Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memandu langsung uji coba terbaru rudal Korut. Ia mengaku puas atas peningkatan kecepatan peluncuran rudal yang dikembangkan Korut.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT— Uji coba peluncuran rudal oleh Korea Utara yang digelar Kamis (28/11/2019) adalah uji coba keempat sejak Agustus tahun ini. Identifikasi rudal atau senjata sekelas rudal dihasilkan dari analisis sejumlah ahli terkait jarak terbang dan lintasan proyektil yang ditembakkan dari peluncur.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut aksi itu adalah uji coba rudal balistik dan melanggar kesepakatan internasional. Otoritas militer Korea Selatan mengungkapkan, proyektil yang ditembakkan terbang sejauh 380 kilometer pada ketinggian maksimum 97 kilometer.
Diduga peluncuran itu adalah uji coba rudal berukuran besar. Diperkirakan, sistem rudal yang diuji adalah KN-25. Titik peluncuran diidentifikasi berada di pantai timur Korut.
Sejumlah ahli juga menilai kemampuan rudal itu. Dengan senjata itu, jika terjadi perang yang melibatkan Pyongyang, memungkinkan tentara Korut mampu dengan cepat mengerahkan, menembak, dan bergerak sebelum menjadi sasaran pasukan musuh, khususnya Korsel atau Amerika Serikat.
”Semakin cepat senjata tersebut ditembakkan, semakin cepat ia bisa menghindar dari serangan balasan sebelum serangan balasan itu tiba,” kata Jeffrey Lewis, seorang peneliti rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies melalui media sosial Twitter.
Tes terbaru menunjukkan bahwa sistem itu siap untuk produksi dan penyebaran massal.
Media Pemerintah Korut, KCNA, mengatakan, Kim Jong Un sangat puas atas uji coba terbaru itu. KCNA lalu merilis foto-foto Kim yang tampak tersenyum puas seusai menghadiri uji coba peluncuran diiringi tepuk tangan meriah perwira- perwiranya.
Dalam dua uji KN-25 pertama pada Agustus dan September, interval setiap rudal ditembakkan dalam waktu 17 menit dan 19 menit. Pada akhir Oktober, intervalnya dapat dipersempit menjadi tiga menit. Pada tes terbaru Kamis lalu, interval tembak kedua rudal hanya 30 detik.
”Satu uji coba yang bertujuan untuk memastikan aplikasi tempur dari sistem rudal multilaras besar telah membuktikan keunggulan militer dan teknis dari sistem senjata dan keandalan produsennya,” demikian KCNA.
Mantan perwira Angkatan Laut Korsel, Kim Dong-yub, yang mengajar di Universitas Kyungnam, Seoul, mengatakan, Korut tengah berusaha memodernisasi kekuatan-kekuatan konvensional secara selektif dengan cara yang murah dan efisiensi tinggi. Fokus pada ekonomi itu juga sekaligus meyakinkan militer ketika pembicaraan nuklir sedang berlangsung. Peluncur rudal adalah produk dari upaya itu.
”Tes terbaru menunjukkan bahwa sistem itu siap untuk produksi dan penyebaran massal,” kata Kim Dong-yub.
Pesan pada AS
Sejumlah media Barat menyebut uji coba terbaru rudal Korut itu bentuk ”ucapan selamat” Hari Thanksgiving dari Kim Jong Un kepada Presiden AS Donald Trump. Hari Thanksgiving dirayakan di AS pada Kamis, 28 November.
Sebagian besar rudal Korut yang diuji coba sejak pertemuan Donald Trump-Kim Jong Un di Hanoi, Vietnam, Februari lalu, adalah rudal-rudal berjarak pendek. Sejumlah pihak kini mengingatkan sekaligus ingin memastikan apakah Korut akan kembali melanjutkan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh atau sebaliknya.
Mereka memberi perhatian atas hal itu, khususnya jika Trump gagal memenuhi batas waktu pada akhir tahun, sebagaimana diajukan Kim pada AS terkait penawaran proposal baru guna menyelamatkan negosiasi denuklirisasi Korea.
Di sisi lain, Trump menganggap moratorium yang diberlakukan Korut atas uji coba rudal balistik dan antarbenua merupakan kemenangan kebijakan luar negerinya. Diplomasi yang dipimpin AS bertujuan membujuk Korut untuk membatalkan program nuklirnya dengan imbalan keuntungan politik dan ekonomi. Namun, negosiasi itu sebagian besar masih macet sejak pertemuan di Hanoi, akhir Februari lalu. (AP/AFP/REUTERS)