Arab Saudi tidak ingin berperang dengan Iran. Meskipun demikian, Riyadh berharap dunia bersatu menghadapi Teheran.
Oleh
Kris Razianto Mada
·2 menit baca
NEW YORK, SENIN — Arab Saudi tidak ingin berperang dengan Iran. Meskipun demikian, Riyadh berharap dunia bersatu menghadapi Teheran.
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan, perang Arab Saudi-Iran akan menjadi bencana besar bagi dunia. ”Kawasan (di Teluk Persia) mewakili 30 persen pasokan energi global, 20 persen angkutan niaga global, dan 4 persen produk domestik bruto dunia. Bayangkan kalau semua ini berhenti. Hal ini berarti kejatuhan ekonomi global bukan hanya Arab Saudi atau negara-negara di Timur Tengah,” katanya dalam wawancara yang disiarkan televisi Amerika Serikat, CBS, Minggu (29/9/2019) malam waktu New York atau Senin pagi WIB.
Ia memang sepakat bahwa serangan terhadap kilang-kilang minyak Arab Saudi pada 14 September 2019 adalah pernyataan perang oleh Iran. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa berpendapat senada. Mereka menuding Iran bertanggung jawab atas serangan tersebut. Serangan itu mengganggu 5 persen pasokan minyak global.
Meskipun demikian, Mohammed tetap mendorong solusi selain perang. ”Solusi politik dan damai lebih baik dibandingkan perang,” ujarnya.
Ia menyebut serangan ke kilang Abqaiq dan Khurais itu sebagai tindakan bodoh. ”Tak ada tujuan strategis. Hanya orang bodoh mau menyerang 5 persen pasokan global. Tujuannya hanya membuktikan mereka bodoh,” ujarnya.
Tekanan
Meski meminta solusi selain perang, ia tetap mendorong dunia bersatu menekan Teheran. ”Jika dunia tidak bersatu dan tegas terhadap Iran, kita akan melihat ketegangan lanjutan yang akan mengancam kepentingan dunia. Pasokan minyak akan terganggu dan harga minyak akan melonjak pada tingkat yang tak pernah kita bayangkan dan saksikan sepanjang hidup,” kata Mohammed.
Ia juga menyatakan, Presiden AS Donald Trump seharusnya bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani. Lewat pertemuan itu, Trump diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan baru tentang program nuklir dan pengaruh Iran di kawasan.
Pekan lalu, pemimpin Eropa berupaya mempertemukan Rouhani dan Trump di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB yang dihadiri Rouhani. Sampai Rouhani pulang dari New York, pertemuan itu tidak terjadi. Iran meminta AS mencabut sanksi sebagai syarat pertemuan atau perundingan. (AP/REUTERS)