Hari Jumat (17/1/2020), di Tokyo, Shinjiro mengumumkan kelahiran anak pertamanya, seorang bayi laki-laki. Sebagai ayah, Shinjiro memutuskan mengambil cuti selama dua minggu.
Oleh
·3 menit baca
Mendapat cuti karena melahirkan anak merupakan hak perempuan pekerja. Namun, seorang ayah mengambil cuti untuk mengasuh anak yang baru dilahirkan oleh istri adalah fenomena baru. Menteri Lingkungan Jepang Shinjiro Koizumi memulainya setelah kelahiran anak pertamanya.
Hari Jumat (17/1/2020), di Tokyo, Shinjiro mengumumkan kelahiran anak pertamanya, seorang bayi laki-laki. Sebagai ayah, Shinjiro memutuskan mengambil cuti selama dua minggu.
Ini merupakan hal langka bagi pria Jepang. ”Sebagai seorang ayah, saya sangat senang karena anak saya lahir sehat dengan selamat,” kata Shinjiro dalam konferensi pers. ”Keduanya baik-baik saja. Itu yang paling penting,” katanya.
Shinjiro Koizumi, yang merupakan putra mantan Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi, mengatakan, istrinya, mantan penyiar berita televisi Christel Takigawa, melahirkan anak pertama mereka pada Kamis (16/1) malam. ”Cuti saya sudah dimulai,” kata Shinjiro yang telah meninggalkan kantornya pada Kamis pagi sehingga ia bisa menunggui persalinan istrinya pada Kamis malam.
Shinjiro dipandang sebagai pemimpin masa depan Jepang.
Shinjiro dipandang sebagai pemimpin masa depan Jepang. Dia mengambil hak cutinya sebagai seorang ayah karena dia ingin apa yang dilakukannya itu menjadi panutan bagi para ayah.
Pemerintah Jepang memiliki kebijakan cuti bagi orangtua yang anaknya baru dilahirkan. Cuti ini memungkinkan laki-laki dan perempuan pekerja di Jepang untuk mengurus anaknya dan tetap memperoleh sebagian dari gaji.
Di tengah kondisi populasi yang menua, PM Shinzo Abe mendorong agar lebih banyak laki-laki di Jepang untuk mengambil cuti ayah. Cuti ini baik bagi perusahaan karena memungkinkan keseimbangan kehidupan kerja. Selain itu, kebijakan tersebut memberi waktu luang yang lebih banyak bagi para ibu.
Namun, terkait isu cuti ayah, survei yang digelar baru-baru ini menunjukkan, pada 2018, tercatat hanya 6 persen dari karyawan pria yang memenuhi syarat untuk mengambil cuti ayah. Menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang, angka itu masih jauh dari target Pemerintah Jepang, yaitu sebesar 13 persen pada 2020.
Beragam
Pengumuman cuti Shinjiro menerima reaksi beragam. Beberapa orang mengatakan bahwa cuti ayah selama dua minggu itu hanyalah isu marjinal dan mungkin Shinjiro hanya berusaha mendapatkan perhatian. Langkah yang diambil oleh Shinjiro itu juga dikritik oleh beberapa anggota parlemen Jepang yang menyatakan bahwa ia seharusnya memprioritaskan tugas publiknya. Sebaliknya, sejumlah kalangan menyambut baik keputusan Shinjiro dan melihatnya sebagai awal dari perubahan.
Menanggapi kritikan atas langkahnya, Shinjiro, Jumat, meyakinkan, dia akan mengambil cuti secara fleksibel sehingga cuti ayah yang diambilnya tidak memengaruhi kementerian yang dipimpinnya. ”Saya mengerti bahwa pendapat masih terbagi. Saya akan menyisihkan waktu buat keluarga saya sambil memastikan untuk memprioritaskan tugas publik saya dan sepenuhnya siap untuk keadaan darurat apa pun,” kata
Shinjiro.
Para menteri kabinet memuji keputusan Shinjiro. Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, yang merupakan ayah dari tiga anak perempuan, berharap langkah yang diambil Shinjiro akan memiliki dampak sosial yang positif.
Para menteri kabinet memuji keputusan Shinjiro. Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, yang merupakan ayah dari tiga anak perempuan, berharap langkah yang diambil Shinjiro akan memiliki dampak sosial yang positif. ”Saya berharap dia bisa meluangkan waktu sebanyak mungkin. Akan sangat bagus jika lebih banyak pria mengikuti teladannya dan mengambil cuti,” kata Nishimura.