Terkait Penjanjian Perdagangan, Vietnam Tinggalkan Indonesia di Eropa
Kala Indonesia dan sejumlah negara ASEAN masih berunding, Hanoi mulai menikmati akses pasar lebih mudah dan besar ke UE. Kesepakatan UE-Vietnam akan menghapus hingga 99 persen bea masuk impor kedua negara.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
BRUSSELS, RABU — Vietnam kembali mengalahkan Indonesia untuk urusan ekonomi. Kala Indonesia masih berunding, Vietnam dan Uni Eropa telah mengesahkan pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas di antara mereka.
Parlemen Uni Eropa setuju meratifikasi perjanjian dagang UE-Vietnam lewat pemungutan suara, Rabu (12/2/2020), di Strasbourg, Perancis. Dari seluruh anggota parlemen yang hadir, 401 mendukung dan 192 menolak. Vietnam menyusul Singapura dalam daftar negara ASEAN yang punya perjanjian dagang dengan UE.
ASEAN dan UE pernah merundingkan kesepakatan dagang kedua kawasan. Walakin, perundingan itu tidak tidak jelas kelanjutannya. Brussels akhirnya memutuskan berunding secara terpisah dengan sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Sampai sekarang, perjanjian dagang Indonesia-UE masih terus dirundingkan dan belum ada kepastian akan selesai. Di tengah proses perundingan itu, Indonesia-UE saling gugat gara-gara minyak sawit dan nikel.
Kala Indonesia dan sejumlah negara ASEAN masih berunding, Hanoi akan mulai menikmati akses pasar lebih mudah dan besar ke UE. Kesepakatan UE-Vietnam akan menghapus hingga 99 persen bea masuk impor kedua negara.
Hal tersebut membuat produk Vietnam lebih terjangkau di UE. Aneka hambatan dagang dalam bentuk kebijakan nontarif juga akan dihapus secara bertahap.
Ketua Komisi Perdagangan pada Parlemen UE Bernd Lange mengatakan, kebijakan itu bagus untuk pekerja Vietnam. Selama proses perundingan, banyak pihak mendorong UE menolak perjanjian itu. Sebab, mereka menuding Vietnam menindas pekerja dan kerap melanggar HAM demi kemajuan ekonomi.
Komisaris Perdagangan UE Phil Hogan mengatakan, Vietnam terus meningkatkan hak pekerja. Kesepakatan dengan UE akan membantu mendorong perbaikan itu terus dilakukan. Kesepakatan itu dinyatakan menjadi peluang bagi UE untuk memantau perkembangan di sana.
Ia menyebut, semua pihak akan diuntungkan kesepakatan itu. Kesepakatan itu penting bagi pembeli, pekerja, petani, dan pengusaha. ”Manfaatnya akan lebih dari sekadar ekonomi. Kesepakatan ini membuktikan kebijakan dagang bisa menjadi kekuatan yang baik,” ujarnya.
Sementara Menteri Perdagangan dan Industri Vietnam Tran Tuan Anh menyebut kesepakatan itu sebagai batu loncatan penting. Kesepakatan akan mulai berlaku pada Juli 2020. Produk busana, alas kaki, dan mebel akan sangat menikmati dampak positif kesepakatan itu.
Vietnam-UE merundingkan kesepakatan itu sejak 2011. Pada 2015, perundingan selesai dan akhirnya disepakati pada 2019. Perundingan itu menjadi bekal Vietnam untuk masuk ke pasar-pasar negara maju di Eropa. Hanoi berharap perjanjian dagang itu bisa meningkat ekspor ke UE hingga 20 persen per tahun.
UE menyebut kesepakatan dengan Vietnam sebagai perjanjian paling lengkap yang dibuatnya dengan negara berkembang. Produk farmasi, kimia, dan permesinan UE tidak akan lagi dikenai bea masuk impor setelah kesepakatan itu berlaku. Kesepakatan itu akan serta-merta menggantikan seluruh perjanjian dagang bilateral antara Vietnam dan negara-negara anggota UE.
Sebelum ada perjanjian itu, Vietnam telah menjadi mitra dagang terbesar kedua di ASEAN bagi EU. Mitra dagang terbesar UE di Asia Tenggara masih dipegang oleh Singapura. (AFP/REUTERS)