Investor Global Tunggu Kepastian Penanganan Virus Korona
Selain faktor AS, merebak dan menyebarnya virus korona menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kinerja ekonomi kawasan dan global. Sejumlah negara mengambil langkah antisipatif untuk menangkal pengaruh lanjutan.
Oleh
Benny D Koestanto
·5 menit baca
TOKYO, KAMIS — Pasar saham di kawasan Asia naik tipis pada perdagangan Kamis (6/2/2020), terdorong kenaikan bursa Wall Street di Amerika Serikat dan langkah China yang mengumumkan pemotongan tarif pada sejumlah barang impor dari AS.
Selain itu, China juga menjanjikan pemotongan pajak dan bantuan lainnya untuk bisnis yang terhuyung-huyung akibat wabah virus korona tipe baru. TV Pemerintah China mengatakan, pemerintah akan memangkas pajak pertambahan nilai dan menawarkan pinjaman berbunga rendah untuk membantu bisnis mengatasi penurunan yang disebabkan langkah-langkah anti-virus yang menekan perjalanan, penjualan ritel, dan industri lainnya.
Meskipun demikian secara umum investor global menantikan kepastian langkah dan hasil penangan virus korona tipe baru.
Pasar Asia
Indeks MSCI untuk pasar saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 1,3 persen di tengah lonjakan Indeks Nikkei Jepang sebesar 2,47 persen. Indeks saham China juga bereaksi positif, di mana Indeks CSI300 naik 0,97 persen. Saham berjangka AS naik 0,5 persen di tengah posisi penguatan mata uang yuan Tiongkok 0,2 persen, level terkuat sejak 23 Januari. Tanggal itu adalah tanggal pengumuman pemotongan tarif impor.
China mengatakan, pihaknya akan mengurangi separuh tarif pada sejumlah barang asal AS. Langkah itu dinilai dapat membantu meningkatkan ruang positif pada negosiasi kesepakatan perdagangan fase kedua setelah kedua negara menyetujui kesepakatan sementara bulan lalu.
”Di bawah kesepakatan fase satu, China harus memenuhi target yang sulit untuk meningkatkan impor AS sebesar 100 miliar AS tahun ini sehingga langkah seperti ini diperlukan dan diharapkan,” kata Tomo-o Kinoshita, ahli strategi pasar global di lembaga Invesco Asset Management.
Namun, menurut Tomo-o, pada saat yang sama, langkah-langkah penanganan virus korona tipe baru dinantikan para investor. Pemerintah China dilihat langkahnya, termasuk pada dukungan terhadap perusahaan-perusahaan China karena epidemi virus korona jelas akan memberikan pukulan besar bagi pertumbuhan China.
Pasar saham di daratan China terlihat mendapat dukungan dari upaya Beijing dalam mendukung pasar di tengah kecemasan yang meningkat tentang virus korona tipe baru itu.
Dukungan itu termasuk suntikan likuiditas dan pembatasan penjualan saham-saham. Langkah itu menahan penurunan indeks saham.
”Sulit bagi investor untuk menjual saham China sekarang mengingat sikap otoritas sangat jelas,” kata Naoki Tashiro, Presiden TS China Research. ”Namun tetap saja, sampai penyebaran virus berhenti, langkah-langkah stabilisasi pasar tidak akan sepenuhnya mengubah psikologi investor.”
Mitra di Asia
Bank sentral Thailand memangkas suku bunga utama ke rekor terendah 1 persen dari 1,25 persen pada Rabu lalu untuk membantu perekonomian menghadapi serangkaian kemunduran. Sejumlah negara di Asia diperkirakan mengikuti langkah yang sama.
Banyak tetangga China terhuyung-huyung akibat anjloknya kedatangan wisatawan dan dampak buruk lainnya dari wabah yang telah menyebar dari Wuhan ke lebih dari 20 negara.
”Ekonomi Thailand akan berkembang pada tingkat yang lebih lambat pada tahun 2020 dari yang diperkirakan sebelumnya dan jauh di bawah potensinya karena dampak wabah virus korona,” kata Bank Sentral Thailand dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 10 persen ekonomi Thailand bergantung pada ekspor ke China. Pangsa ekspor semacam itu bahkan lebih tinggi untuk Vietnam, Taiwan, Korea Selatan, dan Malaysia. Eksportir komoditas utama, seperti minyak, batubara, dan bijih besi, juga rentan terhadap guncangan akibat perlambatan ekonomi Tiongkok.
