Maskapai Penerbangan Singapore Airlines Hindari Wilayah Udara Iran
Maskapai penerbangan Singapore Airlines menginformasikan pengalihan semua penerbangan dari wilayah udara Iran. Wilayah udara Iran menjadi salah satu alternatif rute untuk penerbangan dari Asia Tenggara menuju Eropa.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
SINGAPURA, RABU — Maskapai penerbangan Singapore Airlines menginformasikan pengalihan semua penerbangan dari wilayah udara Iran. Wilayah udara Iran menjadi salah satu alternatif rute untuk penerbangan dari Asia Tenggara menuju Eropa.
Informasi tersebut disampaikan Singapore Airlines, Rabu (8/1/2020), sebagaimana dikutip dari Reuters. Meski demikian, tidak ada alasan yang diberikan Singapura terhadap keputusan yang diambil maskapai penerbangan itu.
Namun, Rabu pagi, Iran telah menembakkan lebih dari selusin rudal menuju dua instalasi militer Irak yang juga digunakan militer Amerika.
Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) juga mengingatkan semua maskapai penerbangan AS untuk tidak terbang di wilayah udara Iran, Irak, Teluk Oman, serta perairan antara Iran dan Arab Saudi karena ketegangan AS-Iran.
Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) juga mengingatkan semua maskapai penerbangan AS untuk tidak terbang di wilayah udara di Iran, Irak, Teluk Oman, serta perairan antara Iran dan Arab Saudi karena ketegangan AS-Iran.
Selain FAA, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) juga telah meminta berbagai maskapai penerbangan untuk memperhatikan keselamatan penerbangan terkait ketegangan di Iran. IATA juga menyarankan maskapai penerbangan dan negara-negara meningkatkan komunikasi dan koordinasi terkait kondisi di Timur Tengah.
Kasus salah tembak di dunia penerbangan kerap terjadi bahkan terhadap penerbangan komersial. Kerap kali sebuah penerbangan yang sama sekali tidak terkait dengan konflik di sebuah negara ditembak jatuh tanpa peringatan sama sekali.
Salah satu insiden penembakan pesawat yang kerap dibahas adalah Korean Air Flight 007 (KE 007). Boeing 747-200 KE 007 ditembak jatuh oleh skuadron tempur Uni Soviet pada 1 September 1983. Sebanyak 269 penumpang dan awak pesawat tewas.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) juga telah meminta berbagai maskapai penerbangan untuk memperhatikan keselamatan penerbangan terkait ketegangan di Iran.
Kerusakan navigasi
Dalam penerbangan dari Bandara John F Kennedy, New York, menuju Bandara Gimpo, Seoul, pesawat itu mengalami kerusakan navigasi. Tanpa disadari oleh awak pesawat, B747-200 itu melintasi wilayah Kamchatka, Uni Soviet.
Sukhoi Su-15 pun langsung menembak B747-200 yang sempat melintas di atas pangkalan militer Uni Soviet. Uni Soviet mengira Boeing itu adalah pesawat mata-mata. Dalam hitungan menit, pesawat itu langsung jatuh di laut Jepang.
Sementara pada 2003, Airbus A300-200F milik perusahaan logistik DHL ditembak setelah lepas landas dari Baghdad dengan tujuan Muharraq, Bahrain. Sayap kiri Airbus itu dihajar rudal meski berhasil kembali didaratkan.
Namun, karena sistem hidrolik pesawat kargo Airbus A300-200F itu rusak, pesawat itu langsung keluar dari landasan. Walau demikian, tiga awak pesawat selamat.
Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17, Kamis (17/7/2014), juga ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina. Pesawat dengan 295 penumpang tersebut diduga jatuh setelah ditembak peluru kendali.
Pesawat Malaysia Airlines itu sedang melintas di Ukraina dalam penerbangan dari Amsterdam, Belanda, menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Di wilayah Ukraina sedang terjadi konflik antara Pemerintah Ukraina dan milisi separatis pro-Rusia.
Padahal, Malaysia Air MH 17 saat penembakan terjadi sedang terbang tinggi kira-kira sekitar 10.000 meter. Seorang warga negara Indonesia, Supartini (39), asal Karanganyar, Jawa Tengah, yang hendak pulang ke Indonesia untuk merayakan Idul Fitri.