Penembakan di Sekolah California, Tidak Ada Korban WNI
Kasus penembakan massal kembali terjadi di California, Amerika Serikat. Insiden kali ini terjadi di Sekolah Menengah Saugus, Santa Clarita, California, Kamis (14/11/2019), sekitar pukul 07.30 waktu setempat.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
SANTA CLARITA, JUMAT — Kasus penembakan massal kembali terjadi di California, Amerika Serikat. Insiden kali ini terjadi di Sekolah Menengah Saugus, Santa Clarita, California, Kamis (14/11/2019), sekitar pukul 07.30 waktu setempat. Dua orang tewas dan tiga orang terluka dalam insiden itu.
Pejabat Fungsi Konsuler Konsulat Jenderal RI di Los Angeles, R Wisnu Sindhutrisno, langsung mengabarkan, tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
”Dari hasil komunikasi kami dengan LA County Sheriff Department Office dan juga tokoh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, tidak terdapat WNI yang menjadi korban,” kata Wisnu, sambil menambahkan, KJRI Los Angeles juga membuka layanan hotline di nomor telepon (+1) 213 590 8095.
Dilaporkan, seorang remaja laki-laki menembak mati teman-temannya menggunakan pistol semiotomatis kaliber 45, tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-16. Setelah itu, ia menembak kepalanya sendiri.
Siswa yang ketakutan membarikade diri di dalam ruang-ruang kelas. Beberapa orang lainnya melarikan diri.
”Detektif meninjau video di tempat kejadian yang dengan jelas menunjukkan pelaku menarik pistol dari ranselnya, menembak, dan melukai lima orang, kemudian menembak dirinya sendiri di kepala,” kata Kapten Kent Wegener dari Departemen Polisi Daerah Los Angeles, dalam konferensi pers.
Dua korban tewas adalah seorang perempuan berusia 16 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. Tiga orang lainnya yang terluka, yaitu satu anak laki-laki dan dua anak perempuan, berusia 14-15 tahun.
Kepala Polisi Daerah Los Angeles Alex Villanueva menyampaikan, pelaku merupakan salah satu yang pertama yang ditemukan oleh para pihak berwenang. Ia kini telah ditahan dalam kondisi terluka parah di kepalanya.
Sekolah Menengah Saugus memiliki sekitar 2.300 siswa. Sekolah ini terletak sekitar 65 kilometer di utara Los Angeles.
”Saya sedang berada di kelas Pemerintahan ketika seseorang masuk ke kelas dan ada penembak. Hati saya langsung mencelus,” kata Andrei Mojica (17).
Sekitar 30 siswa berada di kelas itu. Mereka kemudian melakukan prosedur sesuai dengan latihan darurat dan membarikade pintu dengan meja. Sebuah alat pemadam kebakaran dipersiapkan sebagai senjata.
”Kami tidak tahu apakah si penembak ada di sisi berlawanan dari sekolah atau tepat di depan pintu kami. Ketakutan itu membuat kami merasa menunggu dalam sunyi dalam waktu yang lama. Kami kemudian diselamatkan tim SWAT,” tuturnya.
Insiden itu merupakan insiden terbaru setelah lebih dari 40 kasus penembakan terjadi di sejumlah sekolah AS dalam dua tahun terakhir. Menurut organisasi Everytown for Gun Safety, satu penembakan sekolah terjadi setiap minggu di AS.
Kondisi Texas
Setelah insiden penembakan yang menewaskan 22 orang pada Agustus 2019, puluhan warga El Paso, Texas, berkumpul di depan pusat perbelanjaan Walmart di mana penembakan terjadi. Para pekerja menyambut pelanggan dengan salam ”Selamat Datang Kembali di Walmart!”.
Walmart kini menyewa petugas keamanan yang merupakan polisi yang tidak bertugas. Sebagai perusahaan ritel raksasa di AS, Walmart tengah menghadapi tuntutan hukum atas masalah keamanan pada hari penembakan terjadi.
”Kami menjaga Walmart, Klub Sam, dan lingkungan sekitar Walmart. Namun, tidak jelas berapa lama Walmart akan mempekerjakan polisi yang tidak bertugas di setiap lokasi,” kata Presiden Serikat Polisi El Paso Ron Martin.
Pembukaan kembali Walmart terjadi ketika perdebatan mengenai penjualan senjata masih hangat. Walmart turut menjual senjata. Kebijakan terbarunya adalah melarang pelanggan membawa senjata secara terbuka, tetapi tidak melarang mereka membawa. (AFP/AP/REUTERS)