Lebih dari 2.000 orang terinfeksi virus korona baru. Hingga saat ini tercatat 56 orang meninggal. Sebagian besar korban tercatat di Wuhan. Peneliti tengah berusaha mengembangkan vaksin.
WUHAN, MINGGU Warga asing di Wuhan, kota di China yang menjadi pusat penyebaran virus korana baru, berharap pemerintah negara asal segera mengevakuasi mereka. Sejumlah negara memang telah menyiapkan evakuasi warga dari sana.
Mahasiswa Indonesia di Wuhan, Siti Mawaddah, mengatakan bahwa kota itu kini bagai kota hantu. ”Keadaan di Wuhan sekarang sangat menegangkan dan mengkhawatirkan. Jika kami tetap di Wuhan, ini seperti sedang menunggu giliran terinfeksi,” ujarnya kepada AFP, Minggu (26/1/2020).
Ia mendengar Amerika Serikat merencanakan evakuasi warga dan diplomat dari Wuhan. Ia berharap pemerintah Indonesia dapat melakukan hal sama. Harapan senada disampaikan mahasiswa asal Afghanistan, Mashal Jamalzai. ”Kami ingin dievakuasi secepatnya karena kami bisa mati gara-gara virus, kelaparan, atau ketakutan,” ujarnya.
Sepekan terakhir, ia dan rekan-rekan tidak bisa keluar rumah. Mereka mengandalkan biskuit sebagai satu-satunya makanan. Pemerintah Kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, melarang hampir seluruh kendaraan beroperasi di pusat kota. Sebagai pilihan transportasi, pemkot menyediakan 6.000 taksi untuk melayani warga.
Di tengah imbauan agar penduduk Wuhan tetap di dalam rumah, pemerintah sejumlah negara mengumumkan rencana evakuasi. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, ada pesawat sewaan untuk mengangkut warga Jepang dari Wuhan. Sementara Kementerian Luar Negeri AS, seperti diungkap Siti, memang telah mengontak warganya di kota itu.
Selasa ini, pesawat akan terbang dari Wuhan ke San Francisco. Kemlu AS mengingatkan, daya angkut pesawat terbatas. Karena itu, mereka yang berisiko tertular akan diprioritaskan untuk diangkut. Perancis juga tengah menyiapkan rencana evakuasi warganya dari Wuhan.
Berbeda dengan AS, evakuasi warga Perancis tidak akan berupa penerbangan kembali ke negara asal. Warga Perancis di Wuhan dan Hubei akan dibawa ke provinsi terdekat dari Hubei untuk dikarantina di sana. Sri Lanka juga mengumumkan tengah menyiapkan rencana evakuasi. Kini, 150 mahasiswa Sri Lanka sedang belajar di Wuhan.
Tolak wisatawan
Pusat Kendali Penyakit Menular Taiwan mengumumkan larangan masuk Taiwan bagi rombongan pelancong China. Mayoritas pengunjung perorangan dari China, sekalipun untuk alasan bisnis, juga dilarang datang. Seluruh mahasiswa asal Hubei dilarang kembali ke Taiwan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Sementara warga Taiwan di China diminta tetap di sana sampai setidaknya 14 hari sesuai perkiraan masa inkubasi virus.
Larangan wisata kelompok ke luar negeri juga diberlakukan Pemerintah China mulai Senin ini. Larangan sejenis, untuk tingkat nasional, berlaku sejak Jumat lalu. Perusahaan jasa wisata Rusia, Rus-Tour, mengumumkan pemulangan 1.100 pelancong Rusia dari Hainan. Perusahaan itu juga menunda penawaran wisata ke China sampai wabah terkendali.
Kepala Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei mengatakan, sampai sekarang belum ada pemahaman memadai atas virus korona baru. Sejauh ini, para ahli baru mengetahui masa inkubasi virus itu hingga 14 hari. Di masa inkubasi sekalipun, virus dapat menular dari orang yang telah terinfeksi.
Ia tidak bisa memastikan, sampai kapan keadaan bisa terkendali. Pembatasan perjalanan dan aneka kebijakan lain diharapkan bisa mengendalikan penyebaran virus itu. China telah mengirim 450 dokter militer, sebagian berpengalaman menanggulangi penyakit menular, ke Wuhan. Selain itu, 450 dokter sipil diberangkatkan ke Hubei. Beijing akan mengirimkan 12 regu beranggotakan 1.600 tenaga kesehatan ke Wuhan.
Sampai sekarang, 1.979 orang dilaporkan terinfeksi virus korona baru di Hubei. Laporan infeksi juga datang dari Beijing, Guandong, Anhui, hingga Hainan. AS, Perancis, Jepang, hingga Malaysia dan Singapura juga telah melaporkan infeksi virus itu di wilayah masing-masing. Kepala Pengendalian Penyakit Menular China Gao Fu menyebut peningkatan kecepatan laporan menyebabkan penularan lebih cepat terdata. Sebagian korban tewas dinyatakan telah berusia lanjut dan punya riwayat penyakit lain.
Vaksin
Ia menyatakan tidak ada petunjuk virus telah bermutasi. Para peneliti di lembaga yang dipimpinnya disebut telah mengisolasi virus dan mengidentifikasinya. Langkah itu penting untuk membuat vaksin. Koresponden Kompas di Brisbane, Harry Bhaskara, melaporkan bahwa Universitas Queensland (UQ), perusahaan bioteknologi Moderna, dan perusahaan farmasi Inovio juga tengah mengupayakan pembuatan vaksin.
Mereka ditunjuk Koalisi untuk Inovasi Melawan Epidemik (CEPI) yang sumber pendanaannya antara lain dari Yayasan Bill dan Melinda Gates. Kami berkejaran dengan waktu dalam tim yang beranggotakan 20 orang,” tutur peneliti utama Dr Keith Chappell kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC), Minggu.
UQ mengaku sudah mematenkan teknologi klem molekular, sebuah sistem yang dapat dengan cepat mengadaptasi patogen yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dengan memasukkan genetika baru atau sekuen protein. Pada dasarnya caranya adalah menempelkan sepotong gen pada protein yang akan membuatnya lebih stabil,” ujar Chappell.
Daniel Watterson, peneliti senior di tim itu, mengatakan, vaksin meniru kontur permukaan protein virus korona. Selanjutnya, vaksin memancing tubuh manusia menciptakan pertahanan pada virus asli. (AP/AFP/REUTERS/RAZ)