SEOUL, kamis —Korea Utara dilaporkan menembakkan dua proyektil yang diduga berupa rudal jarak pendek dari wilayah Pyongan Selatan di Korut ke arah timur laut, Kamis (31/10/ 2019). Korea Selatan dan Jepang mengecam tindakan tersebut, sementara Amerika Serikat mengaku memonitor laporan-laporan terkait hal itu.
Tindakan peluncuran tersebut dilaporkan militer Korsel dan Jepang secara terpisah. Spekulasi pun langsung bermunculan terkait motif Pyongyang di tengah perundingan nuklir dengan Washington yang menemui jalan buntu.
Otoritas militer Korsel melaporkan bahwa proyektil dari Korut itu meluncur sejauh 370 kilometer pada ketinggian maksimum 90 kilometer. ”Kami memastikan kesiapan dan pemantauan jika ada peluncuran tambahan,” demikian pernyataan otoritas militer Korsel atas peristiwa yang cukup mengejutkan tersebut.
Pyongyang menyatakan kecewa dengan kurangnya solusi ”baru dan kreatif” yang ditawarkan Washington.
Tindakan Pyongyang itu merupakan aksi teraktual dari serangkaian peluncuran rudal serupa oleh Korut sejak 2 Oktober lalu. Pada saat itu, Pyongyang diduga menembakkan rudal yang diluncurkan dari laut. Langkah itu dinilai cukup provokatif mengingat kemampuan peluncuran rudal berbasis kapal selam akan dapat mengubah keseimbangan militer di wilayah Semenanjung Korea.
Seperti diwartakan, Korut meninggalkan perundingan nuklir dengan AS di Swedia. Pyongyang menyatakan kecewa dengan kurangnya solusi ”baru dan kreatif” yang ditawarkan Washington. Pyongyang saat ini berada di bawah serangkaian sanksi internasional atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Menurut Pyongyang, program tersebut perlu dipertahankan sebagai antisipasi atas kemungkinan invasi AS. Korut menuntut pelonggaran sanksi dan telah berulang kali mendesak Washington agar mengajukan tawaran baru paling lama akhir tahun ini.
Ancam stabilitas
Dewan Keamanan Nasional Korsel menyatakan keprihatinan yang kuat atas aksi peluncuran rudal terbaru oleh Pyongyang kali ini. Hal yang sama juga dikemukakan Pemerintah Jepang. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengecam keras aksi tersebut. Ia menyebut peluncuran rudal itu mengancam perdamaian dan stabilitas negara dan kawasan.
Pemerintah Jepang menyatakan, Korut telah melakukan lebih dari 20 peluncuran rudalnya sepanjang tahun ini. ”Jelas bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan teknologi rudalnya. Perlu kiranya bagi kami untuk lebih memperkuat pengawasan keamanan kami,” kata Abe.
Pyongyang telah dilarang meluncurkan rudal balistik sesuai resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kementerian Pertahanan Jepang menggambarkan senjata itu seperti rudal balistik. Padahal, Pyongyang telah dilarang meluncurkan rudal balistik sesuai resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Secara terpisah di Washington, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan terus memantau laporan peluncuran rudal Korut. Hal itu mengacu pada laporan Korsel dan Jepang terbaru atas aksi peluncuran proyektil kemarin.
”Kami mengetahui laporan peluncuran rudal Korea Utara itu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS terkait aksi Pyongyang. ”Kami terus memantau situasi dan berkonsultasi dengan sekutu kami di Jepang dan Korsel.”