14 Negara Arab Patenkan Kurma dalam Daftar Warisan Budaya UNESCO
Pohon kurma secara historis menunjukkan simbol kemakmuran. Sajian buah kurma yang manis, ditambah dengan secangkir kopi, adalah tanda keramahan masyarakat Arab kuno.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
Kurma, buah khas negara-negara Arab, kini telah diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Tak Benda tentang Kemanusiaan (Intangible Cultural Heritage of Humanity). Pengajuan agar kurma masuk daftar warisan budaya tak benda di UNESCO dilakukan oleh 14 negara Arab.
Komite Antar-pemerintah Penjaga Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dalam sidangnya di Bogota, Kolombia, Rabu (11/12/2019), memutuskan memasukkan kurma dalam daftar warisan budaya tak benda. Ke-14 negara Arab yang mendaftarkan kurma ke UNESCO itu adalah Bahrain, Mesir, Irak, Jordania, Kuwait, Mauritania, Maroko, Oman, Otoritas Palestina, Arab Saudi, Sudan, Tunisia, Uni Emirat Arab, dan Yaman.
Selama berabad-abad kurma telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pertumbuhan peradaban di wilayah panas dan kering di Arab. Pohon kurma mempunyai akar yang menembus jauh ke dalam tanah, memungkinkannya tumbuh di wilayah beriklim kering. Kurma tidak hanya menjadi sumber makanan, tetapi juga sumber keuntungan ekonomi.
Dalam dokumen nominasi yang diajukan oleh 14 negara Arab itu dinyatakan bahwa pohon kurma tumbuh berkumpul dalam oase dengan kepadatan berbeda di wilayah gurun. Keberadaan pohon kurma mengindikasikan adanya ketinggian air yang cocok untuk irigasi.
Dokumen itu juga menyatakan, keberadaan pohon kurma membantu manusia untuk menetap di suatu wilayah meski dalam kondisi yang sulit. Hingga hari ini, kurma banyak dikonsumsi. Piring-piring kurma menghiasi meja di rumah-rumah dan dunia bisnis di seluruh Arab.
Keberadaan pohon kurma membantu manusia untuk menetap di suatu wilayah meski dalam kondisi yang sulit.
Pohon kurma secara historis menunjukkan simbol kemakmuran. Sajian buah kurma yang manis, ditambah dengan secangkir kopi, adalah tanda keramahan masyarakat Arab kuno.
Pohon paling tua
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), kurma diperkirakan merupakan pohon yang paling tua ditanam. Diperkirakan, kurma ditanam pada masa 4.000 sebelum Masehi dan digunakan untuk pembangunan kuil Dewa Bulan di dekat Ur, Irak selatan, wilayah Mesopotamia.
Dalam dokumen nominasi itu disebutkan bahwa negara-negara yang menyerahkan nominasi tersebut telah memiliki kaitan dengan pohon kurma selama berabad-abad. Berkat kurma, negara-negara itu telah membantu mereka dalam membangun peradaban. Penelitian sejarah dan berbagai penggalian barang-barang kuno telah menghasilkan status budaya dan ekonomi yang signifikan di banyak daerah, seperti Mesopotamia, Mesir kuno, dan Teluk Arab.
Namun, kurma kini menghadapi beberapa tantangan modern. Negara-negara di kawasan Teluk kini berupaya keras untuk memberantas wabah kumbang kurma merah. Kumbang ini awalnya berasal dari Asia dan pertama kali terdeteksi di kawasan Teluk pada 1980-an.
Kumbang memiliki panjang tubuh hanya beberapa sentimeter, menghasilkan larva yang justru mematikan pohon-pohon kurma. Menurut FAO, negara-negara Teluk dan Timur Tengah harus kehilangan 8 juta dollar AS setiap tahun untuk pemberantasan larva di pohon-pohon kurma tersebut.
Semua bagian dari pohon kurma masih digunakan di beberapa bagian wilayah Teluk itu untuk berteduh atau untuk menghasilkan berbagai produk, termasuk kerajinan tangan, tikar, tali, dan furnitur.
Untuk merayakan dan mempromosikan warisan kurma dan produk-produk kurma mereka, beberapa negara pengekspor kurma menggelar festival kurma tahunan, seperti Festival Kurma Liwa Tahunan di Uni Emirates Arab (UEA) dan Festival Kurma di Al-Qassim, Arab Saudi. Menurut International Trade Center yang berbasis di Geneva, Swiss, negara-negara Teluk, seperti UEA dan Arab Saudi, merupakan negara utama pengekspor kurma. (AFP)