Raja Salman langsung menelepon Presiden Donald Trump pasca-insiden penembakan di Pangkalan AL di Florida yang dilakukan militer Saudi.
Oleh
MH SAMSUL HADI & ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
PENSACOLA, SABTU -- Arab Saudi berupaya menenangkan publik dan Pemerintah Amerika Serikat, Sabtu (7/12/2019), terkait dengan penembakan oleh personel angkatan udaranya berpangkat letnan dua. Penembakan dilakukan di ruang kelas di pangkalan Angkatan Laut AS di Pensacola, Florida, AS, Jumat waktu setempat. Tiga orang tewas dan 12 orang luka-luka dalam insiden itu.
Pejabat AS sedang menyelidiki kemungkinan keterkaitan insiden itu dengan terorisme. Dalam konferensi pers, Jumat malam, Biro Investigasi Federal AS (FBI) menolak merilis identitas penembak dan tidak mengomentari soal motivasi tindakannya.
Namun, seorang pejabat AS yang tak bersedia disebut namanya menyebutkan pria penembak itu bernama Mohammed Saeed Alshamrani, anggota militer Arab Saudi yang sedang mengikuti pelatihan di pangkalan AL AS sebagai bagian dari program kerja sama kedua negara.
Pangkalan itu merupakan pusat program pelatihan bagi militer asing yang dikelola AL AS. Program itu mulai didirikan tahun 1985. Semula hanya khusus bagi siswa asal Arab Saudi, tetapi belakangan diperluas bagi siswa dari negara lain.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud telah menelepon dirinya untuk menyampaikan dukacita dan simpati bagi korban. ”Raja menyampaikan bahwa rakyat Saudi sangat marah dengan tindakan barbar sang penembak”, cuit Trump melalui Twitter.
Dalam pernyataan tertulis, Raja Salman mengecam keras penembakan itu. Pemerintah Arab Saudi berjanji bekerja sama dengan badan-badan Pemerintah AS untuk mengungkap insiden itu. ”Pelaku kejahatan keji ini tidak mewakili rakyat Saudi, yang menganggap warga Amerika sebagai teman dan mitra,” ujar Raja Salman.
Arab Saudi adalah mitra utama AS di Timur Tengah. Insiden penembakan itu merupakan pukulan bagi upaya Kerajaan Arab Saudi menghapus reputasi negatif pasca-serangan 11 September 2001. Sebanyak 15 orang dari 19 pembajak pesawat dalam serangan teror kala itu adalah warga Arab Saudi.
”Peristiwa tragis hari ini dikecam sangat keras oleh semua orang di Arab Saudi”, cuit Khalid bin Salman, Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, melalui Twitter. Ia mengatakan, dirinya dan banyak personel militer negaranya berlatih di pangkalan militer AS serta berperang melawan terorisme bersama AS.
Pelaku ditembak mati
Peristiwa itu merupakan penembakan kedua di markas AL AS pada pekan ini. Sebelumnya, Rabu lalu, penembakan terjadi di markas bersama AL dan AU AS di Pearl Harbour, Hawaii.
Sherif County Escambia, David Morgan, mengatakan, dua wakil sherif yang pertama kali tiba di tempat penembakan termasuk mereka yang terluka. Penembakan itu berakhir setelah wakil sherif menembak mati siswa asal Arab Saudi tersebut. Salah seorang wakil sherif terluka di tangan dan wakil sherif satunya lagi terluka di lutut.
Dalam jumpa pers, Gubernur Florida Ron DeSantis menyarankan Pemerintah Arab Saudi agar memberikan kompensasi bagi para korban. ”Pemerintah Arab Saudi perlu memulihkan kondisi agar lebih baik bagi para korban. Saya pikir, mereka akan mempunyai utang di sini mengingat pelakunya adalah salah satu warga mereka,” ujarnya kepada media AS.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, dia ingin memeriksa apakah seleksi terhadap personel militer asing yang mengikuti pelatihan di AS sudah memadai atau belum. ”Apakah kami sudah memeriksa orang-orang yang datang itu dipastikan bahwa hidup mereka teratur dan kesehatan mereka memadai,” kata Esper.
Pakar keamanan dari Heritage Foundation, Charles Stimson, memperingatkan Pemerintah AS tidak segera mengaitkan kasus penembakan itu dengan terorisme. ”Akan tetapi, jangan berasumsi hanya karena pelaku adalah warga Saudi dan ia membunuh warga AS, maka ia adalah seorang teroris,” ujarnya.