Venezuela Tawarkan Pembayaran Internasional dengan Uang Yuan China
Pemerintah Venezuela dan perusahaannya, PDVSA, menawarkan untuk membayar pemasok dan kontraktornya dari rekening di China dalam mata uang yuan. Ini cara Caracas melakukan pembayaran internasional di tengah sanksi AS.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
CARACAS, JUMAT — Pemerintah Venezuela dan perusahaan miliknya, PDVSA, menawarkan untuk membayar pemasok dan kontraktornya dari rekening di China dalam mata uang yuan. Langkah yang dilakukan Venezuela dalam beberapa bulan terakhir itu contoh terbaru bagaimana Caracas mencari cara-cara baru melakukan pembayaran internasional sejak dikenai sanksi oleh Washington.
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Venezuela untuk memaksa Presiden Nicolas Maduro mundur. Akibat sanksi tersebut, akses Venezuela ke sistem keuangan AS terputus.
Menurut dua pejabat pemerintah serta tiga orang dari perusahaan swasta di sektor keuangan dan minyak, Kamis (28/11/2019), sejumlah pejabat telah mengajukan proposal pembayaran dengan yuan secara lisan kepada setidaknya empat perusahaan kontraktor. Perusahaan yang didekati itu kini sedang mengkaji tawaran pemerintah tersebut.
Namun, kelima orang itu menolak untuk mengungkapkan perusahaan mana saja yang telah didekati. Bank Sentral China juga tidak merespons permintaan tanggapan atas hal ini. Begitu juga dengan PDVSA, bank sentral Venezuela, dan Kementerian Informasi Venezuela.
Lembaga publik Venezuela biasanya melakukan pembayaran pada perusahaan swasta mitranya dalam mata uang bolivar atau dollar AS. Akan tetapi, hiperinflasi dan sanksi dari AS yang melarang perusahaan AS menjalin hubungan bisnis dengan lembaga publik Venezuela mempersulit hal itu.
Tawaran membayar dengan mata uang yuan terjadi setelah Pemerintah Venezuela dan PDVSA membayar sejumlah pemasok dan kontraktor dengan mata uang Euro secara tunai yang mereka dapatkan dari penjualan minyak dan emas.
Membayar pemasok dengan mata uang yuan memungkinkan Venezuela untuk mengambil keuntungan dari dana yang tersedia di China tanpa menyentuh dana yang tersedia di sistem keuangan AS. Namun, dua sumber mengatakan bahwa proses pembukaan rekening di bank-bank China terbukti rumit.
Imbalan minyak mentah
PDVSA dan bank sentral Venezuela sejak lama mempertahankan rekeningnya di China. Sebagian rekening-rekening itu merupakan hasil kesepakatan pembiayaan lebih dari satu dekade lalu saat China meminjamkan uang 50 miliar dollar AS kepada Venezuela sebagai imbalan atas pengiriman minyak mentah.
Menurut dua orang sumber yang mengetahui operasional di bank sentral Venezuela, bank sentral Venezuela memiliki setidaknya 700 juta yuan di rekening bank sentral China yang diterima awal tahun ini sebagai kompensasi pengiriman minyak. Reuters tidak bisa mengonfirmasi langsung hal ini.
Direktur Konsultan Control Risk untuk kawasan Andean, Raul Gallegos, mengatakan bahwa menerima pembayaran dalam mata uang asing atau dari rekening di luar negeri merupakan ”jalan keluar agar kontraktor dibayar”. ”Hal ini akan menjadi prosedur standar selama Maduro tetap menjabat dan sanksi AS tetap berlaku,” katanya.
Tawaran Venezuela yang akan membayar dalam mata uang yuan terjadi ketika sejumlah perusahaan China justru mulai menjaga jarak dari negara yang dijatuhi sanksi. China National Petroleum Corp, salah satu investor asing di sektor minyak di Venezuela, pada Agustus lalu tidak lagi mengangkut minyak mentah dari pelabuhan Venezuela karena khawatir terkena dampak sanksi AS.
Para analis mengatakan, mereka memperkirakan impor minyak mentah China dari Venezuela melorot hingga nol bulan lalu. Namun, China justru mengimpor lebih banyak minyak mentah campuran dari Malaysia, yang termasuk di dalamnya adalah minyak dari Venezuela. (REUTERS)