Sekitar 19 juta warga Taiwan yang memiliki hak pilih akan menggunakan haknya untuk memilih presiden dan 113 anggota parlemen, Sabtu ini. Isu hubungan Taiwan dengan China selalu menjadi pusat perdebatan para capres.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
TAIPEI, JUMAT — Sekitar 19 juta warga Taiwan yang memiliki hak pilih akan menggunakan haknya untuk memilih presiden dan 113 anggota parlemen, Sabtu (11/1/2020). Isu besar hubungan Taiwan dengan China selalu menjadi pusat perdebatan para kandidat presiden.
Terdapat tiga kandidat presiden Taiwan dalam kontestasi demokrasi hari ini, yaitu petahana Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokrat (DPP), Han Kuo-yu dari Partai Kuomintang (KMT), pesaing kuat Tsai, dan James Soong dari Partai Rakyat Utama. Dalam banyak jajak pendapat sepuluh hari lalu, petahana diperkirakan akan unggul.
Pada hari terakhir kampanye, Jumat (10/1) siang, ketiga kandidat berkeliling kota Taipei meminta dukungan publik. Jumat malam, setiap pendukung kandidat berkumpul untuk mengikuti kampanye terakhir.
DPP pada 14 bulan lalu kalah dalam pemilu daerah. Namun, Tsai diuntungkan oleh China yang tetap ingin menerapkan formula ”satu negara, dua sistem” dan protes antipemerintah di Hong Kong. Tsai (63) menyatakan, dirinya sebagai pembela nilai-nilai kebebasan Taiwan dalam menghadapi bayang-bayang China di bawah Presiden Xi Jinping.
Di Kaohsiung, pendukung Han dari Partai Nasional, yang merupakan oposisi, mengibarkan bendera merah biru Taiwan, meniup trompet, dan meneriakkan dukungan mereka. James juga berkampanye di hadapan pendukungnya.
Terkait hubungan dengan China, Han (62) mendukung hubungan lebih hangat dengan Beijing. Han mengatakan, dirinya akan meningkatkan kesejahteraan dan menilai pemerintah saat ini tidak perlu bermusuhan dengan China.
”Kami ingin perubahan. Kami ingin menemukan kembali kebahagiaan, kemakmuran, dan kebanggaan bagi rakyat Taiwan,” kata Han dalam kampanye, Kamis (9/1) malam.
Isu ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial menjadi isu yang mewarnai kampanye. Namun, ancaman China untuk menguasai Taiwan selalu jadi topik yang mencolok dari setiap kampanye.
Isu China
Jumat, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, Beijing tidak seharusnya melihat pemilu Taiwan sebagai sebuah kemenangan atau kekalahan bagi China. ”Apabila China terlalu menganggap pemilu kami... mungkin akan ada skenario bahwa China akan melancarkan intimidasi militer, isolasi diplomatik, atau tekanan ekonomi sebagai hukuman bagi Taiwan,” katanya.
Tsai berulang kali memperingatkan warga Taiwan agar mewaspadai upaya China memengaruhi pemilu melalui disinformasi atau intimidasi militer. China menyangkal hal ini.
Namun, Wu mengungkapkan fakta bahwa akhir tahun lalu kapal induk China yang baru berlayar di Selat Taiwan. Menurut dia, ini adalah ”bukti yang jelas” dari usaha Beijing mengintimidasi pemilih. ”Ini adalah pemilu kami. Ini bukan pemilu China. Adalah penduduk Taiwan yang pergi ke tempat pemungutan suara untuk memilih kandidat mana yang terbaik menurut mereka,” ujarnya. (AP/REUTERS/AFP)