SYDNEY, SENIN— Setelah berbulan-bulan mengalami kemarau panjang dan suhu udara yang sangat panas hingga memicu kebakaran hutan besar, wilayah pantai timur Australia, Senin (20/1/2020), dihantam badai petir dan hujan es.
Ibu kota Australia, Canberra, tak luput dari amukan badai dan hujan es. Rekaman video memperlihatkan bagaimana badai petir itu menghancurkan dahan pohon. Layanan darurat memperingatkan warga Canberra agar segera memindahkan mobil, serta menjauh dari pohon dan saluran listrik.
Biro Meteorologi memberi peringatan kepada warga New South Wales yang berada di wilayah tenggara Australia, termasuk Sydney, untuk bersiap menghadapi badai yang mendekat. Menurut Biro Meteorologi, badai petir yang dahsyat kemungkinan akan membawa angin yang merusak. Hujan es besar dan hujan lebat mungkin menyebabkan banjir bandang di beberapa wilayah yang telah diperingatkan.
Sebelumnya, kota Melbourne, yang berada di wilayah selatan Australia, juga dihantam hujan es pada Minggu malam. Di Negara Bagian Victoria, daerah kebakaran hutan terus membara, terjadi hujan deras semalaman. Namun, pihak berwenang mengatakan itu juga membawa bahaya baru.
Cuaca yang basah meredakan munculnya titik api baru di wilayah yang terbakar di sepanjang pantai timur Australia, tetapi pihak berwenang tetap waspada. Menteri Utama Victoria Daniel Andrews mengatakan, turunnya hujan deras berarti memunculkan kondisi yang jauh lebih berbahaya bagi mereka yang mengoperasikan alat berat di area yang rusak akibat kebakaran hutan. Tanah longsor akan menyulitkan pembukaan jalan.
Australia sejak September 2019 didera kebakaran hutan dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setidaknya 10 juta hektar lahan terbakar, jutaan hewan mati, 2.000 rumah hancur, dan 29 orang tewas. Para ahli memperkirakan Australia akan kehilangan miliaran dollar dari sektor pariwisata.
Pemerintah Australia pada akhir pekan mengumumkan paket pemulihan sebesar 76 juta dollar Australia untuk membantu pemulihan pariwisata. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Australia turun 10-20 persen sejak mulai kebakaran hutan pada September 2019. (AFP/REUTERS/LOK)