Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam tidak menutup kemungkinan meminta bantuan Beijing untuk meredam unjuk rasa yang telah berlangsung empat bulan.
Oleh
·2 menit baca
HONG KONG, SELASA — Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam tidak menutup kemungkinan meminta bantuan Beijing untuk meredam unjuk rasa yang telah berlangsung empat bulan. Lam mengatakan, Beijing menghendaki agar Hong Kong menyelesaikan masalah domestiknya. Namun, berdasarkan konstitusi yang dikenal dengan Hukum Dasar, Hong Kong bisa meminta bantuan Beijing.
”Apabila situasi menjadi sangat genting, tidak ada opsi yang dikesampingkan jika kita ingin Hong Kong memiliki kesempatan lagi,” kata Lam dalam jumpa pers mingguan, Selasa (8/10/2019). Akhir pekan lalu, Hong Kong sempat lumpuh karena kekerasan dalam unjuk rasa.
”Akan tetapi, saat ini, saya dan tim, kami, tetap berkomitmen memastikan kita masih menggunakan instrumen sendiri untuk mencoba dan memulihkan situasi serta ketertiban di Hong Kong,” ujar Lam. Ia menambahkan, pihaknya tak berencana memperluas hukum darurat yang diberlakukan Jumat pekan lalu. ”Tetapi, saya akan mengimbau setiap orang di masyarakat bergabung mencapai tujuan ini.”
Protes di Hong Kong yang belum menunjukkan tanda akan mereda menjadi tantangan besar bagi Presiden China Xi Jinping. Protes itu juga merupakan krisis politik paling sulit yang dihadapi Hong Kong sejak Inggris mengembalikan Hong Kong kepada China pada tahun 1997.
Lam mengatakan, protes telah menghancurkan ekonomi Hong Kong. ”Berbagai sektor di Hong Kong akan memasuki musim dingin yang parah,” ujarnya.
Akhir pekan lalu, ribuan pemrotes berunjuk rasa di jalanan Hong Kong menggunakan masker wajah meski pemerintahan telah melarang pengunjuk rasa menggunakan masker. Mereka berkeras menutup wajah dengan menggunakan masker untuk menutupi identitas sekaligus melindungi diri dari gas air mata polisi.
Mengeras
Akhir-akhir ini, unjuk rasa itu berubah menjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa. Situasi itu memaksa penutupan operasi kereta bawah tanah karena beberapa stasiun dibakar. Selain itu, menurut polisi, lebih dari 200 toko dan fasilitas publik rusak sejak protes Jumat pekan lalu. Untuk menghalau pengunjuk rasa, polisi menembakkan 367 tabung gas air mata ke arah pemrotes.
Sebanyak 13 stasiun kereta komuter hingga Selasa (8/10) pagi masih ditutup. Dua di antaranya kemudian dibuka. Pengelola MTR mengatakan, seluruh jaringan kereta yang setiap hari digunakan sekitar 4 juta orang akan ditutup pukul 20.00, lima jam lebih awal dari jadwal normal.
Kepolisian Hong Kong menyebutkan, 77 orang ditangkap karena melanggar larangan pemakaian masker penutup wajah.
Unjuk rasa yang semula memprotes undang-undang ekstradisi kini berubah menjadi gerakan prodemokrasi melawan cengkeraman Beijing yang makin kuat terhadap Hong Kong, dan merusak formula ”satu negara dua sistem”.
China menampik tuduhan itu dengan mengatakan bahwa pemerintahan asing, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, telah mengompori sentimen anti-China.