Penerbangan Bersejarah, Pesawat Israel Diizinkan Melintas di Atas Sudan
Normalisasi hubungan Israel dengan Sudan berlawanan dengan hasil pertemuan negara-negara Arab pada 1967. Pertemuan itu dikenal sebagai ”Three No’s”, yakni tidak ada pengakuan, perdamaian, dan negosiasi dengan Israel.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
JERUSALEM, SENIN -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (16/2/2020) malam, mengatakan, sebuah pesawat Israel melakukan penerbangan bersejarah pertama di wilayah udara Sudan. Izin diberikan Sudan pada Rabu (5/2), dua hari setelah Netanyahu bertemu Kepala Pemerintahan Transisi Sudan Jenderal Abdel-Fattah Burhan di Uganda.
Pertemuan kedua pemimpin itu merupakan langkah besar menuju peningkatan hubungan setelah Sudan lama memusuhi Israel. Israel sebelumnya menganggap Sudan sebagai ancaman keamanan karena mencurigai Iran telah menggunakan Sudan sebagai saluran penyelundupan amunisi ke Jalur Gaza. Pada 2009, pesawat Israel mengebom konvoi senjata di Sudan.
Netanyahu menyebutkan, pertemuannya dengan Burhan sebagai pencapaian besar hubungan luar negeri menjelang pemilihan Parlemen Israel pada 2 Maret 2020. Berbicara pada Konferensi Presiden Organisasi Yahudi Amerika di Jerusalem, Netanyahu mengatakan bahwa Israel dan Sudan membahas normalisasi secara cepat.
Seorang pejabat Israel yang tidak bersedia disebut namanya mengatakan, pesawat yang terbang di udara Sudan itu adalah sebuah jet eksekutif pribadi Israel, bukan penerbangan maskapai nasional Israel, El Al.
Berdasarkan data penerbangan dari situs web Flight Aware, sebuah jet bisnis pribadi melintasi udara Sudan dari Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, ke Tel Aviv di Israel, Kamis (13/2) malam. Jet pribadi itu mendarat di Israel Jumat pukul 04.25 waktu setempat. Belum jelas apakah Netanyahu merujuk ke penerbangan yang sama.
Normalisasi hubungan
Rute penerbangan yang melintasi udara Sudan memotong waktu tiga jam penerbangan dari Israel ke Amerika Selatan. Koridor udara yang dijelaskan Netanyahu juga akan mengambil rute penerbangan di atas Mesir yang berdamai dengan Israel pada 1979 dan dengan Chad yang telah memulihkan hubungan dengan Israel pada 2018.
Normalisasi hubungan Israel dengan Sudan tentu berlawanan dengan hasil pertemuan negara-negara Arab pada 1967. Pertemuan itu dikenal sebagai ”Three No’s”, yakni tidak ada pengakuan, perdamaian, dan negosiasi dengan Israel.
Sejak Netanyahu-Burhan bertemu, koridor udara adalah pengembangan paling menonjol yang dibahas secara terbuka oleh keduanya. Para komentator Israel berspekulasi, kontak baru dengan Khartum memungkinkan pemulangan migran ilegal Sudan di Israel. Israel pun dapat melobi Amerika Serikat untuk meningkatkan posisi Sudan di Washington.
Sudan, anggota Liga Arab, bersama negara-negara anggota lainnya telah menolak proposal perdamaian Timur Tengah yang diajukan Presiden AS Donald Trump. Palestina menyebut rencana Trump sangat bias terhadap Israel. Namun, untuk membangun kembali ekonomi negaranya, pemerintahan baru di Khartum berusaha mengakhiri sanksi AS untuk Sudan yang dicap sponsor teroris.