Kebijakan Morrison di Bawah Sorotan Para Pakar Iklim
Pada saat kebakaran hutan mencapai puncaknya pada minggu terakhir Desember lalu, Morrison tetap menolak mengubah kebijakan perubahan iklim.
Oleh
Harry Bhaskara, Brisbane
·3 menit baca
Setidaknya, tahun lalu, dua kesempatan emas telah disia-siakan Perdana Menteri Scott Morrison dalam upaya menangani kebakaran hutan.
Ia menolak menemui kelompok ahli pada April tahun lalu. Greg Mullins, mantan komisioner dinas kebakaran New South Wales, menulis surat kepada Morrison untuk bertemu dengan para pemimpin Kedaruratan Perubahan Iklim yang diwakilinya. Mereka ingin menyampaikan meningkatnya cuaca ekstrem yang menjurus ke bencana. Permohonan yang sama dilayangkan lagi melalui surat pada September 2019. Kedua permintaan ini tak ditanggapi Morrison.
Pada Maret 2019, Robert Glasser dari Australian National University, dalam laporan yang ia tulis untuk Institut Kebijakan Strategi Australia, meminta pemerintah menyiapkan strategi nasional untuk menghadapi bencana iklim. ”Lebih dari 500 orang Australia tewas setiap tahun karena cuaca panas. Ini sama dengan orang yang tewas di Perang Vietnam. Kerugian yang ditimbulkan bencana alam diproyeksikan 39 miliar dollar Australia, sekitar Rp 364 triliun pada 2050, atau setara dengan anggaran pertahanan setahun,” laman Conversation mengutip Glasser awal bulan ini.
Morrison gemar mengulang keyakinan bahwa emisi karbon dari Australia termasuk kecil dalam tingkat global. Oleh karena itu, ia berpendapat tidak benar apabila dikatakan apa yang dilakukan negara mana pun terkait emisi global berhubungan langsung dengan perubahan cuaca.
Padahal, dengan hanya 0,3 persen dari penduduk dunia, per kapita Australia termasuk di deretan penghasil gas CO2 tertinggi di dunia walau hanya menghasilkan 1,07 persen dari emisi global gas CO2. Dengan 22-25 ton gas yang dihasilkan, Australia masih berada di atas rata-rata emisi negara-negara maju.
Menolak
Pada saat kebakaran hutan mencapai puncaknya pada minggu terakhir Desember lalu, Morrison tetap menolak mengubah kebijakan perubahan iklim. Ia juga menepis tuduhan bahwa kubu koalisi yang dipimpinnya sempat terpecah oleh isu itu sehingga memberi kesan bahwa pemerintahannya tak berbuat banyak untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Pernyataan pada 22 Desember itu tampaknya disampaikan Morrison untuk membantah pernyataan Wakil Perdana Menteri Michael McCormack yang sehari sebelumnya mengatakan Australia memang perlu mengambil langkah-langkah yang lebih nyata untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Walau mengakui adanya hubungan antara perubahan iklim global dan cuaca secara umum di seluruh dunia, Morrison tidak sependapat apabila orang menghubungkan kebakaran lokal dengan perubahan iklim.
Dalam Perjanjian Paris, Australia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca antara 26 persen dan 28 persen pada 2030.
Pemimpin oposisi Anthony Albanese mengkritik Morrison yang tidak mau mengubah kebijakan.
Pada Minggu (12/1/2020) Morrison mengatakan, pemerintah akan terus memperbaiki dan ”sedikit-demi-sedikit mengubah” kebijakan iklimnya untuk menyesuaikan diri dengan iklim yang berubah. Walau Morrison menggunakan kata ”mengubah” untuk pertama kali, ia tidak menjabarkan garis besar perubahan kebijakan yang ia maksudkan kecuali tetap berpegang pada pemenuhan komitmen perjanjian Paris.
Frank Jotzo, pengamat kondang kebijakan iklim, menganjurkan Morrison agar meninggalkan sikap pemerintahnya yang enggan mengubah kebijakan perubahan iklim. ”Secara politik Anda sudah dikunci pada posisi antiperubahan, tetapi kebakaran hutan telah menjadi dasar untuk perubahan. Anda bisa memimpin misi untuk melindungi negeri ini dari bahaya, ini sesuai dengan dasar perjuangan kubu konservatif,” tulisnya di kolom Conversation.
Apakah Morrison akan mengambil kebijakan baru atau tidak, rakyat tetap akan menuntut respons yang tepat bagi iklim yang ekstrem, siapa pun yang akan berkuasa nantinya, Partai Buruh atau koalisi.
Sikap Morrison selama ini, tulis Conversation, menunjukkan, ia enggan melawan kelompok kanan dari partainya yang tidak yakin akan adanya perubahan iklim