Rasa Pilu di Tengah Mimpi Kemakmuran
Hoang Van Lanh terus dirundung gelisah. Hingga saat ini, ia belum kunjung menerima kabar dari putranya, Hoang Van Tiep. Tiep—yang baru saja menginjak remaja—disebutnya sebagai anak baik.
Hoang Van Lanh terus dirundung gelisah. Hingga saat ini, ia belum kunjung menerima kabar dari putranya, Hoang Van Tiep. Tiep—yang baru saja menginjak remaja—disebutnya sebagai anak baik. Ia ingin pergi ke luar negeri untuk bekerja dan merawat orangtua.
”Dia berkeras untuk pergi demi kehidupan yang lebih baik,” kata Van Lanh di kampungnya, Dien Thinh.
Ia menjadi begitu cemas ketika mendengar kabar tentang temuan 39 jenazah yang terkurung di dalam sebuah truk peti kemas di Grays, Inggris. Korban diduga adalah migran yang diselundupkan dengan menggunakan truk peti kemas dari Belgia menuju Inggris. Sebagian di antara korban diduga berasal dari Vietnam.
Dien Thinh adalah desa pesisir yang dihuni 300 rumah tangga yang hidupnya bergantung pada pertanian kacang tanah, wijen, serta menangkap ikan. Sebuah gereja besar berwarna merah muda di pusat desa menandakan bahwa desa ini adalah permukiman Katolik yang dikelilingi rumah-rumah sederhana meskipun ada juga beberapa rumah baru berlantai dua dan tiga milik keluarga yang kerabatnya bekerja di luar negeri.
Desa Dien Thinh berjarak 15 menit berkendara dari distrik Yen Thanh, daerah tempat 13 keluarga melaporkan kehilangan anggota keluarganya yang sedang berada di Eropa.
Dia berkeras untuk pergi demi kehidupan yang lebih baik
Menurut standar Vietnam, Dien Thinh tidak terlalu miskin. Namun, seperti banyak daerah perdesaan, Dien Thinh termasuk tertinggal dari wilayah perkotaan. Menurut Pemerintah Vietnam, pendapatan rata-rata tahunan per kapita di provinsi tempat Desa Dien Thinh berada setara Rp 22,7 juta, sedangkan pendapatan rata-rata nasional mencapai Rp 36 juta.
Banyak orang muda dari desa-desa di Vietnam pergi ke kota-kota di Eropa untuk mencari peluang atau pekerjaan yang memberi mereka penghasilan lebih baik.
Hung (30) adalah seorang guru musik sekolah. Akan tetapi, gaji yang ia peroleh untuk pekerjaan paruh waktu tersebut hanya empat-lima juta Dong atau sekitar Rp 2,4 hingga Rp 3 juta sebulan. Menurut ayah Hung, Nguyen Thanh Le, gaji itu membuatnya putus asa sehingga Hung selalu ingin bekerja ke luar negeri.
”Hung ingin pergi bekerja di luar negeri sehingga dia bisa mendapatkan uang untuk mendukung orangtuanya karena kami berdua sakit dan tidak bisa bekerja,” kata Nguyen Thanh Le.
Ia mengatakan, Hung pergi diam-diam. Sejak tahun 2017 Hung tinggal di Perancis dan bekerja sebagai pelayan di beberapa restoran.
Berbahaya
Perjalanan ribuan mil ke Eropa Barat sebenarnya sangat berbahaya, terutama untuk perempuan dan anak- anak.
”Ada risiko yang sangat tinggi bagi mereka karena bisa dieksploitasi secara seksual dalam perjalanan,” kata Mimi Vu, aktivis anti-perdagangan manusia yang berbasis di Vietnam. ”Jika Anda bepergian sendirian di antara sekelompok pria, menurut Anda apa yang akan terjadi? Jika orang-orang ini berpikir mereka dapat menghasilkan uang dari Anda, maka mereka akan lakukan,” kata Mimi.
Perjalanan berbahaya tersebut sebenarnya tidak memberikan imbalan finansial apa pun. Biaya penyelundupan yang terlalu tinggi membuat banyak migran ilegal terjebak dalam perbudakan. Mereka biasanya harus membayar 40.000-50.000 dollar AS agar bisa diselundupkan ke Inggris, ditambah bunga.
Dan ketika mereka sampai di Eropa, uang gaji mereka yang sedikit itu pun ditahan untuk membayar utang sehingga hanya tersisa sedikit. Menurut Vu, melunasi utang bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Sebenarnya ada cara legal dan aman untuk bekerja di luar negeri. Perjalanan ke luar negeri yang diatur agen tenaga kerja luar negeri yang sah biasanya berkisar 3.000-5.000 dollar AS.
Agen-agen ini terdaftar di Kementerian Tenaga Kerja Vietnam dan bekerja sama dengan sekolah-sekolah kejuruan dan universitas untuk menggelar program pelatihan dan orientasi sebelum mengirim pekerja ke negara tujuan yang sebagian besar di Asia, termasuk Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Timur Tengah.
Ada risiko yang sangat tinggi bagi mereka karena bisa dieksploitasi secara seksual dalam perjalanan
Truong Cong Suu, Kepala Departemen Tenaga Kerja di distrik Dien Thinh, mengatakan, setiap tahun ada sekitar 1.000 orang dari distrik itu mengambil jalur resmi untuk bekerja di luar negeri. Sebanyak 200-300 lainnya menggunakan jalur ilegal.
Pihak berwenang mengaku mengambil langkah preventif untuk menghentikan jalur ilegal. Mereka hanya akan mengeluarkan paspor terkait pekerjaan hanya jika para pekerja itu memiliki surat referensi dari agen tenaga kerja yang sah. Pemerintah menolak permintaan yang mencurigakan untuk paspor wisata jika mereka ragu keluarga pemohon mampu membayar biaya rencana jalan-jalan itu.
Terkait kasus di Grays, polisi Vietnam telah menangkap dua orang. Pada 26 Oktober Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc memerintahkan penyelidikan atas dugaan kegiatan perdagangan manusia.
Baca juga : Korban Diduga dari Vietnam
Pada waktu yang sama, di Dien Thinh, Hoang Van Lanh terus menanti Hoang Van Tiep, anaknya. ”Aku sangat merindukannya,” kata Hoang Van Lanh, ”Itulah hidup. Kita harus berkorban untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” kata Van Lanh.
(AP/AFP/Reuters)