Pemerkosaan yang dilakukan oleh geng pemerkosa itu memicu protes besar-besaran di India. Para legislator berupaya menyiapkan pengadilan jalur cepat khusus untuk kasus pemerkosaan dan menjatuhkan hukuman yang lebih berat.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah gambaran perempuan di India yang menjadi korban pemerkosaan. Saat korban pemerkosaan itu melaporkan kasusnya atau menjadi saksi dari kasus pemerkosaan, mereka justru diancam atau dibunuh oleh geng pemerkosa.
Itu yang dialami oleh seorang gadis muda berusia 18 tahun yang akan menjadi saksi dalam kasus pemerkosaan yang menimpa dirinya. Pria yang dituduh memerkosanya telah ditangkap pada Juli 2018, tetapi dibebaskan dengan jaminan.
Menjelang kesaksian si gadis, ada secarik kertas berisi tulisan ”Konsekuensinya mungkin lebih buruk daripada yang terjadi di Unnao”, yang diletakkan di rumahnya.
Si gadis dan keluarganya melaporkan ancaman itu ke polisi. Menurut polisi bernama Sudhir Bhati, pria pemerkosa itu ditangkap lagi, Sabtu (14/12/2019).
Kasus Unnao
Kasus Unnao yang disinggung dalam ancaman itu merujuk insiden yang dialami seorang perempuan di Unnao, India utara, awal Desember 2019. Saat itu dia akan menghadiri sidang pengadilan kasus pemerkosaan yang dialaminya.
Dalam perjalanan, perempuan itu dicegat lima pria, dan ujungnya, dia dibakar hidup-hidup. Dua di antara pelaku pembakaran adalah pria yang memerkosanya. Mereka dibebaskan dari tahanan dengan jaminan. Perempuan berusia 23 tahun itu sempat dievakuasi ke unit luka bakar di New Delhi, tetapi nyawanya tak tertolong.
Kematian perempuan itu terjadi sehari setelah polisi menembak empat pria yang ditahan sebagai tersangka dalam pemerkosaan dan pembunuhan perempuan berprofesi dokter hewan. Kasus itu terjadi di dekat pusat teknologi Hyderabad, India selatan.
Kasus di Unnao juga terjadi berdekatan dengan peringatan 7 tahun kasus pemerkosaan seorang gadis di atas sebuah bus pada 2012. Pemerkosaan yang dilakukan oleh geng pemerkosa itu memicu protes besar-besaran di India dan para legislator pun berupaya menciptakan pengadilan jalur cepat khusus untuk kasus pemerkosaan dan menjatuhkan hukuman yang lebih berat bagi pelaku. Dalam kasus itu, enam orang dinyatakan bersalah. Seorang pelaku, menurut polisi, gantung diri di penjara Tihar, New Delhi, pada 2013. Seorang pelaku lain, remaja, dijatuhi hukuman tiga tahun dan meringkuk di panti pembinaan, dan empat pelaku lain dijatuhi hukuman mati.
Menurut Jitendra Kumar Jhat, pengacara yang mewakili orangtua korban pemerkosaan 2012, pengadilan yang disebut ”jalur cepat” itu ternyata tidak berjalan cepat. Hingga saat ini hukuman mati itu belum dilaksanakan. Hal ini membuat marah warga di India dan mereka berencana melakukan aksi protes yang lebih besar.
Sunitha Krishnan, seorang aktivis dan penyintas pemerkosaan di Hyderabad, mengatakan, tidak ada pihak yang berniat mengubah perundang-undangan, padahal ribuan perempuan India telah menjadi korban pemerkosaan.
Untuk itu, perlu keberanian lebih untuk mewujudkannya.