Amerika Serikat memberi keringanan sanksi kepada Irak. Kelonggaran itu dibuat untuk memberi peluang bagi Irak mengimpor energi dari Iran. Washington berharap, pada akhirnya, Irak akan membeli gas dan minyak dari AS.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BAGHDAD, RABU — Pemerintah Amerika Serikat akan memberi keringanan sanksi bagi Irak selama 45 hari yang memungkinkan Irak mengimpor gas dan minyak, Rabu (13/2/2020). Keringanan itu hanya berlaku dalam waktu pendek karena AS rutin memperpanjang sanksi terhadap Irak selama 90-120 hari. AS menjatuhkan sanksi terhadap bidang energi Iran pada akhir 2018. Masalahnya, Baghdad selama ini bergantung sepenuhnya pada sumber energi gas dan listrik yang impor dari negara tetangganya, Iran.
Impor sumber energi dari Iran itu memenuhi sepertiga fasilitas sumber energi Irak yang lumpuh akibat tidak dirawat gara-gara konflik bertahun-tahun. ”Keringanan kali ini hanya selama 45 hari dengan syarat dan ketentuan berlaku,” kata salah seorang pejabat senior Irak.
Sampai saat ini kedua negara masih mendiskusikan ketentuan itu. Washington berkali-kali mendorong Irak untuk melepaskan ikatan dengan Iran dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan sumber energi gas dan minyak AS. Sumber energi dari AS akan bisa dipakai memasok kebutuhan pembangkit tenaga listrik yang akan disalurkan ke rumah-rumah.
Ketergantungan pada sumber energi Iran tinggi, terutama pada musim panas. Jika Irak terlambat membayar, pasokan gas dan minyak dari Iran terganggu bahkan mandek. Ini kerap terjadi beberapa tahun terakhir. Pada pertengahan tahun 2018, misalnya, akibat pasokan energi yang terganggu, masyarakat di Provinsi Basra, daerah yang kaya akan minyak itu, lalu turun ke jalan untuk memrotes pemerintah.
Kementerian Luar Negeri AS dalam pernyataan tertulis menyebutkan, keringanan sanksi itu diharapkan akan bisa mengurangi ketergantungan Irak terhadap energi dari Iran.
Irak sudah menandatangani nota kesepahaman perusahaan listrik AS, General Electric, pada tahun lalu dan kini sedang berunding dengan perusahaan energi yang lain, tetapi belum ada kontrak yang pasti. AS geregetan sampai frustrasi dengan perkembangan sikap Irak yang lambat.
Keringanan sanksi kepada Irak sebenarnya akan berakhir pada pekan ini. Namun, AS tidak mau menambah tekanan ekstra kepada Perdana Menteri Mohammad Allawi yang berusaha membentuk kabinet baru di tengah kondisi Irak yang sedang kacau. ”Washington tidak mau melumpuhkan Allawi pada saat ia baru mau mulai bekerja,” kata salah seorang pejabat Irak.
Selama 15 bulan terakhir, keringanan sanksi itu memungkinkan Irak untuk mengimpor sekitar 1.400 megawatt listrik dan 28 juta kubik meter gas dari Iran. Pembayaran gas dan minyak ini dilakukan Irak dengan membuka rekening khusus di Bank Perdagangan Irak milik pemerintah. Iran diperbolehkan untuk mengambil uang di dalam rekening itu untuk membeli kebutuhan-kebutuhan lain yang tak termasuk dalam item yang dikenai sanksi oleh AS.
Irak sudah beberapa kali melakukan pembayaran melalui rekening itu, tetapi Iran masih belum bisa mengakses uang dalam rekening tersebut. Alasannya, karena ada masalah teknis di antara kedua negara.
Direktur Bank Perdagangan Irak Faisal al-Haimus bulan lalu mengatakan, jika keringanan sanksi tidak diperbarui atau diperpanjang lagi, pihaknya terpaksa menghentikan proses pembayaran.
Sebelumnya, AS memberikan keringanan saksi untuk Irak pada Oktober lalu dengan jangka waktu sampai 120 hari. Keringanan sanksi itu akan dapat diperpanjang lagi segera setelah Irak menyerahkan rencana teknis yang rinci untuk menjadi mandiri dari sisi pemenuhan kebutuhan energi.
Keringanan sanksi dari AS itu selain bisa membuat Irak terhindar dari penalti juga dapat membayar Iran miliaran dollar AS untuk impor energi. Kebijakan ini sudah berjalan sejak November 2018 ketika pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran. (REUTERS/AP)