Tahun ini menandai 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Rusia. Interaksi masyarakat Rusia dan Indonesia sangat jelas, tidak ada agenda terselubung, kerja sama pertahanan keamanan pun makin meningkat
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia selama 70 tahun ini, meskipun mengalami pasang surut, semakin lama semakin kuat. Berbagai macam kerja sama kedua negara hingga saat ini masih terus berlangsung.
"Kita mempunyai banyak kesamaan, isu, agenda global, banyak hal bisa kita bagi, kerja sama ekonomi, peralatan pertahanan keamanan," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Bagi Indonesia dan Rusia, tahun ini menandai 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara. "Kerja sama kita sangat transparan. Interaksi masyarakat Rusia dan Indonesia sangat jelas, tidak ada agenda terselubung, kerja sama pertahanan keamanan pun makin meningkat," lanjut Vorobieva.
Ia menyinggung soal hubungan pertahanan Rusia-Indonesia terkait dengan kunjungan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto ke Moskwa, Rusia, akhir Januari lalu. Saat itu Prabowo bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu. Dalam pertemuan tersebut, seperti dilansir laman Kementerian Pertahanan RI, Prabowo dan Shoygu membahas kerja sama pertahanan dalam kerangka kemitraan strategis.
"Kami gembira dengan pertemuan kedua menteri pertahanan kita karena menghasilkan kerja sama pertahanan. Kita berharap pada peringatan 70 tahun persahabatan Rusia-Indonesia, akan ada latihan gabungan militer, kerja sama terkait peralatan militer, juga militer Indonesia ke Rusia untuk saling berbagi," kata Vorobieva.
Dalam tiga bulan terakhir, Vorobieva juga dua kali menggelar kunjungan kehormatan untuk bertemu Prabowo. Senin lalu, ia kembali menemui Prabowo. Laman Kemhan RI menyebutkan, dalam kunjungan itu dibicarakan berbagai hal, khususnya peningkatan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Rusia.
Acara budaya
Sehubungan dengan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara, Kedutaan Besar Rusia menyiapkan serangkaian acara, antara lain, dengan menggelar acara budaya, seperti pameran foto yang mencerminkan sejarah persahabatan antara rakyat Rusia dan Indonesia. "Pameran foto ini sangat penting karena sangat signifikan bagi hubungan kedua negara," kata Vorobieva.
"Kami akan merencanakan pameran seni ini dengan judul \'Rusia-Indonesia: Dari Hati ke Hati". Jadi, bagi Anda yang punya foto saat berada di Rusia dari periode 1960-an dan periode selanjutnya, materi foto yang berkaitan dengan Rusia di masa lalu, tolong kirim kepada kami untuk kami pamerkan," ujar Vorobieva.
Foto-foto terbaik, baik foto milik pribadi, maupun dari arsip kerabat dan sahabat dekat yang ada hubungannya dengan Rusia akan dipajang di galeri foto dalam pameran tersebut. Foto-foto tersebut tidak ternilai dari sudut pandang melestarikan kenangan dan kelanjutan tradisi saling mendukung dan persahabatan antara kedua negara.
Foto-foto bisa dikirim ke email Kedutaan Besar Federasi Rusia: rusemb.indonesia@mid.ru bersama dengan komentar singkat, dengan menyebutkan tema: “Untuk proyek foto”. Dalam komentar minta sebut nama lengkap Anda, informasi tentang orang yang terlihat di foto dan penjelasan/cerita. Format foto: “.jpeg”, “.jpg” atau “.png”, semuanya tidak lebih dari 1 Mb. Komentar tidak melebihi 200 simbol.
Dalam konferensi pers, kemarin, Vorobieva menyampaikan komentar terkait beberapa isu internasional, antara lain, wabah virus korona baru, isu eks-petempur dan pendukung kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), dan proposal perdamaian Palestina-Israel yang disampaikan Presiden AS Donald Trump. Terkait wabah korona baru, Vorobieva mengatakan bahwa hingga Selasa (11/2/2020) di Rusia dilaporkan ada dua virus korona.
Seperti halnya banyak negara lainnya, pemerintah Rusia pun berusaha mengevakuasi warganya yang tinggal di Provinsi Hubei, China. Hingga saat ini sebanyak 150 warga Rusia sudah dievakuasi dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Begitu tiba di Rusia, mereka yang telah dievakuasi tersebut dikarantina di wilayah Siberia.
Terkait sikap pemerintah Indonesia yang sudah memutuskan untuk tidak memulangkan eks ISIS, menurut Vorobieva, ada aspek humanitarian yang harus dipertimbangkan. "Ada anak-anak yang datang ke Suriah bersama orangtuanya. Ada lebih dari 200 anak-anak di sana. Sampai kini pun saya belum bisa mengonfirmasi mengenai apa yang akan terjadi yang akan datang," kata Vorobieva.
Adapun mengenai proposal damai Palestina-Israel usulan Presiden AS Donald Trump, Vorobieva menyatakan, posisi Rusia sudah jelas. "Problemnya adalah ada salah satu pihak yang tidak dapat menerima apa yang disebut \'Kesepakatan Abad Ini\' itu. Konflik tidak akan selesai jika salah satu pihak menolak. Ini tidak akan menghentikan perang. Kedua pihak harus menerima," kata Vorobieva.