Sejak Terusan Suez diresmikan dalam upacara yang megah 150 tahun yang lalu, terusan Suez telah menjadi salah kanal terpenting di dunia. Kanal buatan manusia tersebut digali tahun 1859 hingga 1869.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·4 menit baca
Ini merupakan sebuah proyek ambisius untuk menghubungkan Laut Mediterania ke Laut Merah, dan untuk memotong waktu pengiriman barang guna meningkatkan perdagangan internasional dari Eropa ke Asia.
Menurut Ferdinand de Lesseps, diplomat Perancis yang menjadi perancang proyek tersebut, Terusan Suez bukan hak prerogatif satu bangsa. Dalam pidatonya pada tahun 1864, de Lesseps mengatakan bahwa Terusan Suez merupakan aspirasi kemanusiaan. Terusan Suez ini mengadopsi mimpi para firaun yang mengeruk kanal serupa 4.000 tahun sebelumnya.
Satu juta warga Mesir dikerahkan saat pembangunan Terusan Suez tersebut. Mereka menggunakan banyak onta dan keledai untuk membangun konstruksi Terusan Suez itu. Puluhan ribu orang pun tewas dalam proses pembangunannya. Beberapa kapal pertama berlayar menyusuri kanal sepanjang 164 kilometer tersebut pada 17 November 1869 dengan harapan angin bertiup kencang dan memungkinkan rute lebih cepat ke Asia dan dari Asia. Terusan Suez ini sangat membantu untuk menghindari perjalanan yang panjang dan berbahaya melalui ujung Afrika selatan.
Namun, sejarah Terusan Suez ini mengikuti pasang surut dan arus di wilayah Timur Tengah yang bergejolak. Momen penting terjadi pada Juli 1956. Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, pembela persatuan Arab yang gigih, menentang kepentingan Inggris dan Perancis. Dia kemudian menasionalisasi Perusahaan Terusan Suez yang mengelola kanal tersebut.
Keputusan Nasser itu membuat popularitasnya melambung di Mesir, tetapi memicu krisis internasional. Perancis dan Inggris, dua negara yang mengendalikan perusahaan Terusan Suez pada saat itu, serta Israel, menyerang Mesir sekitar tiga bulan kemudian. Terusan Suez juga berfungsi sebagai garis depan selama perang Arab-Israel pada 1967 dan 1973.
Dikelola Otoritas
Saat ini, rute laut yang vital tersebut dikelola oleh Otoritas Terusan Suez. Kanal ini kemudian diperluas pada tahun 2015 untuk mengakomodasi kapal modern yang lebih besar. Terusan Suez kini tumbuh menjadi aset ekonomi utama Mesir, menjadi jalan bagi 10 persen perdagangan maritim internasional.
Karena situasi kawasan yang terus bergejolak, Terusan Suez yang menyusur sepanjang tepi selatan Sinai ini diamankan secara ketat oleh tentara Mesir. Personel tentara terus bersiaga dan memerangi pemberontakan jangka panjang kelompok militan di Sinai utara. Digali pada abad ke-19 dengan menggunakan ”alat-alat yang belum sempurna”, menurut Osama Rabie, Kepala Otoritas Terusan Suez, saat ini kanal tersebut telah menjadi ”jalur kehidupan ke Mesir”.
Pada 2015, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi meresmikan pembukaan jalur baru sepanjang 72 kilometer yang sejajar dengan kanal yang lama setelah melakukan 12 bulan penggalian. Pihak berwenang sejak saat itu membuat catatan kargo dan transit baru. Mereka mengatakan bahwa jalur baru itu telah memfasilitasi persimpangan konvoi pengiriman yang lebih besar dan mengurangi waktu transit. Pada Agustus 2019, jumlah kapal yang melintasi kanal tersebut mencapai rekor tertinggi. Ada 81 kapal yang membawa total 6,1 juta ton transit di kanal tersebut dalam satu hari.
Menurut Jean-Marie Miossec, spesialis pengiriman dan profesor di Universitas Paul Valery-Montpellier, hambatan pengiriman telah hilang. Dia percaya pertumbuhan ini terkait dengan peningkatan lalu lintas peti kemas antara Asia dan Eropa serta Eropa dan sub-benua India. ”Dengan memperluas kanal, otoritas Mesir menawarkan potensi tambahan, terutama yang berkaitan dengan ukuran kapal dan waktu transit,” katanya.
Otoritas Terusan Suez pada Agustus 2019 mengatakan bahwa pendapatan untuk tahun fiskal 2018-2019 mencapai 5,9 miliar dollar AS (Rp 83 triliun), naik 5,4 persen dari tahun sebelumnya. Pemerintah Mesir pun berencana untuk meningkatkan pendapatan Terusan Suez menjadi 13,2 miliar dollar AS (Rp 186 triliun) pada tahun 2023.
Tidak ada perayaan
Saat peresmian awal Terusan Suez pada tahun 1869, digelar pesta mewah yang dihadiri oleh Eugenie, istri Napoleon III. Namun, sangat kontras, saat ini tidak ada perayaan yang direncanakan untuk memperingati 150 Tahun Terusan Suez.
Arnaud Ramiere de Fortanier dari asosiasi untuk mengenang Ferdinand de Lesseps dan Terusan Suez meyakini bahwa peringatan 150 Tahun Terusan Suez akan ”sedikit rumit”. ”Masalah tahun 1956 itu salah,” kata Ramiere. Bagi mantan pemegang saham perusahaan, seluruh krisis Terusan Suez itu telah ditangani secara keliru oleh semua pihak dan itu merupakan ”bencana”.
Daripada menyoroti sejarah Terusan Suez sebelum tahun 1956, otoritas Mesir lebih memilih untuk fokus pada kinerja kanal saat ini dan kontribusinya terhadap ekonomi Mesir yang sedang terpuruk.
”Semua orang menulis sejarah dengan caranya sendiri,” kata Duta Besar Perancis Stephane Romatet. Dia mencatat bahwa warga Mesir baru mulai mendapat manfaat dari Terusan Suez setelah nasionalisasi tahun 1956.
Di Mesir dan Perancis, prangko yang bergambar wajah De Lesseps telah dicetak untuk menandai peringatan 150 Tahun Terusan Suez. Konferensi berjudul ”Terusan Suez: Sebuah Tempat Kenangan” digelar di Bibliotheca Alexandrina di Mesir pada Rabu (13/11/2019). Mesir juga sedang membangun sebuah museum terkait Terusan Suez di kota Ismailia di lokasi bersejarah. Namun, kapan tanggal pembukaan museum tersebut belum ditetapkan. (AFP)