Virus itu bisa memusnahkan hingga 25 persen populasi babi yang merupakan salah satu sumber pangan penting di banyak negara. Penyakit itu juga berpeluang menyebar di Indonesia
Oleh
KRIS MADA
·2 menit baca
SYDNEY, KAMIS— Virus demam babi Afrika dapat mengancam cadangan pangan global. Virus itu bisa memusnahkan hingga 25 persen populasi babi yang merupakan salah satu sumber pangan penting di banyak negara. Penyakit itu juga berpeluang menyebar di Indonesia
”Ini ancaman terbesar yang pernah kita lihat terhadap babi,” kata Presiden Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Mark Schipp, Kamis (31/10/2019).
Demam babi Afrika (African swine fever, ASF) tidak berbahaya pada manusia. Walakin, ASF amat mematikan pada babi dan belum ada obatnya sampai sekarang.
Ini ancaman terbesar yang pernah kita lihat terhadap babi.
Penyakit itu juga amat mudah menyebar. Kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau karena makan sisa-sisa yang mengandung daging babi atau produk daging babi yang tak diproses bisa menyebabkan penularan. Babi yang sembuh dari infeksi dapat membawa virus selama beberapa bulan di tubuhnya. Meski telah melalui pengolahan, pengemasan, dan pengangkutan, produk daging yang terkontaminasi pada sumbernya dapat tetap mampu menyebarkan penyakit.
China paling terpukul oleh penyakit yang pertama kali menyebar di Afrika hampir seabad lalu itu. Sejumlah kajian memprediksi pada akhir 2019, China bisa kehilangan 350 juta dari 700 juta ekor babi yang diternakkan di negara itu. Kehilangan sebesar itu bisa amat berdampak pada perekonomian China.
ASF membuat pasokan daging babi berkurang dan harganya melonjak 69 persen di China. Perdana Menteri China Li Keqiang sampai menyebut situasi itu sebagai bahaya. Impor babi dari Amerika Serikat ke China melonjak dari rata-rata di bawah 10 persen menjadi 20 persen pada Agustus 2019.
Sekitar Indonesia
Schipp mengatakan, ASF tidak hanya ditemukan di China. Di Timor Leste—yang berbagi Pulau Timor dengan Nusa Tenggara Timur—sudah ada laporan ASF. Laos, Filipina, dan Vietnam juga sudah melaporkan penyebaran ASF.
Indonesia pun bisa kehilangan hingga Rp 3 triliun jika Singapura menghentikan impor babi gara-gara ASF.
Peneliti Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies, Tri Satya Putri Naipospos, menyebut, Indonesia harus mengantisipasi ASF. Setidaknya ada sekitar 1,2 juta rumah tangga usaha peternakan babi—sebagian besar peternakan rakyat—di Indonesia. Kematian massal babi juga bisa mengganggu cadangan pangan.
Indonesia pun bisa kehilangan hingga Rp 3 triliun jika Singapura menghentikan impor babi gara-gara ASF. Kini, Singapura mengimpor ribuan ekor babi dari Batam setiap hari. (AP/REUTERS)