Pemerintah Jerman akan terbuka memberi Inggris perpanjangan waktu jangka pendek dalam proses keluarnya negara itu dari Uni Eropa jika hal itu dilakukan dengan alasan politik yang tepat.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·2 menit baca
BERLIN, RABU— Pemerintah Jerman akan terbuka memberi Inggris perpanjangan waktu jangka pendek dalam proses keluarnya negara itu dari Uni Eropa jika hal itu dilakukan dengan alasan politik yang tepat. Jerman sekaligus menunggu proses ratifikasi rancangan undang-undang Brexit di parlemen Inggris.
”Kita perlu tahu, apa yang sesungguhnya menjadi alasan untuk hal itu,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi n-tv, Rabu (23/10/2019).
Lebih jauh, menurut Maas, jika alasan yang diajukan Inggris adalah sebuah alasan yang masuk akal, maka bagi Jerman hal itu tak menjadi sebuah persoalan. ”Jika mundurnya itu hanya dua atau tiga pekan untuk memungkinkan anggota parlemen di London menerapkan ratifikasi RUU dengan cara yang masuk akal, saya pikir ini lebih baik dan bukan menjadi masalah,” katanya.
Ratifikasi Brexit dengan batas waktu 31 Oktober 2019 dinilai hampir mustahil dipenuhi.
Pernyataan Maas ini menjadi tanggapan atas komentar yang disampaikan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, sehari sebelumnya. Berbicara di London, Johnson mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada UE untuk memutuskan apakah mereka ingin menunda Brexit dan untuk berapa lama. Komentar itu muncul setelah dinamika di parlemen di Inggris membuat ratifikasi Brexit dengan batas waktu 31 Oktober 2019 dinilai hampir mustahil dipenuhi. Penegasan itu disampaikan Johnson pada Rabu.
Dalam kesempatan terpisah, Johnson meminta pemimpin oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, menjelaskan bagaimana dan seperti apa penyelesaian Brexit. Pertanyaan itu diajukan karena parlemen menolak penetapan jadwal waktu terkait proses itu.
”Masih ada waktu bagi (Corbyn) melakukan hal itu dan menjelaskan kepada khalayak di negara ini tentang bagaimana dia menghormati janjinya yang dia buat berulang kali dalam memenuhi keinginan rakyat dan menyelesaikan Brexit,” kata Johnson di depan anggota parlemen.
Di Eropa, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan, dirinya akan merekomendasikan 27 negara lain di UE untuk mengabulkan permintaan Inggris untuk perpanjangan batas waktu Brexit. Menurut dia, pihaknya dapat mengusulkan agar batas akhir Brexit diundur ke akhir Januari tahun depan. Namun, patut diingat dan harus dipastikan efek-efeknya, terutama terkait awal tahun depan adalah waktu pelaksanaan pemilu di Inggris.
Kondisi itu pun menimbulkan ketidakpastian baru dalam proses Brexit. Hal itu turut mendorong penurunan pasar saham di Eropa. Sejumlah bursa saham dibuka turun pada perdagangan Rabu, ditambah dengan sentimen negatif dari data kinerja sejumlah perusahaan.
Indeks saham DAX di Jerman dibuka turun 0,1 persen seiring penurunan indeks saham CAC di Perancis 0,6 persen. Indeks saham FTSE 100 di London dibuka naik tipis 0,3 persen. (AFP/REUTERS)