Para analis memperkirakan bank sentral di Bangkok memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 poin persentase pada Maret. Singapura, Filipina, dan Indonesia adalah beberapa negara lain yang telah mengisyaratkan kesiapan untuk menyesuaikan kebijakan jika perlu.
Otoritas Moneter Singapura, Rabu lalu, mengatakan, mereka memiliki ”ruang yang cukup” untuk meredakan nilai tukar ”sejalan dengan melemahnya kondisi ekonomi sebagai akibat wabah”.
Bank sentral Filipina akan memperbarui sikap moneternya pada Kamis ini.
Pasar AS
Di Wall Street, jauh dari episentrum wabah korona jenis baru, suasana pasar sahamnya menjadi lebih cerah karena Indeks S&P 500 melesat 1,13 persen ke rekor penutupan level 3.334,69. Sementara itu, pada saat sama Indeks Nasdaq Composite menanjak 0,43 persen menjadi 9.508,68, juga merupakan rekor tertinggi.
Laporan Ketenagakerjaan Nasional AS menunjukkan, jumlah tenaga kerja sektor swasta melonjak 291.000 pekerjaan pada Januari, terbesar sejak Mei 2015. Pada saat yang sama, laporan terpisah menunjukkan aktivitas sektor layanan AS juga meningkat bulan lalu. Kedua indikator itu menunjukkan ekonomi negara itu diperkirakan dapat terus tumbuh tahun ini, bahkan ketika belanja konsumen melambat.
Pelaku pasar juga mengutip rumor yang tidak jelas tentang kemungkinan adanya vaksin atau terobosan obat untuk virus korona. Hal itu ikut menjadi pemicu reli saham pada Rabu meskipun mereka juga mengatakan katalis seperti itu kemungkinan besar hanya menjadi alasan untuk menutup-nutupi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetralisir laporan media yang menyebutkan adanya penemuan obat ”terobosan” untuk mengobati orang yang terinfeksi virus korona baru. Pada saat bersamaan, publik tetap waspada dengan penyebaran virus itu. Sebanyak 73 orang di daratan China meninggal akibat virus itu, peningkatan harian tertinggi sejauh ini. Hal itu menjadikan total korban jiwa menjadi 563 orang.
”Terlepas dari semua upaya yang dilakukan Partai Komunis China, virus ini menjadi bencana global yang besar. Mengingat para pekerja biasanya mulai kembali ke kampung halaman sekitar satu minggu sebelum Tahun Baru Imlek, banyak pasien pasti telah meninggalkan Wuhan sebelum daerah itu ’dikunci’ pada 23 Januari,” kata Tashiro dari TS China Research.
Statistik dari Cina menunjukkan bahwa sekitar 2 persen orang yang terinfeksi virus baru telah meninggal. Kondisi itu menunjukkan kemungkinan virus itu lebih mematikan daripada flu musiman tetapi kurang mematikan dibandingkan SARS, sebuah alasan lain mengapa para investor tetap relatif tenang.
”Virus korona tipe baru terus menyebar sehingga kita harus tetap berhati-hati. Namun, pasar sekarang tampaknya berpikir bahwa akan ada pemulihan ekonomi yang cepat setelah kemerosotan jangka pendek,” kata Masahiro Ichikawa, ahli strategi senior di Sumitomo Mitsui DS Asset Management.
Imbal hasil Treasury AS 10 tahun naik kembali ke 1,672 persen dari level terendah lima bulan di level 1,503 persen pada Jumat pekan lalu. Di pasar mata uang, yuan naik 0,2 persen menjadi 6,9600 per dollar AS, sementara dollar Australia naik 0,2 persen ke level 0,6758 dollar AS. Mata uang yen turun ke level 109,94 per dollar AS.
Di komoditas, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,17 persen menjadi 51,85 dollar AS per barrel. Level itu memperpanjang naiknya harga minyak dari level terendah 13 bulan terakhir di level 49,31 dollar AS per barrel yang terjadi pada Selasa lalu. Harga minyak masih turun sekitar 15 persen sepanjang tahun ini. (AP/REUTERS)