Ketakutan Global terhadap Korona Meningkat, China Waspadai Krisis Pangan
Jumlah kematian akibat virus korona terus bertambah. Sejumlah negara terus mengevakuasi warganya yang berada di China. Di China, krisis pangan mulai terjadi.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
BEIJING, KAMIS — Warga yang meninggal di China akibat terinfeksi virus korona baru bertambah menjadi 170 orang. Ketakutan akan penyebaran virus itu semakin meluas. Sejumlah negara pun mulai mengevakuasi warganya yang berada di Wuhan, China, dan memikirkan strategi karantina untuk mereka.
Di China, virus korona baru (novel coronavirus atau 2019-nCoV) tidak hanya melumpuhkan sektor bisnis, perdagangan, pariwisata, dan investasi, tetapi juga mulai mengancam stok pangan. Logistik pangan terganggu, peternak mulai kesulitan mendapat pasokan pakan ternak, dan harga pangan mulai naik.
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan, jumlah kematian akibat virus korona baru melesat menjadi 170 orang dan jumlah warga yang terinfeksi menjadi 7.711 orang pada Rabu (29/1/2020) malam. Pada Rabu pagi, jumlah pasien yang meninggal akibat virus itu 132 orang.
Otoritas berwenang menyatakan, hampir semua kematian berada di Provinsi Hubei yang tengah diisolasi. Virus korona baru diduga kuat muncul pertama kali dari pasar pangan laut yang menjual hewan eksotis secara ilegal di kota Wuhan, Hubei, sejak Desember 2019.
Virus korona baru yang menyebabkan radang paru itu memiliki waktu inkubasi 1 hingga 14 hari. Virus ini dapat menyebar melalui kontak antarmanusia. Warga dapat tertular sebelum gejala, seperti demam dan batuk, muncul pada pasien yang membawa virus.
”Virus itu menular selama inkubasi, tidak seperti sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang muncul di China dan menewaskan sekitar 800 orang selama 2002-2003,” kata Kepala Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei, pekan ini.
Kasus virus korona tipe baru telah ditemukan di lebih dari 15 negara, antara lain Jepang, Taiwan, Thailand, Perancis, Amerika Serikat, Kanada, dan Jerman. India menjadi negara terbaru yang menemukan kasus satu orang warga yang terinfeksi.
Beberapa negara telah mengevakuasi atau merencanakan evakuasi warganya dari Wuhan. Jepang memulangkan 206 warga ke Tokyo pada Rabu (29/1/2020) dan ratusan lainnya pada Kamis (30/1/2020). AS telah memulangkan 220 penumpang untuk evakuasi, termasuk petugas konsulat AS.
”Memulangkan warga bukan pilihan terbaik karena ada risiko infeksi. Namun, tekanan dari orang-orang di sana, kebanyakan pelajar dan keluarga mereka, telah memaksa pemerintah menyiagakan pesawat,” ujar seorang pejabat India secara anonim.
Memulangkan warga bukan pilihan terbaik karena ada risiko infeksi. Namun, tekanan dari orang-orang di sana, kebanyakan pelajar dan keluarga mereka, telah memaksa pemerintah menyiagakan pesawat.
AS akan mengisolasi warganya yang datang dari Wuhan di sebuah pangkalan militer di California selama 72 jam. Australia, Korea Selatan, Singapura, Selandia Baru, dan Indonesia akan mengarantina warga yang telah dievakuasi selama dua minggu, lebih panjang dari waktu yang diterapkan AS dan Jepang.
Di Jepang, kantor berita NHK melaporkan, tiga warga yang telah dievakuasi pada gelombang pertama ditemukan terinfeksi virus korona baru. Dua orang di antaranya tidak menunjukkan gejala batuk atau demam. Sementara sembilan warga Jepang yang dievakuasi pada gelombang kedua mengalami gejala batuk atau demam.
Ketakutan terhadap penyebaran virus memicu unjuk rasa di Korea Selatan. Warga menuntut agar fasilitas karantina dipindahkan dari area perumahan. Korsel akan mengevakuasi sekitar 700 warga untuk gelombang pertama mulai Kamis (30/1/2020).
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak warga tidak kalah dari rasa takut. ”Senjata yang akan melindungi kita dari virus korona baru bukanlah rasa takut dan kebencian, tetapi kepercayaan dan kerja sama,” ujar Moon.
Warga di wilayah otonomi China, Hong Kong, juga mengancam mogok kerja jika pemerintah tidak menutup perbatasan dengan China daratan untuk menghentikan penyebaran virus. Hong Kong telah menemukan 10 kasus terinfeksi virus, di mana satu orang berada dalam kondisi kritis.
Adapun Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan bertemu pada Kamis, 30 Januari. Mereka akan kembali membahas perlu atau tidaknya kasus virus korona baru dikategorikan sebagai keadaan darurat global.
Sejauh ini, tercatat 105 kasus ditemukan di luar China. Namun, belum ada laporan kematian yang terjadi di luar China.
Suplai makan
Pemerintah China memerintahkan agar petani meningkatkan produksi pangan pada Kamis karena pasokan pertanian terganggu wabah virus tersebut. Beberapa hari terakhir ini, harga makanan di China meningkat.
China melarang akses transportasi lintas provinsi atau daerah dan mengisolasi Hubei, yang menampung sekitar 60 juta orang. Ditambah lagi, warga di sejumlah daerah juga berinisiatif memblokir jalan di sejumlah titik.
Sayuran dan produk lainnya tidak dapat dikirim dari desa ke kota. Peternak juga kesulitan memperoleh pakan ternak dan unggas pada waktunya.
”Hal itu menyebabkan sayuran dan produk lain tidak dapat dikirim dari desa ke kota. Peternak juga kesulitan memperoleh pakan ternak dan unggas pada waktunya,” tulis pernyataan bersama Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan, Kementerian Transportasi, serta Kementerian Keamanan Publik China.
Oleh karena itu, para produsen pakan ternak harus mempercepat produksi untuk memenuhi permintaan. Sementara rumah pemotongan hewan perlu meningkatkan pasokan ternak dan produk unggas. (REUTERS/AFP)