Mantan Perwira Militer "Berlidah Tajam" Diangkat Jadi Menlu Baru Korut
Di bawah menlu baru Korea Utara, muncul kekhawatiran bahwa Pyongyang bakal mengambil garis yang lebih keras dengan Washington dalam negosiasi nuklir yang saat ini macet.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT — Korea Utara telah menunjuk seorang mantan perwira militer yang dikenal “berlidah tajam”, tetapi tidak memiliki banyak pengalaman terkait kebijakan luar negeri, sebagai menteri luar negerinya. Di bawah menlu baru ini, muncul kekhawatiran bahwa Pyongyang bakal mengambil garis yang lebih keras dengan Washington dalam negosiasi nuklir yang saat ini macet.
Kantor berita Korut, KCNA, mengonfirmasi penunjukan Ri Son Gwon sebagai menlu baru Korut, Jumat (24/1/2020). Ia menggantikan Ri Yong Ho, diplomat karier yang memiliki pengalaman luas di dunia diplomatik.
KCNA melansir bahwa Ri Son Gwon menghadiri acara perkenalan dengan para diplomat asing di Pyongyang sehari sebelumnya. Korea Selatan dan sejumlah media luar lainnya baru-baru ini melaporkan Korut mengeluarkan nota pemberitahuan kepada para diplomat asing di Pyongyang tentang posisi Ri Son Gwon itu pada pekan lalu.
Dalam pidatonya di jamuan makan malam, dilaporkan KCNA bahwa Ri Son Gwon menyatakan, Korut siap mengubah kebijakan luar negerinya menjadi lebih langsung dan bersifat “menyerang”. Hal itu dipilih sebagai jalan untuk memecah aneka kebuntuan dan hambatan yang mungkin ada, sekaligus perwujudan kemandirian Pyongyang. Kebijakan-kebijakan luar negeri Pyongyang pun dikatakan bakal lebih terbuka dinyatakan kepada publik.
Ri Son Gwon adalah seorang pensiunan militer dengan pangkat terakhir kolonel. Ia terkenal sosok yang vokal. Ia sebelumnya memimpin badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk hubungan dengan Korea Selatan (Korsel).
Ri Son Gwon telah mengambil bagian dalam banyak pembicaraan militer antar-Korea selama 15 tahun terakhir. Namun, anggota pengganti Komite Pusat Partai Buruh yang berkuasa itu tidak memiliki pengalaman dalam negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain.
Ri Son Gwon telah mengambil bagian dalam banyak pembicaraan militer antar-Korea selama 15 tahun terakhir. Namun, ia tak memiliki pengalaman dalam negosiasi dengan AS dan negara-negara lain.
Di Korsel, Ri Son Gwon paling dikenal dengan apa yang dianggap sebagai komentar kasar kepada pengusaha Korsel yang mengunjungi Pyongyang pada bulan September 2018. Ketika mereka sedang makan naengmyeon, mie tradisional Korea, Ri Son Gwon bertanya kepada mereka: "Apakah naengmyeon akan menghancurkan tenggorokanmu?"
Ucapan berbentuk pertanyaan itu, menurut sejumlah pejabat dan anggota parlemen Korsel, adalah ungkapan ketidakpuasan atas minimnya kemajuan dalam upaya untuk mempromosikan proyek-proyek ekonomi antar-Korea. Banyak kaum konservatif di Korsel tidak suka dengan sosok Ri Son Gwon.
Minimnya pengalaman diplomatik Ri Son Gwon berbeda dengan Ri Yong Ho, yang digantikannya. Ri Yong Ho adalah seorang diplomat karier dengan pengalaman luas yang telah mengambil bagian dalam negosiasi nuklir dengan AS sejak awal 2018.
Nasib Ri Yong Ho sendiri, yang namanya disebutkan terakhir oleh KCNA pada Agustus lalu, tidak diketahui. Tidak ada keterangan dari Pyongyang terhadap dirinya setelah tidak menjabat sebagai Menlu.
Analis Cheong Seong-Chang di lembaga Sejong Institute di Korsel mengatakan, penunjukan Ri Son Gwon mengisyaratkan Korut akan semakin keras sikapnya terhadap AS dan meningkatkan dorongan untuk memperkuat posisinya sebagai negara nuklir. “Mulai sekarang, sulit untuk mengharapkan kemajuan yang berarti dalam diplomasi Korut-AS," kata Cheong.
Pembicaraan nuklir antara AS dan Korut hanya mengalami sedikit kemajuan sejak KTT kedua antara Presiden Donald Trump dan emimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada Februari 2019. Kim baru-baru ini mengatakan, Korut akan memperkuat persenjataan nuklir dan mengumumkan adanya senjata strategis baru. Hal itu diungkapkan setelah AS gagal memenuhi batas waktu akhir tahun yang ditetapkan Korut agar Washington menawarkan konsesi.
Seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa Washington mengetahui pengangkatan Ri Son Gwon sebagai Menlu Korut. Washington pun berharap Korut akan memahami pentingnya melanjutkan diplomasi.
"Tidak ada yang bisa diperoleh dengan tidak berbicara. Ini hanya untuk keuntungan mereka, jadi kami mendorong mereka untuk berbicara," kata pejabat Deplu AS tersebut. “Sebuah diplomasi yang lambat, sabar, namun mantap. Kami akan tetap melekat dengan rencana itu. " (AP)