Hubungan Inggris-Uni Eropa setelah Brexit akan dirundingkan pada Februari-Desember 2020. Inggris tidak mau perpanjangan waktu walau diduga perundingan tidak akan selesai.
Oleh
·3 menit baca
Hubungan Inggris-Uni Eropa setelah Brexit akan dirundingkan pada Februari-Desember 2020. Inggris tidak mau perpanjangan waktu walau diduga perundingan tidak akan selesai.
DUBLIN, SELASA—Uni Eropa terus mengindikasikan akan bersikap keras selama perundingan dengan Inggris. Sikap itu membuat persetujuan untuk aneka materi perundingan sulit didapat dalam 11 bulan masa transisi.
”Tidak ada kompromi untuk pasar tunggal, tidak pernah. Meninggalkan pasar tunggal, persatuan bea dan cukai ada dampaknya. Hal yang saya lihat, tahun lalu, banyak dampak yang diremehkan oleh Inggris. Sekarang, hadapi kenyataannya,” kata ketua tim perunding Uni Eropa untuk proses keluarnya Inggris dari UE, Michel Barnier, Senin (27/1/2020) malam waktu Belfast atau Selasa dini hari WIB.
Inggris akan meninggalkan UE, proses yang dikenal sebagai Brexit, mulai Sabtu (1/2). Hingga 31 Desember 2020, hubungan Inggris-UE dalam masa transisi. Inggris tetap bisa mengakses pasar UE seperti sebelum Brexit. Pada masa transisi pula, London-Brussels akan merundingkan akses Inggris ke pasar UE dan aneka aspek hubungan Inggris-UE.
Sebelum Barnier, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, hubungan UE-Inggris akan berbeda setelah Brexit. Ia juga mengingatkan, 11 bulan tidak akan cukup untuk merundingkan semua hal yang jadi materi pembicaraan.
Pernyataan Von der Leyen dan Barnier mementahkan pernyataan sejumlah politisi Inggris soal akses ke pasar UE. Sejumlah politisi yakin Brussels akan lentur soal akses pasar dan ekspor-impor.
Barnier mengakui, UE siap bersikap lentur dan menjalankan beberapa perundingan dalam waktu bersamaan. Justru London yang dinilai keras karena memaksakan perundingan selesai pada masa transisi. Brussels khawatir kesepakatan tak tercapai sampai masa transisi selesai. ”Jika tak ada kesepakatan, tidak bisa lagi berjalan seperti biasa layaknya sekarang. Kita harus menghadapi risiko besar, khususnya untuk perdagangan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, kesepakatan Brexit harus diterapkan secara ketat oleh seluruh pihak. ”Tak bisa dibuka lagi dengan kedok penerapan,” ujarnya seraya mengingatkan penerapan kesepakatan itu penting untuk membangun kepercayaan Inggris-UE pada masa mendatang.
Sulit tercapai
Sejumlah diplomat Eropa mengingatkan, sulit mencapai kesepakatan dagang UE-Inggris pada akhir 2020. ”Mustahil, pada akhir tahun bisa didapat kerangka kesepakatan dagang dan soal keamanan,” ujar salah seorang diplomat yang menolak namanya diungkap.
Sebagai gambaran, UE membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merundingkan kesepakatan dagang dengan sejumlah mitranya. Hal itu antara lain terjadi pada Jepang, Kanada, hingga Indonesia. ”Mustahil menuntaskan (perundingan UE-Inggris) pada akhir tahun,” kata Joachim Lang yang merupakan Direktur Pelaksana Asosiasi Industri Jerman (BDI).
London, kata Lang, salah karena menutup peluang perpanjangan waktu perundingan. Perundingan butuh waktu lebih lama dari masa transisi. Padahal, kegagalan mencapai kesepakatan dagang akan merepotkan banyak pihak. Akan banyak hambatan dagang, perjalanan lintas UE-Inggris, dan menunda pengiriman aneka barang mulai dari isotop untuk radiologi rumah sakit sampai suku cadang mobil.
Presiden Eurasia Group Ian Bremmer mengatakan, Inggris tidak dalam posisi bagus untuk membuat keputusan. ”Inggris tak punya kemampuan, teknologi, keunggulan, dan diplomasi untuk memilih masa depan mereka,” ujarnya.