih baik.
Berg mengatakan, perusahaan dari Nordik mempromosikan nilai keberlanjutan dalam kegiatan usaha mereka. Ketika sistem pendukung ekonomi di satu negara berlanjut, mereka akan tertarik menanamkan investasinya.
Menurut Sinkari, penting bagi Pemerintah Indonesia mempromosikan diri ke negara-negara Nordik. Hal itu karena selama ini Indonesia masih berada di bawah radar pelaku usaha kecil dan menengah dari negara Nordik.
Kristensen bercerita, Indonesia tidak menjadi pilihan banyak investor Denmark saat akan menanamkan investasinya di Asia Tenggara. Mereka cenderung memilih Vietnam dan Singapura. Karena itu, Pemerintah Indonesia perlu memperbaiki citra agar lebih dikenal di kalangan industri.
Sinkari menambahkan, saat ini kesadaran masyarakat dunia akan keberlanjutan terus meningkat. Bahkan, kesadaran tentang dampak perubahan iklim di antara anak-anak muda, misalnya, sudah makin bagus.
Kristensen bercerita, Indonesia tidak menjadi pilihan banyak investor Denmark saat akan menanamkan investasinya di Asia Tenggara. Mereka cenderung memilih Vietnam dan Singapura. Indonesia perlu memperbaiki citra agar lebih dikenal di kalangan industri.
Bahkan, ujar Kristensen, tidak hanya menuntut para pemimpin untuk bertindak serius, anak-anak muda juga merasa bertanggung jawab dan ikut terlibat dalam berbagai aksi menyelamatkan bumi ini. Di kalangan mereka, sudah muncul gerakan untuk berhenti menggunakan kantong plastik sekali pakai atau sedotan.
Energi terbarukan
Kristensen menyatakan, dalam hal energi baru dan terbarukan, misalnya, Indonesia mungkin melihat apa yang dilakukan negara-negara Nordik sangat bagus. Namun, hal itu dilakukan 20-30 tahun lalu dengan biaya yang sangat mahal karena sebagian masih dalam uji coba teknologi. Misalnya, pembangkit listrik tenaga angin atau mengubah sampah menjadi listrik.
Kini energi terbarukan kian terjangkau. Akan tetapi, para politisi seringkali menyatakan bahwa energi terbarukan mahal sehingga keberlanjutannya sulit dijamin. Ini justru keliru.
Para duta besar juga menilai rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan bisa menjadi kesempatan bagi pemerintah Indonesia untuk membangun kota pintar berkelanjutan yang hijau dan sehat. Kota seperti ini nantinya bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah tidak bisa sendirian tanpa melibatkan peran swasta yang memiliki modal, kompetensi, dan teknologi. Dalam konteks ini, negara-negara Nordik memiliki banyak industri dengan kompetensi dan teknologi yang baik yang bisa mendukung pemerintah Indonesia. Pembangunan perkotaan yang akan dilakukan tetap harus berdasar pada data dan riset ilmiah.
“Kami berharap Indonesia tidak hanya melihat negara-negara besar yang menawarkan proyek infrastruktur murah, tetapi melihat juga negara-negara Nordik yang memiliki teknologi,” ujar Kristensen.
Meskipun kecil, negara-negara Nordik masuk dalam delapan negara di dunia dengan perekonomian yang besar.
Potensi Indonesia
Mengenai potensi Indonesia, sebagai negara besar dengan populasi mencapai 260 juta jiwa dan negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak kelebihan yang bisa ditawarkan kepada dunia. Kelebihan itu, antara lain, keberagaman budaya dan toleransi masyarakatnya, ekonomi yang tumbuh, serta praktik demokrasi yang berjalan baik. Semua itu bisa menjadi inspirasi bagi negara lain.
Akan tetapi, para duta besar negara-negara Nordik merasa kehadiran Indonesia dalam setiap level percaturan dunia masih belum optimal. “Saya merasa agak \'kehilangan\' Indonesia sedikit. Karenanya saya mendorong Indonesia untuk lebih aktif lagi terlibat dalam forum dunia,” ujar Kristensen.
Menurut Sinkari, saat ini ketertiban dunia yang berbasis pada aturan, mekanisme internasional, dan multilateralisme terancam oleh kecenderungan unilateralisme yang dikomandani oleh segelintir negara adidaya. Dalam situasi seperti ini, Indonesia dengan politik luar negerinya perlu terus memperkuat perannya dalam badan dunia dan mempromosikan ketertiban dunia yang berdasarkan pada mekanisme internasional.
Marina menuturkan, posisi Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) sudah bagus. Menteri luar negeri RI pun telah berperan bagus selama ini di kancah politik internasional. Tetapi, Indonesia tetap perlu lebih lantang lagi bersuara agar lebih didengar.
“Indonesia adalah negara besar dengan populasi yang juga besar. Indonesia juga merupakan negara Muslim terbesar di dunia dengan perekonomian yang terus tumbuh. Tidak mengherankan kalau harapan kepada Indonesia pun tinggi,” kata Kaale menambahkan.