Tokoh Oposisi Kamboja Siap Bertemu Parlemen Malaysia
”Demokrasi telah menang di Malaysia, demokrasi akan menang di Kamboja,” kata Sam Rainsy, pemimpin oposisi Kamboja, saat mendarat di Kuala Lumpur, Malaysia.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, SABTU -- Tokoh oposisi Kamboja, Sam Rainsy, tiba di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (9/11/2019), dalam perjalanan pulang ke negara asalnya. Ia tak memerinci bagaimana caranya mencapai Kamboja setelah upayanya terbang dari Paris, Perancis, via Bangkok, Thailand, Kamis lalu, ditolak maskapai Thai Airways.
Rainsy (70), yang tinggal di pengasingan di Perancis sejak tahun 2015, mengungkapkan akan tinggal di Malaysia selama beberapa hari untuk bertemu dengan rekan-rekannya serta berbicara di hadapan parlemen Malaysia, Selasa lusa.
Dia mengatakan, dirinya tak akan mengonfirmasi atau menolak terkait upayanya menuju Kamboja dari Malaysia, yang tidak mempunyai perbatasan dengan Kamboja. ”Jaga terus harapan itu. Kami di jalur yang benar,” kata Rainsy, pendiri Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), kepada wartawan di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Sabtu.
”Demokrasi telah menang di Malaysia, demokrasi akan menang di Kamboja,” kata Rainsy menyinggung kemenangan Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia pada tahun lalu.
Menurut rencana awal, Rainsy dan sejumlah tokoh CNRP bakal pulang ke Kamboja melalui Thailand, Sabtu kemarin.
Perdana Menteri Hun Sen menilai kepulangan Rainsy sebagai upaya kudeta. Beberapa pekan setelah Rainsy mengumumkan rencana kepulangannya, aparat Kamboja menangkap sekitar 50 aktivis oposisi di negaranya.
Jubir Pemerintah Kamboja, Phay Siphan, mengatakan, jika pulang, Rainsy akan menghadapi dakwaan. ”Jika dia datang, menyebabkan ketidakstabilan dan kekacauan, kami akan menghancurkannya,” ujarnya.
Lawan politik Hun Sen
Selama beberapa dekade, Rainsy—pernah menjadi menteri keuangan—merupakan lawan politik PM Hun Sen yang memerintah Kamboja selama 34 tahun. Hun Sen dan Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang dipimpinnya memerintah Kamboja melalui pemilu 2018.
Pada 2017, Mahkamah Agung Kamboja membubarkan CNRP. Langkah ini dinilai bermotif politis untuk memuluskan kemenangan Hun Sen dan CPP di pemilu 2018.
Terkait aktivitas oposisi Kamboja, pemerintah Malaysia sempat menahan Mu Sochua, Wakil Presiden CNRP yang berbasis di Amerika Serikat, di bandar udara di Kuala Lumpur, Rabu lalu. Sochua dilepaskan kurang dari 24 jam kemudian bersama dengan dua pemimpin oposisi Kamboja lainnya yang juga ditahan.
"Kami akan melanjutkan perjalanan pulang kami," kata Mu Sochua di Twitter pada Sabtu pagi. "9 November ditandai dalam sejarah sebagai perjuangan kita untuk demokrasi," kata Sochua.
Pemimpin CNRP lainnya, Kem Sokha, kini menjadi tahanan rumah setelah ditangkap lebih dari dua tahun lalu dan didakwa melakukan pengkhianatan menjelang pemilu 2018. Penangkapan Kem Sokha tersebut dikecam oleh negara-negara Barat.
CNRP telah dipandang sebagai satu-satunya oposisi serius di Kamboja sebelum partai politik dibubarkan oleh pengadilan pada 2017 menjelang pemilu 2018. Pembubaran CNRP tersebut membuka jalan bagi Partai Rakyat Kamboja (CPP) untuk berkuasa dengan memenangkan semua kursi (125 kursi) di parlemen. Hal itu praktis menjadikan Kamboja sebagai negara satu partai.
Polisi Kamboja siaga
Sabtu kemarin, Hun Sen dan Raja Norodom Sihamoni menghadiri upacara peringatan 66 tahun kemerdekaan Kamboja dari Perancis di Phnom Penh. Sementara polisi bersiaga di pintu perbatasan Poipet yang berbatasan dengan Thailand.
Di Phnom Penh, pasukan keamanan berpatroli dengan truk pikap pada hari Sabtu, saat peringatan 66 tahun kemerdekaan Kamboja dari Perancis. Pada hari Minggu dan Senin, Kamboja merayakan Festival Air tahunan. Polisi bersenjatakan senapan serbu berjaga di perbatasan Poipet Kamboja yang merupakan perbatasan dengan Thailand, lokasi dimana Rainsy berencana masuk ke Kamboja dari Thailand.
CNRP telah dipandang sebagai satu-satunya oposisi serius Kamboja sebelum dibubarkan oleh pengadilan pada 2017 menjelang pemilu 2018. Pembubaran CNRP tersebut membuka jalan bagi Partai Rakyat Kamboja (CPP) untuk berkuasa dengan memenangkan semua kursi (125 kursi) di parlemen. Hal itu menjadikan Kamboja sebagai negara satu partai. (AFP/REUTERS/AP)