Satelit Gagal Diluncurkan, Program Luar Angkasa Iran Terpukul
Satelit Zafar diluncurkan pada Minggu (9/2/2020) pukul 19.45 waktu setempat. Namun, sebagaimana dinyatakan Kementerian Pertahanan Iran, satelit itu gagal mencapai orbit.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·5 menit baca
TEHERAN, MINGGU — Iran mengklaim berhasil meluncurkan sebuah satelit luar angkasa, Minggu (9/2/2020), tetapi gagal menempatkannya di orbit. Peristiwa itu menjadi pukulan baru bagi program luar angkasa Teheran di tengah tuduhan Amerika Serikat bahwa program itu sebagai kedok untuk pengembangan rudal.
Upaya peluncuran Zafar–nama satelit itu yang berarti ”Kemenangan di Persia”–dilakukan beberapa hari sebelum peringatan ke-41 Revolusi Islam Iran dan pemilihan parlemen yang penting di negara itu. Upaya dilakukan di tengah ambang konfrontasi habis-habisan antara Teheran dan Washington kedua kalinya dalam tujuh bulan terakhir.
Satelit Zafar diluncurkan pada Minggu (9/2/2020) pukul 19.45 waktu setempat. Namun, sebagaimana dinyatakan Kementerian Pertahanan Iran, satelit itu gagal mencapai orbit. Seorang juru bicara kementerian pada awalnya mengatakan bahwa satelit itu ”berhasil” diluncurkan dan bergerak ”90 persen dari tujuannya”, dengan mencapai ketinggian 540 kilometer (335 mil).
”...berhasil mendorong satelit Zafar ke luar angkasa,” kata Ahmad Hosseini dari unit ruang angkasa kementerian tersebut dalam wawancara dengan televisi Pemerintah Iran. ”Sayangnya, pada saat-saat terakhir tidak mencapai kecepatan yang diperlukan untuk menempatkannya ke orbit.”
Gagalnya peluncuran satelit itu terjadi di tengah dinamika terbaru konflik Iran-AS. Pertikaian lama keduanya diperburuk pada 2018 ketika Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan yang membekukan program nuklir Iran. Hal itu dilakukan sebelum Washington mengeluarkan tuntutan baru agar Teheran membatasi pengembangan rudal balistiknya.
Prihatin
Washington sebelumnya juga telah menyuarakan keprihatinan tentang program satelit Teheran. Washington mengatakan, peluncuran roket pada Januari 2019 sama dengan pelanggaran batas rudal balistiknya. Iran menyatakan tidak berniat memproduksi senjata nuklir, serta kegiatan kedirgantaraannya damai dan mematuhi resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Hosseini menyebutkan, Teheran tetap optimistis dengan program luar angkasa Iran di masa selanjutnya. ”Insya Allah dengan perbaikan yang dilakukan, maka di masa depan misi serupa akan dilakukan lagi. Kami mencapai sebagian besar tujuan yang kami miliki dan data telah diperoleh. Dalam waktu dekat, dengan menganalisis data, kami akan mengambil langkah selanjutnya.”
Menteri Telekomunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi mengakui kegagalan misi luar angkasa tersebut. Pengakuannya disampaikan melalui media sosial Twitter. Ia mencuitkan pernyataannya dalam bahasa Inggris.
”Kami tidak terhentikan. Kami memiliki lebih banyak satelit besar Iran selanjutnya!” kata Jahromi seraya melanjutkan cuitannya dalam bahasa Persia. ”Saya ingin membuat Anda bahagia dengan #good_news tetapi terkadang hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun langsung bereaksi, juga melalui media sosial Twitter. Ia menulis, ”Iran gagal meluncurkan satelit hari ini. Mereka juga gagal mengirim senjata ke Suriah dan Lebanon karena kami beroperasi di sana sepanjang waktu.”
Israel telah melakukan serangan berulang kali di Suriah sejak perang sipilnya meletus pada 2011, terutama menargetkan pasukan pemerintah dan sekutu Iran dan Hezbollah mereka.
Peluncuran rudal
Iran pada Minggu waktu setempat juga meluncurkan rudal balistik jarak pendek dan mesin generasi baru yang dirancang untuk menempatkan satelit ke ruang angkasa. Situs Garda Revolusi mengatakan, rudal Raad-500 dilengkapi dengan mesin Zoheir baru yang terbuat dari bahan komposit yang membuatnya lebih ringan dari model sebelumnya.
Teheran juga meluncurkan mesin Salman yang terbuat dari bahan yang sama tetapi dengan ”nozzle bergerak” untuk pengiriman satelit ke ruang angkasa. Teknologi itu memungkinkan sebuah ”kemampuan manuver di luar atmosfer”.
Pada Januari 2019, Teheran mengumumkan bahwa Payam–dalam bahasa Persia berarti pesan–satelit Iran telah gagal mencapai orbit. Kegagalan itu terjadi setelah pihak berwenang negara itu mengumumkan bahwa mereka meluncurkan satelit tersebut guna mengumpulkan data tentang lingkungan di Iran.
Amerika Serikat mengatakan, peluncuran roket itu merupakan pelanggaran terhadap resolusi DK PBB 2015 yang menyetujui perjanjian internasional tentang pembatasan program nuklir Teheran. Resolusi 2231 meminta Iran untuk menahan diri dari segala kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik yang mampu mengirimkan senjata nuklir.
Teheran mengonfirmasi pada September 2019 bahwa sebuah ledakan telah terjadi di salah satu landasan peluncuran satelitnya karena kesalahan teknis. Teheran pun mengecam Trump karena mengirimkan pesan selamat sebagai sindiran atas hal itu kala itu.
Trump mengatakan, AS tidak ada hubungannya dengan apa yang disebutnya ”kecelakaan bencana” di Semnan Space Center. Ia menyertakan gambar resolusi tinggi yang menunjukkan kerusakan nyata di situs tersebut dalam cuitannya.
Perkembangan terbaru pada Minggu kemarin itu terjadi pada saat ketegangan yang meningkat antara Teheran dan Washington. Ketegangan itu terutama setelah serangan pesawat tak berawak AS pada 3 Januari lalu menewaskan salah satu jenderal Iran, Qassem Soleimani, di Baghdad. Iran membalas beberapa hari kemudian dengan menembakkan gelombang rudal ke pasukan Amerika yang ditempatkan di Irak.
Pasukan pertahanan Iran telah bersiap terhadap pembalasan AS ketika mereka justru secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraine International Airlines beberapa menit setelah lepas landas dari Teheran pada 8 Januari. Iran mengatakan, layanan internetnya telah menghadapi serangan dunia maya selama dua hari terakhir, tanpa menguraikan sumber serangan atau kemungkinan motifnya.
Di tengah jatuh bangun program luar angkasanya, keberadaan Iran diperkirakan tetap mengganggu keberadaan beberapa negara Barat. Ini terkait dengan teknologi yang digunakan dalam roket-roket ruang angkasa itu diduga juga dapat digunakan dalam rudal balistik.
Teheran telah berhasil meluncurkan beberapa satelit sejak Februari 2009. Dalam misi-misinya, Teheran antara lain berhasil mengirim monyet, kura-kura, tikus, dan cacing ke luar angkasa. (AP/REUTERS)