Rudal itu dinyatakan bisa melaju setara 20 kali kecepatan suara. Tak hanya cepat, rudal hipersonik yang dikembangkan Moskwa juga bisa mengubah arah lintasan di udara. Ini membuat rudal-rudal hipersonik mustahil dicegat.
Oleh
Kris Mada
·2 menit baca
MOSKWA, RABU -- Rusia menyatakan mengalahkan negara lain soal persenjataan hipersonik. Peluncur hipersonik terbaru dinyatakan siap pakai pada Desember 2019. ”Tidak ada satu pun negara punya senjata hipersonik, apalagi yang berjangkauan antarbenua,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin kepada para komandan tentara Rusia, Selasa (24/12/2019), di Moskwa.
Peluncur yang disebut Avangard itu diuji sejak 2015. Putin pertama kali mengumumkannya pada 2018. Rudal itu dinyatakan bisa melaju setara 20 kali kecepatan suara. Kecepatan hipersonik adalah pergerakan dengan laju minimal lima kali kecepatan suara.
Sebelum Avangard, Rusia sudah mengoperasi rudal udara-permukaan Kinzhal alias Dagger. Rudal itu dinyatakan melaju 10 kali kecepatan suara dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer. Rudal itu bisa dilengkapi hulu ledak nuklir ataupun bom biasa.
Tidak hanya cepat, rudal hipersonik yang dikembangkan Moskwa juga bisa mengubah arah lintasan di udara. Hal itu membuat rudal-rudal hipersonik mustahil dicegat sistem pertahanan udara masa kini. Selama ini, sistem pertahanan dibuat berdasarkan prinsip balistik atau memperkirakan benda bergerak di lintasan yang dipengaruhi gravitasi. Pergerakan itu sulit berubah dan karena itu bisa diperkirakan akan dicegat di mana.
AS belum punya
Selain Rusia, rudal hipersonik juga dimiliki China, yakni DF-17. Di pihak lain, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper mengatakan, AS masih butuh bertahun-tahun untuk mempunyai rudal hipersonik buatan sendiri. ”Inilah senjata masa depan yang bisa menyerang dan untuk sistem pertahanan,” ujar Putin.
Ia menekan pentingnya keunggulan teknologi persenjataan. ”Ini bukan pertandingan catur ketika hasil seri tidak berdampak. Teknologi kita harus lebih baik,” katanya. Ia juga menyebut, upaya pengembangan persenjataan lain berjalan sesuai rencana. Rusia, antara lain, mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat, kapal nirawak bertenaga nuklir Poseidon, dan rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik.
Dulu, Uni Soviet dan AS bekerja sama mengembangkan Burevestnik. Proyek itu dihentikan karena dinilai terlalu berbahaya. Belakangan, Moskwa melanjutkan lagi. Ada laporan rudal itu meledak saat uji coba. Lima teknisi nuklir dan dua prajurit Rusia tewas dalam insiden tersebut. Ada kekhawatiran insiden itu menimbulkan sebaran radioaktif.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Moskwa siap jika Sarmat dan Avangard jadi materi perundingan pengendalian persenjataan strategis. Dunia kini tak punya mekanisme pengendalian persenjataan strategis setelah AS dan Rusia keluar dari traktat pengendalian senjata nuklir jarak menengah (INF).
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, militer Rusia menerima 143 pesawat tempur dan helikopter, 624 kendaraan tempur, 8 kapal, dan 1 kapal selam pada 2019. Rusia akan menambah 22 ICBM, 106 jet tempur, 14 kapal, dan 3 kapal selam.