Misteri Meningkatnya Serangan Buaya terhadap Manusia di Timor Leste
Kasus buaya membunuh manusia di Timor Leste telah meningkat 20 kali lipat dalam dua dekade terakhir. Dalam sebulan, rata-rata ada satu warga di negara tersebut yang dimangsa reptil purba itu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Mario Da Cruz tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menyaksikan ketika sekelompok buaya membunuh seorang anak di sebuah pantai di Timor Leste. Pemandangan mengerikan itu kini makin kerap terjadi di negara tersebut.
Kasus buaya membunuh manusia di Timor Leste telah meningkat 20 kali lipat dalam dua dekade terakhir. Dalam sebulan rata-rata ada satu warga di negara tersebut yang dimangsa reptil purba itu.
”Saya sedang berjalan di pantai dan tiba-tiba beberapa buaya muncul dari air sehingga saya panik dan lari, tetapi salah seekor di antara buaya-buaya itu menggigit kaki saya,” tutur Da Cruz.
”Buaya yang lain menyerang seorang anak yang akhirnya meninggal di tempat,” ucap Da Cruz. Kasus serangan buaya kepada manusia di kota Lospalos, tempat tinggal Da Cruz, meningkat drastis.
Timor Leste, yang sebagian besar dari 1,2 juta penduduknya hidup miskin itu, mengandalkan jalur air untuk semua aspek kehidupan. Orang-orang di sana menjadi sasaran buaya ketika mereka memancing menggunakan perahu kecil, saat mandi, atau ketika mengambil air untuk minum.
”Mereka menghadapi peningkatan serangan buaya yang sangat serius dalam 10 tahun terakhir,” ujar Sam Banks, ahli biologi konservasi di Charles Darwin University, Australia.
Lebih berisiko dari malaria
Jumlah kasus serangan buaya di Timor Leste meningkat dari hanya kurang dari satu kasus per tahun pada 1996 hingga puluhan kasus dalam setahun pada 2014. Menurut Sebastian Brackhane dari University of Freiburg, Jerman, yang telah mempelajari pengelolaan buaya di Timor Leste, peningkatan jumlah kasus serangan itu menaikkan risiko keparahan fatalitas dampaknya 10 kali lipat dibandingkan dengan malaria.
Brackhane dan ilmuwan lainnya telah mencari tahu apa yang sekiranya membuat serangan buaya di sana meningkat tajam. Padahal, populasi buaya endemik Timor Leste diperkirakan relatif rendah. Selain itu, aktivitas manusia pun tidak terlalu mendesak habitat buaya.
”Kami pikir, bertambahnya buaya laut merupakan faktor utama,” ujar Brackhane. ”Masalah ini tidak hanya di Timor Leste. Kepulauan lain, seperti Kepulauan Solomon dan Andaman, serta sejumlah wilayah pesisir di Indonesia juga memperlihatkan pola yang sama dalam konflik buaya-manusia.”
Banyak warga Timor Leste percaya bahwa bertambahnya serangan buaya terhadap manusia karena hadirnya buaya dari tempat lain, seperti Australia, yang mencari makan hingga ke Timor Leste. ”Masyarakat di sini menganggap buaya sebagai leluhur,” kata Nina Baris, tokoh masyarakat di Lospalos.
Banyak warga Timor Leste percaya bahwa bertambahnya serangan buaya terhadap manusia karena hadirnya buaya dari tempat lain, seperti Australia, yang mencari makan hingga Timor Leste.
”Menurut kepercayaan kami, jika ada buaya menggigit seseorang, itu artinya kami sudah melakukan dosa besar,” ujar Nina.
Banks mengatakan, upaya konservasi yang bagus telah membuat populasi buaya Australia meningkat. Akibatnya, kompetisi dalam memperebutkan makanan juga makin sengit sehingga tidak heran jika ada buaya yang mencari makanan lebih jauh daripada biasanya.
Tes DNA
Banks dan Yusuke Fukuda, seorang ilmuwan, serta Pemerintah Australia utara, berharap tes DNA akan memecahkan misteri meningkatnya serangan buaya.
Para ahli mengatakan, sangat memungkinkan bagi buaya untuk pergi sejauh 500 kilometer melintasi Laut Timor dari Australia. Buaya bisa tumbuh dengan panjang sampai 6 meter dan berat 1.000 kilogram. Selain itu, buaya juga sangat mungkin melintas dari Papua Niugini, Indonesia, atau bahkan Malaysia.
Banks dan Fukuda, dengan izin Pemerintah Timor Leste, mengambil sampel DNA dari 18 buaya selama dua minggu di sana. Didampingi pejabat pemerintah setempat, keduanya menyusuri sungai-sungai untuk mencari buaya. Berbekal tiang berduri sepanjang 4 meter, mereka mengambil contoh kulit buaya dari bagian ekornya.
Mereka juga mengambil sampel DNA dari buaya liar yang sudah ditangkap warga dan disimpan di kandang. Sampel DNA dari buaya di Timor Leste itu kemudian dibandingkan dengan data DNA buaya Australia untuk melihat kecocokannya.
Hasil dari pemeriksaan tahap pertama menunjukkan, tidak ada indikasi bahwa buaya dari luar Timor Leste berada di perairan Timor Leste. ”Buaya yang ada memang berasal dari Timor Leste. Tidak ada bukti bahwa ada buaya Australia di sana,” ujar Banks.
Akan tetapi, pemeriksaan sampel DNA buaya dari area yang lebih luas diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih utuh. Hingga pemeriksaan itu dilakukan, penyebab mengapa serangan buaya pada manusia di Timor Leste meningkat tetap misteri. (AFP)