Berbagi untuk mereka yang kurang mampu merupakan sikap terpuji yang membahagiakan, baik bagi si pemberi maupun si penerima. Itulah yang dilakukan dua anak perempuan Amerika Serikat, Amanda Santana (12) dan Anna Rissi (12). Dua gadis cilik ini membagikan makanan secara gratis kepada mereka yang kurang mampu.
Mereka mengubah lemari pakaian menjadi tempat makanan yang penuh dengan buah-buahan, makanan kaleng, pasta gigi, buku anak-anak, dan masih banyak lagi lainnya. Hari Minggu (20/10/2019), di seberang Sungai Potomac, Alexandria, Virginia, tidak jauh dari Washington DC mereka kembali mewujudkan ”proyek” mereka.
Di lemari itu ditempel instruksi tertulis: ”Ambil apa yang Anda butuhkan, tinggalkan apa yang Anda bisa berikan”.
Di luar dugaan, apa yang mereka lakukan mendapatkan sambutan positif. Banyak orang menyumbangkan apa yang mereka punya. Amanda Santana dan Anna Rissi menaruh lemari itu sejak tahun lalu di lingkungan Alexandria, tempat tinggal mereka, dan secara rutin warga di lingkungan Alexandria mengisi ”dapur” itu dengan bahan makanan yang tidak mudah busuk, perlengkapan mandi, serta mainan untuk siapa saja yang membutuhkannya. Semuanya gratis.
Ketika Santana dan Rissi merapikan dapur mereka di Alexandria, mereka ingat seorang pria yang menggunakan dapur tersebut. ”Dia berkata, ’Hari ini untuk pertama kali dalam waktu yang sangat lama, saya akhirnya bisa makan tomat segar’,” kata Santana. ”Itu membuatku tersenyum,” katanya.
Misi global
Proyek lokal mereka merupakan bagian dari gerakan ”Little Free Pantry” global. Proyek ini membuka akses untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan dasar selama 24 jam di lingkungan mereka bagi warga yang kurang mampu.
Penggagas inisiatif ”Little Free Pantry” ini, Jessica McClard, mencontoh dari proyek ”Little Free Library”. Dalam proyek itu anggota masyarakat dan dunia bisnis di lebih dari 90 negara telah membangun kotak di beberapa kota, yang warganya dapat menyumbangkan buku-buku mereka ataupun mencari buku-buku yang mereka perlukan.
McClard membangun proyek internasional pertama ”Little Free Pantry” itu pada tahun 2016, di lantai dasar sebuah gereja di Fayetteville, Arkansas, yang merupakan salah satu negara bagian paling rawan pangan di AS. Banyak lembaga penyedia makanan darurat, tetapi jam bukanya tidak teratur. ”Little Free Pantry” selalu buka sepanjang hari.
Warga yang memerlukan pun dapat menggunakan dapur itu secara pribadi dan untuk menghindari ”rasa malu” menggunakan voucer Federal di toko bahan pangan. McClard sendiri pernah hidup dengan mengandalkan voucer makanan. ”Di satu sisi, ada kebutuhan, rasa malu, dan khawatir akan penilaian orang lain,” katanya.
Dalam empat tahun sejak McClard meluncurkan gerakan ”Little Free Pantry” dengan moto ”Feeding Neighbors, Nourishing Neighbors” ini telah berkembang menjadi 670 proyek. Angka sebenarnya bisa tiga kali lipat dari itu.
Kelaparan di AS melonjak selama resesi 2008 dan baru saja pulih. Departemen Pertanian AS (USDA) melaporkan, tahun lalu, lebih dari 11 persen populasi tinggal dalam situasi ”rawan pangan”. Situasi itu makin buruk karena ada biaya kebutuhan hidup lainnya. Menurut penelitian Universitas Harvard pada 2017, pengeluaran rumah tangga yang dianggap berat adalah pengeluaran untuk kebutuhan rumah.
Selain di AS, gagasan dapur gratis itu pun telah berkembang di Eropa, Kanada, Afrika Selatan, Filipina, Selandia Baru, dan Australia. (THOMSON REUTERS FOUNDATION/LOK)