Sudah Stabil, WNI yang Tertular Virus Korona Tipe Baru di Singapura
WNI itu berusia 44 tahun, tidak memiliki riwayat bepergian ke China, dan merupakan pekerja rumah tangga dari warga Singapura yang juga sebelumnya dinyatakan positif virus korona baru.
Oleh
MH SAMSUL HADI & ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
SINGAPURA, KAMIS — Kedutaan Besar RI untuk Singapura, Kamis (6/2/2020), memastikan bahwa warga negara Indonesia yang tertular virus korona tipe baru di Singapura dalam keadaan stabil. KBRI akan terus melakukan pemantauan secara dekat terkait kondisi WNI tersebut.
Dalam pernyataan tertulis, merujuk pada informasi rumah sakit setempat, WNI tersebut saat ini ditangani tim medis di ruang isolasi Singapore General Hospital. WNI itu berusia 44 tahun, tidak memiliki riwayat bepergian ke China, dan merupakan pekerja rumah tangga dari warga Singapura yang juga sebelumnya dinyatakan positif virus korona baru.
Ia adalah kasus ke-21 dari 28 kasus virus korona baru, hingga 5 Februari 2020, yang diumumkan Kementerian Kesehatan Singapura. Satu orang telah dinyatakan pulih dan selesai menjalani perawatan, sementara 295 orang lainnya dinyatakan negatif dan 62 orang masih menunggu hasil pemeriksaan.
Dalam keterangan tertulis, KBRI Singapura mengimbau seluruh WNI di Singapura tetap beraktivitas normal, tetapi selalu waspada dan mengikuti anjuran Kementerian Kesehatan Singapura dan Indonesia, seperti menjaga kesehatan dan kebersihan, serta memperhatikan imbauan yang diedarkan melalui akun resmi Kementerian Kesehatan Singapura. KBRI Singapura mencantumkan kontak layanan yang bisa dihubungi, yaitu pada sambungan telepon 67377422 dan 92953964.
Hari Selasa lalu, Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong menegaskan, jika penularan lokal di masyarakat terus bertambah, Pemerintah Singapura siap mempertimbangkan ”tindakan untuk mengurangi interaksi antar warga”.
WHO menyelidiki
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelidiki kasus penularan virus korona tipe baru pada sedikitnya tiga karyawan sebuah perusahaan multinasional, yang menyelenggarakan pertemuan lebih dari 100 anggota staf internasional di Singapura. Malaysia dan Korea Selatan telah memastikan bahwa tiga kasus virus korona baru di negara mereka terkait dengan pertemuan perusahaan pada pertengahan Januari lalu di Hotel Grand Hyatt, Singapura.
Otoritas Singapura, Rabu malam kemarin, mengatakan, empat peserta lainnya dalam pertemuan itu memperlihatkan simtom virus tersebut. Otoritas Singapura tidak mengungkapkan nama perusahaan yang menggelar pertemuan itu atau menyebut terkait bisnis apa pertemuan tersebut digelar.
”WHO tengah berkoordinasi dengan kementerian-kementerian kesehatan terkait dengan (kasus) itu,” kata Olivia Lawe-Davies, juru bicara WHO, menjawab pertanyaan kantor berita Reuters. ”Sementara negara-negara meningkatkan surveilans, pendeteksian pada kasus-kasus penularan lokal diperkirakan lebih sering digelar.”
WHO tengah berkoordinasi dengan kementerian-kementerian kesehatan terkait (kasus di Singapura) itu.
Singapura telah melaporkan 28 kasus virus korona baru, termasuk beberapa kasus penularan antar-manusia. Sementara pada Kamis ini, China melaporkan lonjakan harian terbesar dalam jumlah korban meninggal akibat virus tersebut, yakni meningkat 73 orang, menjadi 563 orang.
Belum status pandemi
Hari Selasa lalu, WHO menyatakan bahwa wabah penyakit pernapasan akut akibat virus korona tipe baru yang menyebar dari Wuhan, Provinsi Hubei, China, ke lebih dari 20 negara belum terkategori sebagai pandemi.
”Saat ini kita tidak berada dalam situasi pandemi,” kata Sylvie Briand, Kepala Divisi Kesiapsiagaan Bahaya Infeksi Global WHO, Selasa (4/2/2020). ”Kita berada pada fase di mana terjadi epidemi dengan banyak fokus.”
Menurut WHO, sebuah wabah disebut sebagai pandemi apabila wabah itu terjadi setidaknya di dua benua. Saat ini, WHO masih menyatakan wabah virus korona baru di Wuhan dan menetapkan darurat kesehatan global.
Briand mengatakan, meski ada penyebaran yang cepat di Hubei, penularan di luar Hubei umumnya merupakan ”kasus terkait” dari Hubei dengan sebaran yang sporadis.
Jika melihat tren pertambahan kasusnya per hari, kasus virus krona baru ini mulai menurun setidaknya dalam tiga hari terakhir sejak Sabtu. Ada penambahan 800 kasus baru dari tanggal 3 Februari hingga 4 Februari. Angka ini jauh berkurang dari kondisi tanggal 2 Februari hingga 3 Februari, di mana ada 2.500 kasus baru. Dari tanggal 1 Februari hingga 2 Februari, ada 2.900 kasus baru.
Sebelumnya, sejumlah pakar penyakit infeksi menyebut bahwa wabah korona tipe baru ini berpotensi menjadi pandemi.
”Virus ini sangat, sangat mudah menular, dan hampir pasti menjadi pandemi,” kata Anthony S Fauci, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Nasional, seperti dikutip New York Times, Minggu (2/2/2020). ”Tetapi, akankah itu jadi bencana besar? Saya tidak tahu,” ujarnya.
Virus ini sangat, sangat mudah menular, dan hampir pasti menjadi pandemi. Tetapi, akankah itu jadi bencana besar? Saya tidak tahu.
Thomas R Freiden, mantan Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, berpendapat, semakin kecil peluang virus itu bisa dikendalikan. ”Karena itu, kemungkinan ia akan menyebar, seperti flu dan organisme lain, tetapi kami belum tahu sejauh apa dan semamatikan apa nantinya,” katanya.
Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan, 80 persen korban meninggal adalah lansia berusia di atas 60 tahun yang 75 persen di antaranya memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes. Usia termuda korban meninggal adalah 36 tahun dan tertua 89 tahun. Angka kematian juga bertahan di 2,1 persen atau lebih rendah dari sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang sekitar 10 persen.
Sebesar 97 persen korban berasal dari Provinsi Hubei dan korban meninggal di luar China 0,16 persen, yaitu 1 kasus di Filipina dan 1 kasus di Hong Kong. (AFP)