Tahun 2019 layak disebut tahun bencana alam bagi Australia. Asap kebakaran hutan yang menyelimuti kota Sydney menjelang akhir tahun, termasuk kawasan pelabuhan yang cantik, seakan menjadi puncak tahun bencana.
Oleh
Harry Bhaskara dari Brisbane, Australia
·3 menit baca
Dipicu oleh iklim ekstrem, 2019 layak disebut tahun bencana alam bagi Australia. Asap kebakaran hutan yang menyelimuti kota Sydney menjelang akhir tahun, termasuk kawasan pelabuhan yang cantik, seakan jadi puncak tahun bencana. Makin ekstremnya kondisi iklim sebenarnya sudah tampak pada Juni saat angin dingin berkecepatan 90 kilometer per jam bertiup di Sydney dan butiran salju turun di beberapa daerah di Negara Bagian New South Wales.
Kematian puluhan kuda liar pada Januari di dekat Alice Springs di Northern Territory dan kematian ribuan unta liar di Australia Barat sebagai dampak badai panas mengawali tahun bencana. Badai yang disebut Red Centre ini mendongkrak suhu udara di Alice Springs dan sekitarnya menjadi 42 derajat celsius selama dua minggu.
Gelombang panas melanda nyaris seluruh Benua Australia berminggu-minggu di bulan itu, disusul kematian lebih dari sejuta ekor ikan Sungai Darling, sekitar 1.000 km barat Sydney.
Badai yang disebut Red Centre ini mendongkrak suhu udara di Alice Springs dan sekitarnya menjadi 42 derajat celsius selama dua minggu.
Bulan Februari, banjir bandang menerjang kawasan utara Negara Bagian Queensland dan New South Wales. Banjir ini disebut-sebut sebagai banjir terbesar di Australia pada abad ini. Permukiman, sekolah, dan bandara di kota Townsville dan sekitarnya di Queensland serta Port Douglas dan Daintree di New South Wales terendam.
Pada bulan-bulan menjelang akhir 2019, giliran bencana kebakaran melanda Australia. Bulan November, pemerintah New South Wales mengumumkan keadaan darurat kebakaran hutan ketika api mendekat ke Sydney. Lebih dari 100.000 rumah berada hanya 100 meter dari kawasan hutan yang terbakar.
Di bulan itu, seorang tokoh Aborigin menawarkan metode ekologi tradisional untuk mengatasi kebakaran hutan. Salah satu caranya melalui pembakaran dan pemusnahan getah pohon yang mudah terbakar.
Lebih dari 100.000 rumah berada hanya 100 meter dari kawasan hutan yang terbakar.
Sampai akhir tahun, akibat kebakaran itu tercatat sembilan orang tewas, lebih dari 800 rumah musnah dan hutan seluas 5 juta hektar atau hampir setengah Pulau Jawa habis terbakar sejak September.
Di tengah bencana, Perdana Menteri Scott Morrison menuai kritik karena berlibur ke Hawaii pada Desember. Padahal, Australia berada dalam bencana serius. Ia pun meminta maaf kepada rakyat Australia dan memperpendek liburannya.
Tak cukup bencana di dalam negeri, belasan warga Australia tewas ketika Gunung White Island di Selandia Baru meletus pada awal Desember.
Kemenangan Liberal
Di bidang politik, Australia pada 2019 menggelar pemilu. Secara tak terduga, pemilu Mei lalu menetapkan petahana Scott Morrison dari Partai Liberal sebagai pemenang walau pemimpin oposisi Bill Shorten diunggulkan di semua jajak pendapat.
Tiga bulan sebelumnya, pada akhir Januari, tiga menteri mengundurkan diri dari pemerintahan Morrison yang saat itu baru berumur empat bulan. Pihak oposisi menuduh mereka mundur karena enggan menanggung malu jika kalah dalam pemilu yang akan diadakan pada Mei.
Pada awal Februari, pemerintah berjanji merombak industri keuangan sebagai tindak lanjut temuan Komisi Kerajaan tentang berbagai praktik buruk industri keuangan, termasuk perbankan. Pada akhir bulan itu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengundurkan diri dari dunia politik yang telah digelutinya selama 21 tahun.
Bishop, yang disegani kawan dan lawan, pernah mengajukan diri menjadi pemimpin Partai Liberal, Agustus 2018, tetapi dikalahkan Morrison.
Bulan Maret, dua lagi menteri mengundurkan diri, yaitu Menteri Pertahanan Christopher Pyne dan Menteri Industri Pertahanan Steve Ciobo. Mundurnya dua menteri ini mendorong Morrison untuk merombak kabinetnya.
Masalah kebebasan pers dan kekhawatiran pada infiltrasi pengaruh China juga mewarnai situasi sosial politik di Australia tahun 2019. Bulan Juni, polisi menggerebek rumah seorang wartawan News Crop dan kantor pusat ABC di Sydney terkait dugaan bocornya informasi rahasia negara.
Di bulan berikutnya, pemerintah Negara Bagian New South Wales meninjau kembali kerja samanya dengan Confucius Institute. Ini terkait dengan kekhawatiran akan pengaruh politik China dalam pelajaran bahasa China yang diajarkan di sekolah-sekolah Australia.