AS Naikkan Level Status Saran Perjalanan ke Australia
Amerika Serikat menaikkan level saran perjalanan (”travel advisory”) ke tingkat lebih waspada bagi warganya yang bepergian ke Australia terkait bahaya kebakaran di ”Negeri Kanguru” itu.
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Amerika Serikat menaikkan level saran perjalanan (travel advisory) ke tingkat lebih waspada bagi warganya yang bepergian ke Australia terkait bahaya kebakaran di Negeri Kanguru itu. Washington memperingatkan warganya agar mempertimbangkan untuk menunda kunjungan ke wilayah-wilayah tertentu di Australia sampai bahaya akibat bencana kebakaran hutan di negara itu berhenti.
”Bahkan, di kawasan yang tidak terdampak kebakaran hutan secara langsung, asap memperburuk kualitas udara. Asap berpengaruh pada kesehatan dan ini perlu dihindari,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, seperti dikutip laman nine.com.au, Jumat (10/1/2020).
Di situs web Deplu Amerika juga disebutkan bahwa bilapun berkunjung, orang diharapkan berhati-hati terhadap pencopet, perampas dompet, dan pencuri-pencuri kecil di Australia.
Tahun lalu, sebanyak 760.000 warga AS datang ke Australia dan membelanjakan 4 miliar dolar Australia (sekitar Rp 37,8 triliun). Bagi Australia, warga AS merupakan pengunjung terbesar ketiga sesudah China dan Selandia Baru.
Empat hari lalu, Pemerintah Australia menghentikan kampanye iklan pariwisata mereka yang baru diluncurkan bulan lalu oleh penyanyi pop Kylie Minogue karena kebakaran hutan terus berlangsung.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Jumat (10/1/2020), mengatakan, Australia adalah negara terbuka, tetapi Amerika Serikat telah menaikkan tingkat saran perjalanan. Ia meminta anggota parlemen pemerintahannya agar tidak melakukan wawancara dengan media asing terkait kebakaran hutan.
Seorang anggota Partai Liberal, Craig Kelly, memberikan wawancara terkait kebakaran hutan pada ITV, stasiun televisi Inggris, pada Selasa (7/1/2020).
Pemimpin oposisi Anthony Albanese mengatakan, dengan memasukkan Australia ke dalam kelompok negara-negara yang berbahaya untuk dikunjungi, saran perjalanan itu ”sangat tidak pada tempatnya”.
”Kita perlu mempertahankan agar orang tetap datang ke Australia,” tutur Albanese, seperti dikutip laman 9news.
Pemerintah Australia dilaporkan telah melakukan pendekatan dengan pejabat-pejabat tinggi Amerika Serikat untuk mencabut status level saran perjalanan itu.
Protes
Lebih dari 30.000 orang berdemo di pusat kota Sydney, Jumat (10/1/2020), untuk memprotes penanganan krisis kebakaran hutan dan sikap pemerintah terhadap perubahan iklim. Mereka berbaris dari kantor wali kota ke gedung parlemen.
Jumlah ini lebih besar dari dua protes perubahan iklim yang lalu, tetapi masih dikalahkan oleh protes anak sekolah dengan isu yang sama pada September lalu ketika 80.000 orang tumpah ruah ke jalan.
Sebuah spanduk berukuran raksasa bertuliskan ”Pecat Scomo” merujuk pada panggilan akrab Perdana Menteri Scott Morrison. Koran Sydney Morning Herald melaporkan, pendemo meneriakkan yel-yel ”Hei hei ho ho Scomo harus turun” dan sepotong kalimat yang memiliki persamaan bunyi pada suku kata terakhir ”The liar from the shire, the country is on fire (pendusta dari dusun, negerimu sedang terbakar)”.
Berbicara di depan pendemo, Senator Mehreen Faruqi dari Partai Hijau mengatakan, ”Scott Morrison dan pemerintahnya pengecut. Mereka tidak jujur. Mereka sama sekali tidak kompeten. Mereka bertingkah laku seperti kriminal dalam soal iklim. Dan mereka dipimpin oleh Scotty From Marketing,” ujar Faruqi, seperti dikutip Sydney Morning Herald, merujuk pada nama ejekan Scott Morrison dengan latar belakangnya sebagai mantan Direktur Tourism Australia.