Serangan Pesawat Tak Dikenal di Suriah Timur, 8 Anggota Milisi Irak Tewas
Sebuah serangan udara oleh pesawat nirawak tak dikenal di Suriah timur menewaskan delapan anggota milisi Irak pro-Iran, Hashed al-Shaabi, tengah pekan ini. Koalisi pimpinan AS membantah tuduhan sebagai pelaku aksi itu.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
BEIRUT, SABTU -- Sebuah serangan udara di Suriah timur menewaskan delapan anggota milisi Irak pro-Iran, Hashed al-Shaabi, tengah pekan ini. Koalisi militer pimpinan Amerika Serikat membantah tuduhan sebagai pelaku aksi itu.
"Pesawat tak dikenal menargetkan kendaraan dan gudang senjata di daerah Albu Kamal, yang menyebabkan ledakan besar. Setidaknya delapan pejuang Irak tewas dalam peristiwa itu," kata Kepala Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), Rami Abdel Rahman, Jumat (10/1/2020). Dia menambahkan, beberapa orang lainnya terluka.
Melalui juru bicara yang dihubungi oleh kantor berita AFP, koalisi militer pimpinan AS yang beroperasi di Suriah dan Irak membantah melancarkan serangan tersebut.
Menurut Abdel Rahman, setidaknya tiga desa di daerah Albu Kamal yang dikenal sebagai basis pasukan paramiliter yang setia pada Teheran telah menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak sejak Rabu. Serangan-serangan itu tidak menimbulkan korban.
Serangan mematikan itu di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran, yang sebagian besar terjadi di Irak. Pada akhir tahun lalu, serangan udara AS di Irak menewaskan 25 pejuang Hashed dari milisi Kataeb Hezbollah, yang dianggap sebagai salah satu pihak yang paling dekat dengan Teheran. Para pendukung Hashed kemudian menyerbu kompleks kedutaan besar AS di Baghdad tengah. Aksi balasan itu dinilai semakin memperburuk situasi.
Pada 3 Januari lalu, serangan AS di dekat bandara Baghdad menewaskan Komandan Brigade Al-Quds Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Peristiwa ini merupakan salah satu pembunuhan pejabat teras militer di Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Turut tewas dalam serangan itu adalah Abu Mahdi al-Muhandis, seorang pendiri Kataeb Hizbullah dan kerap dipandang sebagai representasi Iran di Irak.
Teheran telah berjanji untuk membalas dendam pembunuhan tersebut. Mereka belum lama ini merespons dengan penembakan rudal balistik di sebuah pangkalan di Irak barat yang menampung personel militer AS dan pasukan koalisi lainnya. Iran mengklaim serangan itu menewaskan 80 orang, tetapi AS maupun militer Irak tidak melaporkan adanya korban.
Sementara itu, di Irak ribuan warga berdemonstrasi di seluruh negeri pada hari Jumat. Aksi itu menghidupkan kembali gerakan protes berbulan-bulan terhadap pemerintah. Dalam aksi tersebut, warga menyuarakan aneka kritik terhadap AS dan Iran.
Demonstrasi anti-rezim di Irak selama berbulan-bulan kini dibayangi oleh meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington. Ketegangan itu menjadikan Irak, yang berupaya memulihkan diri pasca-terusirnya kelompok teror Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), sebagai arena pertempuran. Dalam sepekan terakhir, Iran dan AS saling menyerang di wilayah Irak.
Khawatir gerakan mereka akan tenggelam oleh konflik Iran-AS, para aktivis Irak mengunggah seruan di media sosial dalam beberapa hari terakhir untuk menggelar aksi protes massa pada hari Jumat kemarin. Jika ditulis dengan angka, tanggal hari itu menandai tanggal kebalikan, yakni 10 Januari atau (10/1), dari aksi unjuk rasa pertama mereka pada 1 Oktober (1/10) tahun lalu. (AFP)