Agen China dituduh menawari warga China-Australia, Bo ”Nick” Zhao, sebesar 1 juta dollar Australia untuk maju menjadi kandidat dalam pemilihan umum parlemen federal di Melbourne.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·2 menit baca
CANBERRA, SENIN—China dituduh menyusupkan agen ke parlemen federal Australia untuk memata-matai aktivitas intelijen. Kepolisian Australia menyatakan sedang menyelidiki kasus tersebut.
Tuduhan itu muncul dalam program ”60 Minutes” yang disiarkan jejaring media Nine, Minggu (24/11/2019) malam, termasuk koran-koran satu grupnya. Dalam program itu, diberitakan bahwa agen China dituduh menawari warga China-Australia, Bo ”Nick” Zhao, sebesar 1 juta dollar Australia (sekitar 679.000 dollar AS) untuk maju menjadi kandidat dalam pemilihan umum parlemen federal di Melbourne.
Dealer mobil mewah berusia 32 tahun itu telah melaporkan adanya pendekatan pada dirinya untuk memata-matai Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) tahun lalu sebelum ia ditemukan meninggal di sebuah motel, Maret 2019. Koran Sydney Morning Herald dan The Age, yang terlibat liputan bersama dengan Nine dalam kasus itu, melaporkan bahwa polisi tak bisa mengungkap penyebab kematian Zhao.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Senin (25/11), mengatakan, tuduhan terhadap Zhao, anggota Partai Liberal yang dipimpinnya, ”sangat mengganggu dan menyusahkan”. ”Australia tak naif terhadap ancaman yang dihadapinya,” katanya kepada wartawan di Canberra.
”Karena itulah, kami memperkuat hukum, mengapa kami meningkatkan sumber daya untuk memastikan agar Australia berada di posisi yang terbaik dalam menghadapi segala ancaman yang datang.”
Kepala ASIO Mike Burgess menuturkan, lembaganya telah ”aktif menyelidiki” masalah itu. ”Aktivitas intelijen asing terus menebar ancaman pada negara kita dan keamanannya,” katanya.
Burgess menyatakan, ia tidak akan berkomentar lebih jauh soal kematian Zhao yang sedang dalam penyelidikan.
Seperti cerita novel
Ketua Komite Intelijen Parlemen Federal Australia Andrew Hastie menggambarkan tuduhan mata-mata di Melbourne ini sebagai sesuatu yang ”seperti dalam novel spionase”. ”Ini bukan sekadar pemberian uang dalam tas sebagai imbalan. Ini infiltrasi terhadap parlemen kita, disponsori negara lain dengan memanfaatkan warga Australia yang menjadi agen pengaruh asing dalam sistem demokrasi kita,” kata Hastie dalam program ”60 Minutes”.
”Jadi, ini benar-benar signifikan dan warga Australia harus benar-benar khawatir.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, membantah tuduhan itu. Ia menuduh ”beberapa politisi, organisasi, dan media di Australia” telah ”menggoreng” kasus mata-mata China ini.
Tuduhan mata-mata di Melbourne ini sebagai sesuatu yang ”seperti dalam novel spionase.
”Mereka terus-menerus menyebarkan cerita kasus mata- mata China menyusupi Australia,” ujar Geng.
Menurut dia, China tak pernah berusaha campur tangan urusan dalam negeri negara lain dan tak tertarik juga untuk melakukan itu. Geng mengatakan, sejumlah warga di Australia ”berada pada kondisi panik yang ringan dan melihat ancaman di mana-mana”.
”Namun, kebohongan tetaplah kebohongan, apa pun kedok yang mereka kenakan,” ujarnya dalam jumpa pers rutin di Beijing. (AFP/REUTERS)