UEA mengoperasikan reaktor nuklir pertama di dunia Arab guna memenuhi 25 persen kebutuhan energi warganya. Abu Dhabi menegaskan reaktor nuklirnya bertujuan damai.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·4 menit baca
ABU DHABI, SENIN -- Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan, Senin (17/2/ 2020), bahwa mereka telah mengeluarkan lisensi bagi reaktor nuklir untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Barakah. Ini merupakan PLTN pertama di dunia Arab, yang bakal menjadi babak baru dan momen bersejarah bagi UEA.
UEA sebenarnya masih memiliki cadangan energi yang besar. Namun, dengan populasi 10 juta jiwa, pemimpin negara itu merasa memerlukan energi cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan warganya, UEA telah menginvestasikan dana besar dalam mengembangkan sumber daya alternatif, termasuk tenaga surya.
Putra Mahkota Abu Dhabi Abu Dhabi Pangeran Mohammed bin Zayed al-Nahyan melalui cuitan di Twitter menyebut reaktor nuklir itu menandai babak baru dalam perjalanan pengembangan energi nuklir damai. "Ketika kami bersiap untuk melindungi kebutuhan kami hingga 50 tahun ke depan, kekuatan terbesar kami adalah kemampuan nasional," cuit pria yang juga akrap disapa dengan inisialnya, MBZ, itu.
PLTN Barakah terletak di pantai UEA di sebelah barat Abu Dhabi. Dengan Iran, lokasi itu hanya dipisahkan oleh Teluk Arab atau Teluk Persia. Letaknya hanya 50 kilometer dari perbatasan Arab Saudi, dan lebih dekat ke Doha, ibu kota Qatar, dibandingkan dengan Abu Dhabi. Warga yang tinggal dalam radius 50 kilometer dari PLTN Barakah telah diberi instruksi tentang prosedur darurat jika terjadi kecelakaan.
PLTN Barakah sebenarnya telah dijadwalkan untuk beroperasi pada akhir 2017. Akan tetapi, operasional PLTN itu ditunda terkait persyaratan keselamatan dan peraturan.
Hamad al-Kaabi, perwakilan UEA pada Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan bahwa regulator nuklir nasional UEA kini telah memberikan lampu hijau untuk reaktor pertama dari empat reaktor di PLTN Barakah.
Mulai beroperasi
UEA mengatakan pada Januari lalu bahwa PLTN Barakah akan mulai beroperasi dalam beberapa bulan ke depan. Namun, tanggal pasti operasional baru diberikan, Senin kemarin. Kaabi mengindikasikan bahwa operasional PLTN Barakah tersebut akan segera dimulai.
"Operasi penuh PLTN Barakah dalam waktu dekat akan dilakukan. PLTN ini akan berkontribusi pada upaya UEA untuk pengembangan dan keberlanjutan," kata Kaabi.
PLTN Barakah adalah PLTN pertama di kawasan Arab. Arab Saudi, pengekspor utama minyak dunia, mengatakan berencana membangun hingga 16 reaktor nuklir, tetapi proyek itu belum terwujud.
Reaktor nuklir UEA tersebut dibangun oleh konsorsium yang dipimpin oleh Korea Electric Power Corporation dengan biaya sekitar 24,4 miliar dollar AS (Rp 333,3 triliun). Ketika nanti beroperasi penuh, keempat reaktor nuklir UEA itu memiliki kapasitas untuk menghasilkan 5.600 megawatt listrik, sekitar 25 persen dari kebutuhan UEA. Tiga reaktor selain PLTN Barakah hampir siap beroperasi.
Keberatan Qatar
Terkait reaktor nuklir UEA, seperti dilansir laman Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Qatar dilaporkan mengirim surat berisi keprihatinan ke IAEA. Dalam surat itu, Doha mengungkapkan, sebaran radiaktif dari reaktor nuklir bisa mencapai ibu kota Qatar jika terjadi kecelakaan di reaktor tersebut. Selain itu, lanjut Doha, kebocoran radiasi membahayakan pasokan air di Teluk.
UEA menegaskan, program nuklirnya transparan, aman, dan hanya ditujukan untuk keperluan warga sipil. Selain menghasilkan listrik dengan harga kompetitif, UEA juga berharap PLTN Barakah akan meningkatkan status UEA sebagai pemain regional utama, setelah keberhasilannya membangun UEA sebagai pusat pariwisata, perbankan dan layanan jasa.
"Ini bagian dari upaya UEA mendiversifikasi ekonomi energinya, mengurangi ketergan- tungan pada bahan bakar fosil, dan memproyeksikan citranya sebagai pemimpin regional dalam sains dan teknologi," kata seorang analis Teluk.
Inisiatif utama UEA lainnya juga mencakup program luar angkasa. UEA telah mengirim astronaut pertamanya ke luar angkasa tahun lalu. UEA juga berencana menjalankan misi penyelidikan ke planet Mars.
Di tengah konfrontasi antara Iran dan AS mengenai program nuklir Iran, UEA mengatakan tidak akan mengembangkan program pengayaan uranium atau teknologi pemrosesan ulang nuklir. UEA berulang kali menegaskan ambisi nuklirnya adalah untuk "tujuan damai".
UEA mengatakan telah menerima lebih dari 40 misi dan pemeriksaan internasional dari IAEA dan Asosiasi Operator Nuklir Dunia (WANO) sejak 2010. Ini merupakan bukti komitmen UEA terhadap transparansi. (AFP/LOK)