Epidemi COVID-19 Kemungkinan Bisa Mereda Akhir April
Epidemi COVID-19 diprediksi mereda pada akhir April nanti. Perkiraan ini didapat berdasarkan perhitungan dengan pemodelan tertentu dan mempertimbangkan penurunan jumlah kasus positif baru.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
BEIJING, RABU — China melaporkan kasus positif COVID-19 baru yang terendah sejak akhir Januari lalu. Berdasarkan fakta itu dan melalui pemodelan tertentu, Kepala Komisi Kesehatan Nasional China Zhong Nanshan memperkirakan epidemi COVID-19 bisa mereda akhir April.
”Saya harap wabah ini bisa berakhir April,” kata Zhong, yang juga ahli epidemiologi itu, Rabu (12/2/2020).
Akan tetapi, sejumlah pakar internasional mengingatkan bahwa prediksi itu masih terlalu awal. Kepala Tenaga Medis Australia Brendan Murphy menilai, prediksi itu terlalu prematur.
”Kita harus melihat data yang akan muncul beberapa minggu ke depan dengan saksama sebelum mengeluarkan prediksi,” kata Brendan kepada Australian Broadcasting Corp.
Kepala Jaringan Kewaspadaan dan Respons Wabah Global Dale Fisher berpendapat, prediksi puncak dan akhir epidemi bisa saja benar. Namun, virus itu sudah menyebar dari China ke puluhan negara lain sehingga bagi negara-negara tersebut wabah baru saja dimulai.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa epidemi ini telah menjadi ancaman global yang lebih buruk dari terorisme.
Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dunia harus ”bangun dan sadar bahwa virus ini merupakan musuh nomor satu manusia”. Tedros menambahkan, dalam 18 bulan ke depan, kemungkinan vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sudah tersedia.
Hingga Rabu sore kemarin, total kasus positif COVID-19 mencapai 45.204, termasuk sekitar 2.000 kasus baru yang terkonfirmasi pada Selasa (11/2). Penambahan kasus positif dalam sehari ini merupakan yang terendah sejak 30 Januari lalu. Adapun jumlah korban meninggal mencapai 1.116 orang.
Di luar China, 24 negara lain sudah melaporkan adanya kasus COVID-19 positif. Kluster penularan terbesar di luar China adalah di kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di perairan Yokohama, Jepang. Sekitar 3.700 penumpang dan kru kapal dikarantina di kapal tersebut. Sejauh ini, sebanyak 175 orang dinyatakan positif tertular COVID-19.
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa 78 warga negara Indonesia yang menjadi kru kapal pesiar Diamond Princess dalam kondisi sehat. Untuk menjaga komunikasi, KBRI Tokyo telah membuat grup Whatsapp dengan mereka dan memberikan bantuan vitamin. Kemenlu juga telah memanggil perusahaan yang memberangkatkan para WNI itu untuk memastikan agar perusahaan tersebut memberikan perlindungan bagi para WNI itu.
Dalam pertemuan antara para pejabat senior ASEAN dan Uni Eropa di Brussels, Belgia, secara khusus membahas penanganan epidemi COVID-19 di samping membahas hal lain. Dalam pertemuan itu, UE menyatakan kesanggupannya membantu penanganan wabah ini di ASEAN dalam bentuk pengiriman tenaga medis, bantuan perlatan medis, serta pertukaran informasi dan pengalaman di antara para ahli virologi. (REUTERS)